Chapter 18 : Confession

1.8K 105 2
                                    

  Author's POV
Christopher terlihat begitu gusar. Ia tidak bisa duduk tenang ditempatnya. Bahkan mungkin untuk sekedar memejamkan mata sejenak ia tidak bisa. Karena perasaannya benar-benar sedang tergoncang.
  Detik akan berubah menjadi menit, menit akan berlalu menjadi jam, dan jam akan berganti menjadi hari. Esok adalah harinya. Hari dimana ia sendiri tidak tahu, apakah masih ada hari esok dimana dia akan menemukan kebahagiaan. Bagaimana bisa dia menemukan kebahagiaan yang lain jika ia merasa sumber kebahagiaannya hanya berasal dari wanitanya. Wanita yang juga merupakan gadis kecilnya dulu. Apakah dia sanggup melihat gadis kecilnya bersanding dengan pria lain?
  Oh grace!
Wanita itu benar-benar berhasil memenuhi otak christ.
  Oscar! Bagaimana mungkin pria brengsek itu benar-benar beruntung?
  *Flashback*
  Ellizabeth benar-benar marah besar ketika mengetahui cucu satu-satunya mengalami trauma hebat akibat ulah orangtuanya sendiri yang tidak bisa menahan emosi. Cucunya yang dahulu ceria dan menggemaskan sekarang menjadi sangat pendiam. Cucunya yang malang, dia hanya berkata sedikit saja. Setiap waktu dia habiskan hanya dengan menatap langit-langit kamarnya. Dia menjadi sulit untuk mempercayai siapapun.
  "Ellie, Apa opher sudah makan?" tanya ellizabeth kepada kepala pelayan tersebut.
  Ellie menggelengkan kepala. "Dia menolak saat aku berusaha menyuapkannya, mrs. dominic"
  Ellizabeth menghela nafasnya. "Tolong bujuk dia untuk makan. Aku akan segera kembali." Tutur ellizabeth yang kemudian pergi meninggalkan ellie.
  Ellie mendekat kearah ophe kecilnya. "Ophe tidak kasian sama tubuh ophe ya? Ophe kan belum makan dari tadi pagi."
Anak laki-laki itu tidak menjawab apapun. Dia sibuk mencoret-coret kertas putih.
"Ophe.." panggil ellie dengan penuh kelembutan.
  Sejak hari itu semua orang sadar bahwa tuan muda telah berubah. Ia tumbuh menjadi sangat dingin dan tak tersentuh. Bahkan dia menjadi sangat tertutup.
***
  Tiga tahun kemudian, Seorang gadis kecil berusia 7 tahun melangkah masuk kedalam mansion dominic dengan malu-malu. Ia tampak bersembunyi dibalik tubuh ibunya.
  "Selamat pagi mrs. tucker" Sambut ellizabeth kepada tamunya dengan sangat ramah.
  "Ah selamat pagi juga, mrs. dominic." balas wanita yang pemilik perusahaan tucker itu.
    Ellizabeth mempersilakan tamunya duduk. "Siapa gerangan gadis kecil yang cantik ini?"
  Gadis kecil itu tersenyum malu. "Namaku grace, kau juga cantik."
  Ellizabeth dominic dan juga lula tucker tertawa bersama melihat jawaban dari grace kecil yang sangat menggemaskan.
  Lula tersenyum. "Maafkan aku membawa grace kemari pada saat kita akan membahas urusan bisnis. Dia sangat kesepian dirumah."
  Ellizabeth mengangguk tak masalah.
  "Mrs. dominic, aku ingin ke toilet. Apa aku boleh ikut ke toilet?" tanya grace dengan sopan.
  Ellizabeth mengangguk senang. "Tentu saja boleh, honey. Biar pelayan yang akan mengantarmu ke toilet." Jawab ellizabeth yang kemudian meminta salah seorang pelayan untuk mengantar grace kecil ke toilet.
  Setelah dari toilet, grace hendak kembali ke ruang utama dimana mommy dan mrs. ellizabeth sedang berbincang disana. Namun langkahnya terhenti karena ia tertarik dengan seorang lelaki kecil seusianya yang sedang sibuk mencoret-coret kertas kosong. Anak laki-laki itu tampak murung dan bersedih. Grace memutuskan untuk menyapanya.
  "Apa kau suka menggambar?" tanya grace.
  Christopher kecil tidak menjawab apapun. Pelayan yang tadi menemani grace, memilih untuk menunggu diujung ruangan. Dia tahu bagaimana tuan mudanya tidak memiliki teman sama sekali. Gadis kecil itu mungkin akan membuatnya kembali ceria.
  Melihat anak lelaki itu tidak mau menjawab pertanyaannya, grace memilih untuk menggambar dikertas kosong mengikuti apa yang anak itu lakukan.
  Christ kecil mengangkat kepalanya menyadari keberadaan grace.
  "Menggambar itu memang mengasikkan." celoteh grace.
  "Tapi menurutku dibandingkan sibuk menggambar, aku lebih suka menemani mommy berpergian. Mommy akan mengajakku berbicara apa saja, dia juga mau mendengarkanku." tutur grace.
  Christ menatap grace. "Apa yang kau suka dari menggambar seperti ini? Kau juga tidak melukis apapun, malah hanya mencoret-coret. Itu namanya pemborosan kertas."
Grace merebut kertas christ karena kesal christ tidak menjawab semua perkataanya.
  Christ mulai menunjukkan ekspresi tak sukanya. "Apa kau tidak bisa bicara?" tanya grace kecil dengan takut-takut.
  "Aku bisa." jawab christ untuk pertama kalinya.
  Grace tersenyum.
  "Menarik!" serunya kecil.
  Christ hanya diam tidak memperdulikan apa yang gadis itu katakan.
  "Apa kau cucu dari mrs. ellizabeth?" tanya grace.
  Christ hanya mengangguk.
  "Aku sangat menyukai mrs. ellizabeth, dia mirip dengan grandmaku. Grandmaku juga suka tersenyum dan sering memujiku cantik. Dia juga-"
  Christ mengelak ucapannya. "Apa kau akan terus menceritakan tentang dirimu? aku sama sekali tidak peduli."
  Grace menghentikan ucapannya. "Apa kau punya teman? Jika kelakuanmu seperti ini kau benar-benar akan dijauhi oleh mereka semua."
  Christ semakin geram dengan gadis kecil itu. "Aku tidak butuh teman."
  "Kau butuh. Kau harus, mereka akan membuatmu bahagia." jawab grace dengan senyuman.
  Grace berlari menuju meja yang tak jauh dari mereka. Disana dia mengambil cat air dan kuas. Kemudian dia kembali lagi menemui anak laki-laki itu.
  "Ini!" dia memberikannya pada christ.
  "Kau harus menggambar surat permintaan menjadi teman untukku."
  "Untuk apa? aku tidak mau." tolak christ.
  "Kau bilang kau tidak punya teman. Aku akan menjadi temanmu tetapi karena kau sedari tadi membuatku kesal, jadi kau harus membuat surat izin berteman. Agar aku mau berteman denganmu." seru grace.
  "Aku tidak mau." tolak christ lagi.
   Grace mengambil kembali cat dan kuas dari tangan anak laki-laki itu. Kemudian dia yang menggunakannya. Dia menggambar seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Kemudia dia menuliskan namanya sendiri.
  "Grace?" christopher membaca nama yang dituliskan oleh grace dikertas tersebut.
  "Itu namaku.Namamu siapa?"
  "Christopher." Jawab christ.
  Grace tersenyum. "Chri..st..opher" ia mengeja sembari menuliskannya.
  Kemudian dia menumpahkan cat air tersebut ketanganya.
"Kau juga. Mana tanganmu?" pinta grace.
  Ia menumpahkan cat air tersebut ke tangan christopher. kemudian dia meletakkan tangannya diatas kertas tersebut. sehingga cat yang berada ditangannya membentuk bekas telapak tangan dikertas. Christ pun mengikuti apa yang dilakukan grace.
  Grace tersenyum lebar. Ia menunjukkan sederetan gigi susunya dengan penuh ceria. "Sekarang kita teman."
  Untuk pertama kalinya setelah hari itu, christ tersenyum diam-diam.
  Grace kecil yang jail kemudian mengoleskan tangannya yang masih berisikan cat ke wajah christ. Kemudian dia tertawa senang.
  Christ tidak terima. Ia kemudian membalasnya. mereka tertawa bersama.
  Dari jauh diam-diam, ellizabeth menyaksikan itu semua. Ia sangat senang melihat cucunya kembali tertawa. Grace, gadis kecil itu sudah berhasil membuatnya bahagia.
*Flashback off*
  ****
  Christ melihat kertas yang sudah usang itu. Kenyataannya christ memang masih menyimpan kertas itu sejak dulu. Dimana cap tangan itu masih terlihat walaupun sudah agak buram. Dimana tertulis namanya dan nama gadis kecilnya. Dan sekarang ia akan kembali kehilangan tawanya. Karena dia akan menjadi milik orang lain.
  "Christ." Panggil amanda dari jauh.
  Christ segera melipat kembali kertas itu dan memasukkannya ke dalam saku celananya.
  "Berapa lama lagi kita berada diflorida?"
  "Ada apa? Apa kau bosan berada disini denganku?" christ balik bertanya.
  "Bukan seperti itu hanya saja, aku merasa kita tidak seharusnya berada disini meninggalkan perusahaan di washington DC. Kau tahu kan perusahaan sedang dalam keadaan tidak stabil." tutur am dengan sedikit kecemasan.
  "Kau tidak perlu khawatir malam ini kita akan kembali, kau bersiaplah." jawab christ.
  Ya, dia harus kembali malam ini. Karena besok dia akan menghadiri pernikahan itu.
Amanda mengangguk mendengar perkataan christ.
  "Oh iya apa kau sudah melihat kotak yang kuletakkan dikasurmu?" tanya christ.
  Am tercekat. "umm.. sebenarnya itu yang ingin kutanyakan. Mengapa kau memberikanku gaun indah yang sangat mahal?"
  "Aku ingin kau mengenakannya besok." jawab christ yang kemudian pergi meninggalkan am.
  "Besok?" tanya am pada dirinya sendiri.
  Ketika am hendak pergi juga ke kamarnya, ia melihat kertas yang jatuh dibawah lantai. Tadi ia memang melihat christ memasukkan sesuatu ke sakunya, sepertinya itu terjatuh tidak sengaja.
  Am kemudian mengambil kertas tersebut dan tidak sengaja melihat is kertas tersebut. Isinya bertuliskan "Grace dan christ".
  Apa christ masih tidak bisa melupakan grace? Mengapa ia tidak bisa melirikku sekali saja?
Suara langkah terhenti didepan am. Ia mengangkat kepalanya dan mendapati christ sedang membeku ditempatnya.
  "Itu milikku." Ujar christ yang kemudian langsung mengambil kertas itu dari tangan am.
  Christ hendak pergi.
  "Apa kau.." perkataan am berhasil membatalkan niat christ untuk pergi. "... masih mencintai grace?"
  Christopher mematung ditempatnya.
  "Jadi kau masih mencintainya." tutur am membuat kesimpulan dari diam nya christ.
Christ menghela nafas panjang. "Besok grace akan menikah dengan oscar. Jadi perasaanku tidak ada gunanya." ucap christ.
  Amanda baru mengetahui hal ini. Ia tidak tau soal dimajukannya tanggal pernikahan oscar dan grace.
  "Jadi penerbangan malam ini dan gaun itu untuk..." amanda terkejut.
  "Iya benar." jawab christ.
  "Lalu untuk apa kau membawaku ke florida?" am menyerangnya dengan pertanyaan itu lagi.
  "Aku hanya ingin menenangkan pikiranku untuk menerima kenyataan pahit ini." jawabnya.
  "Lalu mengapa harus bersamaku?" tanya am lagi.
  Christ terdiam sesaat. Kemudian dia melangkahkan kakinya mendekat kearah amanda. Ia menyapu jarak diantara keduanya. Kemudian dia memajukan bibirnya ke arah bibir amanda. Perlahan-lahan ia menciumnya dengan sangat lembut.
  Mereka berdua melepaskan ciumannya. Am meletakkan tangannya diatas dada bidang christ. Membuatnya merasakan setiap detak jantung dari pria yang dia cintai.
  "I love you." bisik am pelan.
  Christopher hanya bisa memberikan tatapan tersirat dari matanya. Namun am sama sekali tidak mengetahui apa yang ada dipikiran christ. Pria itu masih terdiam.
  "Aku mencintaimu sebagai seorang pria dan wanita. Bukan cinta adik pada kakak tirinya." tutur am lagi. "Kau tidak harus mengatakan apa-apa. Aku hanya ingin memberitahumu saja tentang perasaanku. Lagipula aku mengerti bahwa cintaku padamu adalah cinta terlarang karena ditubuh kita sama-sama mengalir darah veronica." ucap amanda.
  Christ masih menatapnya dalam.
  "Setelah grace menikah, Apa kau akan melupakannya?" tanya grace.
  Christ melangkah mundur. "Aku tidak tahu."
  Am tersenyum pahit. "ah apa yang aku tanyakan. Lagipula jika kau berhasil melupakan grace, hatimu jelas bukan untukku. Baiklah aku akan bersiap untuk kepulangan kita ke Washington DC." Am memaksakan senyumnya.
  "Am, Apa kau tak apa?"
  Am tersenyum. "Aku baik-baik saja."
  Dia berjalan meninggalkan christ. Seandainya christ tahu bahwa amanda tidak benar-benar baik-baik saja. Ini adalah patah hati yang terdalam untuknya. Melihat pria yang dia cintai tidak bisa melupakan wanita lain, dan bahkan jika prianya berhasil melupakan wanita lain itu, hatinya tetap bukan milik amanda. And she knows it exactly.
*****
"Tadi dia mengatakan bahwa dia mencintaiku."
  "Baik kalau begitu, kau berhasil melakukan tugasmu. Kalau begitu cepat kembali ke Washington DC, Serahkan urusan dia padaku. Tugasmu sudah hampir selesai. Hanya tinggal menciptakan percikan api sedikit. " ucap ellizabeth.
  Christopher hanya terdiam. Ia menyadari bahwa apa yang dia lakukan benar-benar salah. Ia menumpahkan kesalahan veronica pada wanita tak bersalah seperti amanda.
**
WAIT NEXT CHAPTER. See you

 
 

ObstacleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang