Selama ujian kenaikan kelas Zeeva dilarang mengunjungi Rafa di rumah sakit, kondisi Rafa kembali stabil dan masih sama. Zeeva belajar dengan giat agar ia bisa kembali mempertahankan peringkatnya. Perihal tentang kepindahannya , Zeeva belum tahu sama sekali. Dan sekarang Zeeva merasa senang akan hasil yang ia raih, Maudhita Zeevana Nalatisha kembali mempertahankan posisi nya sebagai rangking pertama pararel di SMA Dirgantara ini. Ia naik ke atas panggung dan menerima rapot juga piagam yang langsung diberikan oleh kepala sekolah SMA Dirgantara langsung. Kedua orang tua Zeeva tidak bisa hadir karena sedang sibuk mengurus sesuatu yang pasti Zeeva tidak tahu, jadinya yang hadir di acara ini adalah Bang Vano juga Kak Yuna yang sengaja mengambil cuti hari ini untuk menemani Zeeva.
Zeeva menatap sekeliling aula ini dengan rasa haru, ia juga menatap teman-teman sekelas nya yang bersorak ria ketika nama nya di panggil. Entah perasaan apa tapi dia merasa akan merindukan sekolah ini, padahal jelas sekali kalau masih ada waktu satu tahun disini.
Setelah turun dari panggung Zeeva langsung diserbu teman-teman yang mengucapkan selamat kepada nya, juga Mila yang memeluk nya erat seolah ia akan pergi jauh. "Lo temen terbaik gue dan gue akan selalu merindukan momen bareng lo" ujar Mila tiba-tiba.
Mengabaikan ucapan Mila yang ia rasa sedikit aneh, Zeeva membalas pelukan Mila tak kalah erat. "Gue juga akan selalu kangen sama lo kalo kita pisah nanti" ucap Zeeva.
Setelah melepas pelukan mereka, Bang Vano dan Kak Yuna memghampiri Zeeva yang kini hanya ditemani Mila sedangkan teman-teman nya sudah mencar entah kemana. Bang Vano memeluk Zeeva "Adik Abang pintar banget sih!!" ujar Bang Vano.
Zeeva terkekeh melepas pelukan dari Kakak satu-satu nya itu "Kaya nya ini turunan Abang nya deh,aduh Abang nya siapa sih?!" ucap Bang Vano narsis membuat Zeeva juga Kak Yuna memperagakan ingin muntah.
"Jijik Bang!!" seru Zeeva.
Bang Vano terbahak membuat beberapa orang menatap mereka, langsung saja Kak Yuna memberikan cubitan di lengan Bang Vano yang seketika membuatnya diam.
"Mil kita pulang dulu yah! Bye!!!" pamit nya kepada Mila, Mila mengangguk ada raut sedih disana, ia pasti akan merindukan sahabat nya nanti.
Sesampainya dirumah Zeeva melihat mobil Papa nya yang terparkir di halaman, 'Bukannya sibuk?' batin Zeeva.
Tapi ia tetap melangkah masuk ke rumah walau heran kedua orang tua nya ada di rumah, sedangkan Bang Vano dan Kak Yuna mengikutinya dari belakang.
"Ma!!"
Sarah pun melihat anak bungsu nya yang menghampiri meja makan, seketika tatapan Zeeva berbinar melihat masakan kesukaannya tersaji di meja makan. "Wahh!!!" Seru Zeeva.
Sarah tersenyum melihat reaksi Zeeva " Kamu ganti baju dulu, jangan pake baju rumah kita mau jenguk Rafa" suruh Sarah 'untuk yang terakhir' lanjutnya dalam hati Zeeva menurut dan melangkah ke kamar nya untuk mengganti seragamnya.
Sekembalinya Zeeva dengan pakaian yang rapi kedua orang tua Zeeva - Zafar dan Sarah juga Bang Vano dan Kak Yuna sudah duduk menunggu Zeeva, Zeeva pun duduk di hadapan Mamanya.
"Kok koper Zeeva di keluarin ?" Tanya Zeeva bingung ketika ia melihat sebuah koper besar miliknya berada di samping tempat tidur juga sebagian pakaian nya yang di lemari tidak ada. Pikir Zeeva ia akan berlibur, dan itu membuat nya senang.
Zafar melirik istrinya, mereka saling melirik "Ehm, kita makan dulu yukk!!" Ujar Bang Vano langsung. Zeeva mengangguk antusias karena bau sedap dari makanan favoritnya ini sangat menggoda dari tadi. Tanpa Zeeva sadari kedua orang tua nya menghela napas pelan.
Setelah semua selesai, Zeeva menatap kedua orang tuanya menagih jawaban tadi. "Papa punya urusan pekerjaan di Jepang, dan itu butuh waktu yang lumayan lama. Papa minta Mama sama Zeeva ikut Papa kesana. Papa sudah daftarin sekolah kamu , juga kamu bisa kuliah di Universitas Tokyo nanti. Maaf Papa gak bilang dari awal sama kamu tapi Papa gamau kamu banyak pikiran dan hari ini kita akan berangkat setelah menjenguk Rafa" jelas Zafar- Papa Zeeva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Hate (end)
Teen FictionKejadian yang menimpanya , membuat nya harus berubah dalam 7 hari, dan itu termasuk berdamai dengan musuhnya. Walau tanpa diminta pun, perasaan itu muncul tiba-tiba diantara mereka. bukan mereka yang memulai , tapi hati mereka yang memulai semuanya...