V

1.2K 80 0
                                    


Sedari tadi tepat nya setelah istirahat, Zeeva merasa perut nya melilit sehingga ia tidak konsentrasi mendengar penjelasan guru. Peluh keringat dingin membasahi pelipis gadis cantik ini, bibir nya pucat, kedua tangan nya terus menekan perut nya untuk mereda sakit di perut nya.

"Tahan Zeev, tahan dulu!!" ucapnya menguatkan diri.

Dan syukurlah bel pulang sudah berdering, hari ini mereka pulang lebih awal karena guru akan mengadakan rapat.

"Zeev , lo masih kuat??"tanya Mila khawatir sedari tadi memperhatikan Zeeva yang menahan sakit.

Zeeva menganggukan kepalanya lemah sebari memasukan buku-buku nya ke dalam tas "Makanya jangan makan yang terlalu pedes , usus lo gak kuat" cerca Mila, Zeeva hanya melirik sahabatnya sekilas lalu mengenakan jaketnya.

Mila memapah Zeeva sampai ke parkiran , ada rasa khawatir tentunya dalam diri Mila bila Zeeva pulang sendirian apalagi sambil mengendarai motor nya. Tapi memang hari ini tidak ada yang bisa menjemput Zeeva, Mila juga kebetulan tidak bawa motor dia hanya naik angkot.

"Lo yakin kuat bawa motor??"tanya Mila untuk kesekian kalinya pada Zeeva.

"Iya" singkat Zeeva

Mila melihat Rafa yang sedang berjalan menuju motornya yang kini terparkir cukup jauh dari motor Zeeva. Langsung saja Mila menghampiri Rafa "Raf!" panggilnya.

"Hmm"

"Lo bisa anterin Zeeva pulang gak?"tanya Mila, ia sangat berharap Rafa mengabulkan nya.

Rafa pun menoleh kepada Mila "Memang nya Zeeva kenapa?"tanya Rafa.

"Dia sakit, please anter dia pulang !!" mohon Mila.

Tanpa menjawab , Rafa melangkah kan kaki nya menuju Zeeva setelah berada tepat di belakang gadis tersebut ia membalikan tubuh Zeeva.

"Apa?" sungut Zeeva

Benar perkataan Mila gadis itu sedang sakit terlihat dari bibirnya yang pucat "Gue anter lo pulang" tegas Rafa

Zeeva ingin mengeluarkan suara nya tapi jari telunjuk Rafa lebih dulu menempel di bibir nya "Gak ada penolakan" ucap Rafa.

Mila tersenyum melihat Rafa, ada raut khawatir di wajah Rafa. " Udah lo jangan nolak, udah lemes gitu" timpa Mila

"Kunci lo mana??"pinta Rafa

"Buat apa?"tanya Zeeva

"Cepet mana kuncinya, gue anterin lo pake motor lo " ucap Rafa, Zeeva pun memberikan kunci motor nya yang ada gantungan panda nya.

"Trus ntar besok lo naik apa?" tanya Zeeva

"Gampang , tinggal minta antar kak Alvin" ucap Rafa yang sudah menyalakan mesin motor

"Naik" titah Rafa, Zeeva pun menurut

"Pegangan Zeev!"suruh Mila

Zeeva pun mendelik "Ogah"

Mila pun berdecak kesal "Ntar lo jatoh, Rafa gak sadar " sahut Mila

Karena lama, Rafa pun membimbing tangan Zeeva memeluk perut nya. Awalnya Zeeva menolak tapi Mila mempelototinya, jadilah tangan Zeeva melingkar manis di perut Rafa. Mila yang melihatnya pun tersenyum puas , kalau dilihat seperti ini mereka sangat cocok. Mila pun melambai kan tangan nya kepada Zeeva, sedangkan Zeeva hanya membalas lambaian nya itu dengan wajah masam nya.

"Ihh tumben mereka akur"

"Jangan - jangan mereka ada something"

"Bisa jadi tuh, kan katanya benci sama cinta beda tipis"

"Kayanya mereka udah jadian deh!"

"Tapi tadi si Zeeva numpahin minuman nya ke baju Rafa"

"Berarti mereka masih pdkt"

Mila mendengar itu semua 'Semoga saja mereka bersama' batinnya. Karena Mila yakin , mereka sama-sama saling suka hanya saja tertutup oleh rasa benci.

*****

Setelah sampai di depan rumah Zeeva, Rafa merasakan beban di punggungnya dan ternyata itu ulah Zeeva. Gadis itu tertidur dan menyender pada punggung Rafa, Rafa pun turun secara perlahan sambil memegang pinggang Zeeva lalu menggendong nya sampai ke kamarnya.

Zeeva merasa diri nya melayang dan seperti ada seseorang yang memeluknya , bau parfum maskulin menusuk hidung Zeeva, ia tahu betul ini adalah parfum Rafa dan berarti sekarang ia berada di gendongan lelaki itu. Tiba-tiba jantung nya berdetak lebih cepat dan pipinya menghangat, ingin rasa nya ia turun dari gendongan Rafa , tapi rasa nyaman lebih mendominasinya, Zeeva malah makin menelungkupkan wajah nya ke dada Rafa, bisa terdengar dengan jelas suara detak jantung Rafa seperti miliknya.

Rafa menjatuhkan tubuh Zeeva di ranjang dengan hati-hati agar pergerakan nya tidak menganggu tidur gadis tersebut. Melepas sepatu dan menyelimuti Zeeva sampai leher, entah keberanian dari mana Rafa mencium kening Zeeva.

Seperti nya Rafa tidak tahu bahwa aksi nya di intip oleh seseorang dan seseorang tersebut tengah tersenyum jahil.

Rafa pun keluar dari kamar dan menutup pintu, dan menuruni tangga karena kamar Zeeva berada di lantai 2.

"Ngapain lo dari atas?" tanya kak Alvin saat Rafa melewati ruang tengah rumah Zeeva.

Rafa kaget melihat kakak nya menatap tajam ke arah nya, sedangkan Abang Zeeva , Zevano menatap nya sambil tersenyum miring.

"Eh ada bang Vano" ucap Rafa, yang di panggil pun mengangguk

"Eh gue tanya lo abis ngapain di atas??" kesal kak Alvin karena adik nya mengabaikan nya.

Rafa pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Abis gendong Zeeva, soalnya dia ketiduran pas gue anter pulang"

"Ngapain pake di anter pulang??" tanya Kak Alvin

"Dia sakit, jadi gak bisa pulang sendiri" jawab Rafa.

"Awas lo jangan apa-apain anak orang " ucap kak Alvin

'Ini yang kakak nya mana? Abang nya aja lempeng gitu, malah kakak gue yang protektif' pikir Rafa.

"Iya" sahut Rafa

"Yaudah gue pulang dulu" pamit Rafa lalu melangkahkan kaki nya

Baru beberapa langkah , " Gak di temenin Zeeva nya?" sahut bang Vano, Rafa pun terdiam lalu melanjutkan langkah nya keluar.

*****

Hari sudah malam , Zeeva pun keluar dari kamar nya setelah ia mandi. Melangkah kan kaki nya ke ruang tengah mencari hiburan karena orang tua nya sedang keluar kota.

Tiba-tiba ada yang memeluk Vano dari samping "Abang kapan datang?" tanya Zeeva manja.

"Tadi siang " jawab nya tanpa mengalihkan pandangan nya dari layar , karena bang Vano sedang bermain ps dengan kak Alvin dari tadi siang. Zevano dan Alvin seumuran dan mereka sahabatan lain hal nya dengan adik mereka yang bermusuhan.

" Kamu sakit apa?" tanya bang Vano sambil mengelus rambut Zeeva , "Sakit perut gara-gara kebanyakan makan sambel"

"Makanya jangan bandel" ucap bang Vano sambil melirik adik nya, Zeeva pun hanya nyengir.

"Enak lo van bisa kaya gitu sama adek lo, lah kalo gue sama si Rafa!" sungut kak Alvin melihat kedekatan adik kakak tersebut.

"Peluk dong Rafa nya" suruh bang Vano, "Najis gue" jawab kak Alvin

............


TBC

Behind Hate (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang