"Jongin."
"APA?" jawab Jongin dengan suara bass-nya yang berat dan keras.
Jinri tampak kaget dan spontan mundur selangkah. Wajahnya memucat dan matanya mulai berkaca-kaca. "Nggak perlu membentakku, aku cuma..."
"Aku nggak membentakmu," jelas Jongin sambil menunjukkan wajah capek. "Berapa kali aku harus bilang kalau suaraku..." Cowok itu menghentikan kalimatnya, merasa percuma karena sudah melakukannya berkali-kali tanpa hasil. "Ah! Sudahlah! Ada perlu apa?"
"Aku cuma mau minta tolong..." Jinri terhenti sejenak untuk menelan ludah. "Mintakan persetujuan artikel ini sama Miss Jessica." Dia menyodorkan beberapa lembar artikel kepada Jongin dan langsung buru-buru kembali ke depan komputer tanpa berani menatap mata cowok itu.
Jongin langsung mengernyit. "Cewek aneh."
"Bukan dia yang aneh, tapi kau!" komentar Sehun yang berada di sebelahnya. "Kau yang aneh karena nggak juga sadar, suaramu itu menakutkan."
"Suaraku? Tapi, dari dulu, suaraku emang begini." Jongin melirik Sehun tajam dengan tatapan aku-akan-membunuhmu-kalau-kau-ngomong-lagi.
Sehun malah balas meliriknya. "Uuuu... takuuut..."
"KAU!!!" Jongin mulai kehilangan kesabaran. Tepat saat tangannya akan berbicara, Soojung yang duduk di depan mereka menggebrak meja.
"DIAM!" katanya. "Bisa nggak, sih, kalian meneruskan pertengkaran anak SD kalian itu di luar? Aku jadi nggak bisa konsentrasi baca."
"Kamu bisa baca di perpustakaan," balas Sehun.
"Maunya sih begitu, tapi jam segini perpustakaan sudah tutup dan baru buka besok pukul 8." Soojung tersenyum, merasa menang.
"Kalau begitu, lakukan besok pagi," balas Sehun dingin. Kali ini, sepertinya dia yang menang.
Soojung menatap marah ke arah Sehun yang tampak tak peduli. Suasana berubah menjadi panas di antara mereka berdua dan percikan api terasa lebih banyak dari Soojung.
Jongin menelan ludah, merasa sudah waktunya dia pergi dari tempat itu.
"Aku... mau ke tempat Miss Jessica dulu, ya," katanya kemudian sambil mengacungkan lembaran artikel yang tadi diberikan Jinri. Tak ada seorang pun yang menjawab. Soojung dan Sehun mungkin tidak mendengarnya. Sementara, Jinri, dia terlalu takut untuk mengeluarkan suara sedikit pun.
***
"Miss! Saya protes!" teriak Jongin begitu sampai di meja kerjanya. "Saya lebih baik di-skorsing dua tahun daripada dihukum kerja paksa kayak gini."
"Skorsing dua tahun?" Miss Jessica tersenyum geli. "Enak di kamu kalau begitu."
"Tapi, sungguh! Saya sudah nggak tahan lagi," desah Jongin sambil menjatuhkan diri di kursi depan mejanya
"Ya ampun, Jongin, kamu baru sebulan di situ."
"Tapi, rasanya sudah seperti seabad, Miss!" protesnya. "Satu ruangan dengan Zombie berlidah tajam, Ratu Salju, dan si cengeng penakut itu, entah kenapa bikin jarum jam terasa nggak bergerak ke mana pun."
Miss Jessica malah tertawa. "Hebat, bahkan, kamu sudah punya julukan buat mereka, Miss nggak menyangka kalian sudah sedekat itu."
"Berapa lama lagi saya harus membantu, ah... maksud saya, kerja rodi di redaksi majalah sekolah?" Jongin memasang tampang memelas.
"Mmmm..." Miss Jessica pura-pura berpikir. "Nggak lama kok, Jongin, paling-paling sampai kenaikan kelas."
"HAH?!!" teriak Jongin spontan. Untung saja, saat itu, ruang guru sudah sepi.

KAMU SEDANG MEMBACA
(KAISTAL REMAKE) LET GO
Fiksi PenggemarKau tahu apa artinya kehilangan? Yakinlah, kau tak akan pernah benar-benar tahu sampai kau sendiri mengalaminya. Jongin tidak pernah peduli pendapat orang lain, selama ia merasa benar, dia akan melakukannya. Hingga, suatu hari, mau tidak mau, ia ha...