Chapter 12 : The suitcase

2K 123 2
                                    

Author's POV

Oscar duduk manis disalah satu kursi di mansion. Ia terlihat fokus menatap layar handphonenya. Bahkan dia tidak menyadari kedatangan christopher dan juga am ke dalam mansion yang baru datang setelah insiden hujan tadi sore di sky line.

Am melirik kearah christ yang terlihat mengepalkan tangannya saat menyadari kehadiran oscar yang tak terduga itu.

"Oscar." Sapa am mencoba mencairkan suasana. "Sejak kapan kau berada disini?" sambung am seraya mendekat ke tempat oscar duduk.

Oscar menoleh tanpa reaksi apapun.

"Sekitar 15 menit yang lalu." Jawabnya.

Am mengangkat kedua alisnya memberi tatapan serius. "Ada apa?"

Oscar tersenyum kaku. "Kudengar kalian sudah tiba di washington. Jadi kurasa lebih baik menyambut,ya, ini sebenarnya juga perintah grace." Tuturnya.

Am mengangkat bahu sambil tersenyum. "Ya begitulah, kami sudah tiba."

"Lebih baik sekarang kau pulang, Karena kami lelah baru saja sampai." Ucap christopher yang berhasil menarik perhatian semua orang yang berada diruangan itu.

Am tahu ini adalah hal yang tidak baik jika diteruskan. Garis hitam sudah membatasi hubungan pertemanan christ dan oscar. Mereka berdua masih butuh waktu untuk berpikir dengan kepala dingin dan saling mengerti satu sama lain. Tapi bagaimanapun am tidak bisa membiarkan oscar pergi begitu saja, itu pasti akan sangat menyakitkan hatinya.

Tangan am tergerak mendorong pelan tubuh christ mundur ke belakang. "Tidak, biarkan dia tetap disini bersamaku. Kau bisa istirahat sekarang," ujar am kepada christ.

Kepalan tangan christ melonggar. Ia terdiam tidak berniat melakukan apapun. Entah mengapa ia tidak suka melihat am membiarkan oscar tetap berada di mansionnya.

"Christ." Ucap Am lagi dengan sedikit ragu.

Christ melepaskan tangan am dari tubuhnya. Ia membalikkan badannya dan langsung pergi meninggalkan am tanpa berkata apapun.

"Well, kau ingin minum?" tawar am pada oscar.

Oscar tertawa kecil. "Para pelayan melayani 15 menitku dengan sangat baik." Tuturnya sambil menunjuk kearah makanan dan minuman yang terhidang dihadapannya.

Am tersenyum. "Tidak bisa diragukan."

Oscar berdeham. "Sebenarnya ada hal lain yang ingin aku katakan padamu." Dari suaranya terdengar mereka mulai beralih pada pembicaraan yang lebih serius.

"Kalau begitu katakan." Balas am.

Oscar menatap mata am dalam. "Kapan kau bertemu dengan christopher? Ini sedikit aneh bagi kami semua, karna christopher sebelumnya tidak pernah menceritakan apa-apa pada kami."

Mata am sontak membulat. Ia meneguk salivanya. "Apa harus membicarakan hal ini?" ia mencoba mengalihkan pertanyaan.

Oscar mengangkat bahunya. "maaf aku tidak bermaksud mencampuri urusan kalian." Ujarnya. "Um, oh iya. Apa kau pernah mengenal victoria harper?" tanyanya. Am merasakan tubuhnya melemas. Oscar terus menerus menyerangnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab olehnya.

"aku m-"

"Kami semua masih penasaran pada siapa yang mengundang victoria datang ke mansion hari itu? Aku, grace, kami tidak mengenalnya dengan dekat. Jadi tentu kami tidak mengundangnya." Lanjut oscar.

"Aku tidak." Jawab am dengan mantap.

Oscar mengangguk pelan sambil terlihat berpikir. "Aku merasa kasihan pada dylan. 3 bulan lagi dia akan menikahi gadis yang sangat ia cintai. tapi dalam sekejab semuanya berubah, bahkan dia sudah tidak peduli dengan nasib undangan yang sudah terlanjur disebar pada para kerabat."

ObstacleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang