XVIII

937 51 0
                                    

Zeeva sedari tadi memeluk boneka kesayangan nya, boneka panda yang ternyata dari orang paling menyebalkan dan juga musuh nya dari kecil. Tapi kini rasa kesal dan benci itu menguap hilang karena yang ia rasakan adalah rindu kepada orang tersebut. Masih tak terpikir Rafa bisa menyukai nya, ini benar-benar sangat membingungkan oleh karena itu Zeeva hanya bisa memeluk erat boneka tersebut dan menyimpan kertas itu kedalam kotak dan ia simpan di lemarinya. Ia tidak mau menyimpan ke dalam boneka karena takut nya kertas itu akan benar-benar melebur dan tulisan itu akan hilang.

Besok hari libur dan Ia akan menghabiskan waktu liburnya di rumah sakit bersama atau lebih tepatnya menemani Rafa. Entah apa yang ia akan lakukan disana seharian di rumah sakit mungkin hanya merenung sekali-kali curhat kepada Rafa tentang kesehariannya tanpa Rafa. Tak lama Zeeva pun terlelap.

Sementara Zeeva sedang terbang ke alam mimpi di ruang keluarga terlihat bang Vano dan kak Yuna juga orang tua Bang Vano dan Zeeva.

"Akhir semester nanti Zeeva akan pindah" ujar Zafar -Papa Zeeva.

"Kenapa gak Zeeva tinggal disini sampai dia lulus SMA? kan ada aku sama Yuna yang bakal rawat dia" ucap Bang Vano menolak adik kesayangan nya itu mengikuti kedua orang tua nya pindah.

"Zeeva harus ikut kita Bang, lagian Papa udah mendaftarkan sekolah dan kuliah nya nanti"sahut Sarah- Mama Zeeva.

"Tapi Ma-"

Bang Vano mencoba agar adiknya itu tetap dengan nya, tapi kekuatan Mamanya pasti membuat mau tak mau Zeeva mengikuti keinginan nya.

Bang Vano hanya menghela napas sedangkan Kak Yuna yang selalu setia duduk di samping nya mengusap lengan Bang Vano menguatkan. "Jadi kapan kalian pergi??"

"Setelah dia selesai mengikuti ujian akhir semester" jawab Zafar tegas.

"Kalian mau kasih tau Zeeva kapan??" tanya Bang Vano lagi.

"Setelah dia selesai ujian, kalau kita memberi tahu nya sekarang akan membuat pikirannya bertambah"

Ujar Sarah membuat anak sulung nya itu mengangguk. Keputusan tentang masa depan Zeeva yang baru hanya mereka saja ketahui, memutuskan tanpa mendiskusikan dengan orang yang terkait. Entah apa yang akan terjadi nanti, orang tuanya hanya bisa berharap Zeeva menuruti nya.

.
.
.
....

Burung-burung berkicau menemani langkah cowok tampan berbaju serba putih itu, dari tadi ia berdecak kesal akibat ulah nya sendiri. Ada ketakutan dalam dirinya kalau hal tadi dapat membuat nya tidak kembali lagi, sungguh ia ingin cepat-cepat ke luar dari hutan Dorbell, hutan yang di penuhi binatang-binatang aneh yang membuat nya kaget ketakutan tapi ternyata mereka tidak berbahaya. Demi tuhan setiap kali cowok tersebut melihat ke belakang ia merasa berjalan di tempat mengingat jalan masuk hutan tersebut masih terlihat jelas, padahal betul-betul ia sudah berjalan lama tapi memang hari masih gelap. Tapi ia tidak tahu kapan fajar itu akan datang , semoga saat fajar mendekat ia sudah sampai dipohon besar itu harapnya.

"Aku merasa di permainkan disini, peri Dizy please keluar gue butuh bantuan!!" racau Rafa.

Rafa masih terus berjalan menyusuri hutan aneh ini , mulut nya komat-kamit memanggil 'peri Dizy' yang tidak menampakan diri di hadapan Rafa.

Tiba-tiba ada yang lewat dihadapan Rafa , seekor makhluk aneh yang bergelantungan dari pohon satu ke pohon lainnya. Tak ada rasa takut namun hanya kaget oleh keberadaan sosok itu yang tiba-tiba muncul, semakin menyelidik ternyata itu adalah seekor kera yang memiliki tanduk seperti unicorn.

"Emang aneh semuanya" gumam Rafa.

"Peri Dizy pliss keluar bentar, aku mohon!!!" ucap Rafa sambil matanya menelusuri semak-semak yang ia lewati kali aja dia menemukan sosok yang ia cari sedang mengamati Rafa secara sembunyi-sembunyi.

"Ada apa!" seru suara tepat di telinga Rafa.

Otomatis Rafa menoleh ke samping kanan nya, disana peri Dizy duduk di bahu nya dengan santai.

"Kenapa lama sekali sih" gerutu Rafa.

Peri Dizy memandang jengkel Rafa "Sudah ku bilang, ingat lah perkataan ku"

"Perkataan yang mana? justru aku ingin bertanya kenapa dari tadi seperti berjalan di tempat, apa kau mempermainkan ku hah!!!"

Peri Dizy menggeleng melihat Rafa yang memandangnya tajam.

"Ini terakhir kali nya aku membantu mu, harap ingat dan catat baik-baik!! pikirkan satu nama, dia akan membantu mu cepat sampai pada pohon besar itu dan jangan pernah tengok kebelakang karena tanpa kamu sadari setiap kamu melihat kebelakang kamu akan terseret mundur 100 langkah, mengerti !!!" jelas peri Dizy yang diangguki samar oleh Rafa.

Seketika langsung saja peri Dizy menghilang dari hadapan nya, Rafa menghela napas berat.

'Pikir kan satu nama yah!! tapi siapa?' pikir Rafa.

Rafa masih melanjutkan jalannya sambil berpikir siapa satu nama yang dapat membantu nya. Rafa bahkan sampai merasa pusing hanya untuk sebuah nama tersebut sampai ia melihat sebuah sungai dan disamping nya terdapat gazebo, langkah Rafa mendekati gazebo memilih duduk sebentar sambil memikirkan satu nama sebelum ia kembali berjalan dengan sebuah nama di pikiran nya.

.

.

.

.

.

....


TBC




Behind Hate (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang