XVI

896 58 0
                                    


Sudah hampir satu bulan Rafa koma, belum ada tanda-tanda kemajuan disana. Sudah satu bulan juga yang ada dipikiran Zeeva adalah Rafa. Bu Mona sedang menerangkan materi hidrolisis garam di papan tulis, semua murid menatap kedepan dimana Bu Mona sedang menulis kan sebuah reaksi kimia , begitu juga dengan Zeeva yang memandang kedepan tapi pandangan nya kosong pikirannya bukan disini tapi dirumah sakit dimana seseorang masih ber baring dengan alat untuk menunjang hidupnya. Mila menatap sebangkunya, ia tahu apa yang dipikirkan sahabat nya tersebut. Walau Zeeva masih bisa mempertahankan nilainya di sekolah, tapi sikap nya berubah, tidak ada Zeeva yang serius dan ambisius di kelas, juga tidak ada tawa yang keluar dari bibirnya. Hanya senyum yang ditampilkan Zeeva, senyum yang dipaksakan.

Sudah beberapa kali Mila mengajak Zeeva untuk hangout agar ia bisa sedikit melupakan kesedihan nya, tapi Zeeva selalu menolak dan memilih pergi ke rumah sakit menunggui Rafa yang entah kapan akan membuka matanya. Hampir satu sekolah tahu apa yang menimpa Rafa, anak-anak kelas nya pun sudah pernah menjenguk Rafa di rumah sakit. Walau Rafa bandel dan menyebalkan tapi guru-guru dan murid lainnya selalu mendoakan Rafa dan selalu menanyakan perkembangan Rafa pada Zeeva.

Bel pun berdering tanda pelajaran kimia telah usai, Bu Mona duduk di bangkunya yang berhadapan dengan bangku Zeeva. Ia tahu Zeeva tidak fokus terhadap mata pelajarannya, bukan hanya dimata pelajarannya saja, hampir semua pelajaran sampai Zeeva dipanggil BK karena selalu tidak fokus dikelas. Mungkin Zeeva butuh aqua, oke abaikan!

"Maudhita!!" panggil Bu Mona.

"Iya Bu ada apa?!"

"Bagaimana kondisi Alfian?" tanya Bu Mona.

Zeeva hanya bisa menghela napas sebelum menjawab " masih sama" lirihnya.

"Kamu harus kuat ya !!" seru Bu Mona.

Zeeva pun mengangguk, setelah itu Bu Mona keluar kelas. Mila menatap Zeeva yang sedang mencoret-coret sesuatu di bukunya. "Zeev!!"

"Hmm"

"Anter ke toilet" ujar Mila, Zeeva pun mengguk dan bangkit dari duduknya berjalan bersisian dengan Mila ke toilet.

Sementara Mila masuk kedalam salah satu bilik toilet, Zeeva hanya diam menatap pantulan dirinya di depan kaca wastafel. Menyaksikan betapa suksesnya Rafa membuat nya sesedih ini, ia bahkan sudah lupa kapan terakhir ia melakukan perawatan. Karena waktu nya habis hanya untuk menunggu Rafa , menunggu Rafa membuka matanya dan menatapnya, mendengar suara Rafa memanggilnya, merasakan tangan Rafa yang menggengam tangannya erat.

Tiba-tiba ada beberapa siswi masuk ke toilet karena terdengar pintu toilet yang dibuka. 

"Lo tau Kak Alfian gak?"ujar salah satu siswi.

Mendengar nama Rafa disebut, Zeeva menajamkan pendengarannya.

"Iya tau, Kak Alfian yang ganteng itu kan!?" seru siswi lainnya.

Zeeva hanya tersenyum simpul mendengar pujian siswi tersebut kepada Rafa yang memang terkenal di SMA Dirgantara.

"Gue denger dia kecelakaan trus koma sampe sekarang"

"Pantes gue gak pernah liat"

"Gara-gara pacaran sama temen sekelasnya tuh, Kak Alfian jadi celaka dan iitu membuktikan kalo tuh cewek pembawa sial" ujar siswi tersebut.

Hati Zeeva tersentil, dia dan Rafa tidak berpacaran tapi semua orang menganggapnya demikian, dan siswi tersebut tidak langsung tengah mengatainya dengan cewek pembawa sial. 'apakah aku cewek pembawa sial'batin Zeeva.

"Tapi masa sih, emang pacarnya Kak Alfian siapa sih?"

"Itu loh Kak Maudhita yang sering juara umum dan sok kecantikan"

Brakk..

Pintu bilik terbuka, siswi tersebut kaget melihat Mila yang menatapnya tajam.

"Apa lo ngatain sahabat gue hah!!" Marah Mila.

Zeeva pun berbalik menghadap dua siswi yang sedari tadi tidak menyadari keberadaannya terbukti dengan kekagetan yang terbaca jelas dari wajah mereka. "Kak Maudhita!!"

Mila menatap siswi tersebut marah, ia hendak memaki siswi tersebut tapi buru-buru ditahan Zeeva. "Udah Mil jangan diladenin" ujar Zeeva.

"Ishh awas kalian!!" ujar Mila yang sedang diseret paksa oleh Zeeva. sedangkan siswi tersebut menunduk dengan wajah pias.

Sampai di kelas Zeeva mendudukan Mila yang masih berapi-api "Ih lo tuh ya, di omongin malah diem aja" sungut Mila.

"Biarin aja lah, mungkin mereka bener kalo gue cewek pembawa sial" datar Zeeva.

Ucapan tersebut membuat Mila melotot, sahabatnya yang cerdas ini malah terpengaruh omongan adik kelas nya yang masih tidak tau cara memakai pakaian. "Lo jangan terpengaruh sama omongan cabe itu" ujar Mila.

"Rafa kecelakaan tuh bukan karena lo, karena itu udah takdir nya bukan gara-gara lo jangan nyalahin dir sendiri. Gue temenin ke rumah sakit deh pulang sekolah, udah lama juga gue gak kesana" Zeeva hanya menatap sahabatnya sambil tersenyum.

Saat istirahat Zeeva dan Mila pergi ke kantin dengan Dion yang menutur mereka , lebih tepatnya Mila yang notabennya kekasihnya. Zeeva memilih duduk di bangku sedangkan Mila dan Dion memesan makanan mereka. Zeeva menopang dagu mengingat di meja ini Rafa merebut minumannya dan menghabiskan dalam sekali teguk, juga di meja inilah dia menyiram seragam Rafa dengan es jeruk. Kenangan tersebut adalah kenangan indah sekarang dan ingin sekali terulang, dimana Rafa memasukan garam pada jus tomatnya,  memasukkan banyak kecap pada mangkuk baso Zeeva dan membuat kuah tersebut menjadi hitam pekat, juga dimana Rafa memberikan nya air mineral dan menyuruhnya untuk minum obat.

"Ngelamun aja lo" seru Mila.

"Nih baso sama jus tomat nya" sembari menyodorkan semangkuk baso dan segelas jus ke hadapan Zeeva.

Zeeva memandang makanan tersebut yang selalu mengingatkan nya akan kejailan Rafa padanya dulu, tak lama Zeeva mulai memakan baso tersebut dalam diam. Sementara Mila yang ada di sampingnya tengah mengobrol dengan Dion.

....

Boneka Panda besar selalu menemani Zeeva ditengah kesunyian malam, boneka yang ia dapat hadiah ulang tahunnya saat umurnya 7 tahun. Boneka yang jarang dicuci sehingga warna putih nya sedikit memudar, boneka panda yang ditengah nya terdapat tulisan love yang dijahit sehingga menempel pada panda tersebut, yang kini jahitan nya sedikit terbuka.

"Yah udah agak kelepas jahitannya, ntar besok aku jahit ahh"gumam Zeeva sambil mengamati jahitan yang terlepas sehingga memudahkannya mengintip dibalik tulisan love tersebut.

Secarik kertas menghampiri penglihatan Zeeva, pelan-pelan Zeeva mengambilnya dan keluar lah kertas yang sudah lusuh, ia membuka lipatan kertas tersebut ,terdapat tulisan yang hampir memudar tapi untuknya Zeeva masih bisa membacanya.

- Rafa selalu sayang Zeeva -

.

.

.

.

.

.

.

.............

TBC

Behind Hate (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang