XIX

959 55 0
                                    


Hari hari berlalu di lalui Zeeva seperti biasa , biasa tanpa ada nya Rafa. Dua bulan berlalu di jalani Zeeva tanpa hadirnya Rafa yang dulu selalu menemani nya di rumah dan di sekolah. Tak ada suara Rafa yang menyapa nya tengah malam, tak ada tatapan jail dan menggoda seperti biasa, tak ada yang membuat Zeeva marah dan terakhir, tak ada yang bisa membuat jantung Zeeva bisa berdebar lebih cepat. Dulu , Zeeva akan senang kalau hidup nya tidak diganggu Rafa. Dulu, Zeeva selalu merengek untuk di jauhkan dengan Rafa. Tapi sekarang, Zeeva akan senang kalau hidup nya di ganggu Rafa. Sekarang, Zeeva selalu merengek ingin menemani Rafa sepanjang hari di rumah sakit.

Memang tidak ada yang tahu esok akan seperti apa. Yang asal nya dekat menjadi jauh, yang jauh menjadi dekat. Yang diinginkan menjauh dan yang tak diinginkan mendekat.

Dua bulan Rafa masih betah dalam tidur nya, walau kondisi Rafa stabil tapi masih tak ada tanda-tanda perkembangan dari koma nya. Zeeva selalu meyakinkan kepada dirinya, dan keluarga Rafa bahwa dia akan bangun,Rafa akan kembali kepada mereka. Orang tua Rafa menurut, ketika hampir saja mereka merelakan Rafa dengan mencabut semua alat penunjang kehidupan Rafa.
Dua bulan lagi mereka akan naik kelas, Rafa dan Zeeva akan menjadi kelas 12, satu langkah lagi mereka akan memasuki gerbang baru.

Cita-cita Zeeva menjadi dokter, entah menjadi dokter anak , biasa atau bahkan dokter spesialis. Dari kecil Zeeva memimpikan dirinya dewasa dengan jas putih yang melekat ditubuhnya, oleh karena itu dia sudah berusaha meraih nilai bagus agar bisa masuk fakultas kedokteran.

Rafa dan Zeeva baru duduk di kelas 3 sekolah dasar, hari ini mereka sedang belajar bahasa Indonesia. Satu-satu murid ditanya cita-cita mereka oleh guru, kini giliran Zeeva yang ditanya.

"Maudhita cita-cita mu ingin jadi apa?"

"Aku mau jadi dokter bu guru!!" seru Zeeva kecil dengan rambut yang di kucir dua, sehingga terlihat rambut nya itu bergoyang-goyang.

"Kenapa mau jadi dokter?"

Salah seorang murid berseru "Mau suntik Alfian bu!!" yang jelas itu bukan Rafa.

Semua murid tertawa termasuk Rafa yang jadi bahan lelucon, guru tersebut menatap Zeeva menunggu jawaban gadis kecil yang pipinya bersemu.

"Mau rawat orang sakit bu, terus kan keren kalo pake baju dokter" jawab Zeeva.

Guru itu mengangguk, dan melanjutkan bertanya kepada murid-murid lainnya hingga yang terakhir giliran Rafa yang memang duduk di bangku pojok paling belakang.

Behind Hate (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang