Chapter 26 : She saved me

2K 98 0
                                    

Amanda POV
  Aku melihat christ sibuk dengan rekaman itu. Ia tidak memperdulikan dirinya sendiri. Aku tahu betul pria itu belum makan sejak tadi.
"Christ, aku akan mencari makan sebentar. Kau belum makan sejak tadi."
  Dia tidak menghiraukan ucapanku. Tetapi itu semakin membuatku yakin untuk pergi mencari makan untuknya.
  Aku melihat ada toko roti tak jauh dari sini. Itu membuatku senang karena hanya dengan berjalan sedikit aku bisa membelikan makanan untuk christ. Sehingga aku juga bisa kembali dengan cepat.
  Namun tidak lama setelah aku berjalan, aku melihat ada bayangan seseorang dari belakangku. Pukulan keras mengenai kepalaku. Dan semuanya menjadi gelap.
***
  Aku membuka mataku dan mendapati seorang wanita berusia 40 tahunan menatapku dengan berlinang air mata. Namun yang membuatku heran adalah bibirnya ditutup oleh lakban dan tangan-kakinya diikat oleh tali.
  Aku berusaha bangkit untuk membantunya. Namun aku malah mendapati diriku mengalami hal yang sama. Kita berdua terjebak dalam ruang yang gelap dengan keadaan terikat.
  Aku melihat ada kepingan kaca tak jauh dari tempatku berada. Dengan susah payah aku meraihnya. Aku membesetkan kaca tersebut untuk memutuskan tali yang mengikat tanganku. Tapi ternyata tidak semudah itu, justru kaca itu malah mengenai tanganku hingga darah segar mengalir begitu saja dari tanganku. Tapi aku tidak menyerah sampai disitu. aku terus mencoba hingga tali itu berhasil terbuka. Aku melepaskan lakban yang menutup mulutku.
  Kemudian aku membantu wanita yang lebih tua dariku itu melepaskan tali dan lakban dari tubuhnya.
  "Tanganmu berdarah. Apa terasa sakit?" tanya wanita itu.
  "Aku baik-baik saja, veronica. Kenapa kita bisa berada disini?" tanyaku.
  Veronica tidak menjawab apapun. Ia menangis tanpa suara dihadapanku. Ini semakin membuatku bingung.
  "Jangan menangis kumohon." pintaku.
   "Maafkan aku. Maafkan aku selalu menempatkanmu dalam situasi yang tidak baik. Maafkan aku karena membuatmu kehilangan kasih sayang yang seharusnya kau dapat pada saat itu. Maafkan aku karena tidak ada disisimu saat kau membutuhkanku." tuturnya dengan tulus. Ia memelukku dengan erat seakan-akan itu adalah pelukan terakhirnya padaku.
  "Jangan menangis." hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku.
  Dia mengangguk dan menghapus air matanya. "Kau tidak perlu takut sayang, mommy akan selalu melindungimu dari orang-orang jahat itu."
  Veronica tampak kaget mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tampak mengeluarkan sebuah buku kecil yang telah usang dari sakunya. Ia memberikannya padaku. "Simpan ini. Jangan sampai mereka melihat kau memilikinya."
  Aku segera menuruti perintah veronica dengan memasukkannya disakuku.
  Tiba-tiba muncul pria-pria bertubuh besar menghampiriku dan veronica. Diantara mereka semua, seorang lelaki tua muncul. Aku tidak menyangka pria tua itu berdiri disana dengan senyum tanpa belas kasih.
  "Marcus dominic?" panggilku tak percaya.
  Dia tertawa dengan sangat mengerikan. "Akhirnya kau bertemu dengan diriku yang sebenarnya."
  Marcus berjalan mendekat kearahku. Namun veronica dengan cepat menarikku menjauh dari marcus.
  "Jangan sentuh putriku."
  "Ah drama yang mengharukan." ujarnya mengejek.
  "Kau sudah memaksaku meninggalkannya selama 20 tahun. Aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi lagi untuk kedua kalinya." ujar veronica dengan tegas.
  Apa yang baru saja kudengar. apakah itu sebuah kebenaran? Veronica tidak benar-benar meninggalkanku karena kemauannya?
  Marcus memberi tanda kepada para pria bertubuh besar disekitarnya. Kemudian orang-orang itu langsung memisahkanku dan veronica. Veronica tampak meronta dan menangis.
  "Jangan. Tolong, jangan sakiti putriku." pintanya dengan isak tangis.
  Untuk pertama kalinya pintu hatiku kembali terbuka. Aku melihat ketulusan dari matanya.
  Mommy.
  Marcus menghampiriku. Dia meraih daguku dengan kasar. "Hai anak manis, jadi bagamaina dengan pencarianmu? Apakah kau sudah menemukan siapa pembunuh ayahmu? Bagaimana soal dugaanmu terhadap ellizabeth, kau memang sangat cerdas. Hahaha." marcus tertawa dengan puas. "Akulah yang telah membunuh ayahmu. Akulah yang telah sengaja menyuruh orang untuk menjatuhkan rekaman CCTV itu dihadapanmu. Tetapi ternyata kau begitu lambat menemukanku. Terlalu payah!"
  Aku menatapnya dengan penuh kebencian. "Mengapa kau tega membunuh daddyku?Apa salahnya?"
  Marcus melipat tangannya didepan dada. "Aku membunuhnya karena dia menghalangi tujuanku. Aku ingin melenyapkanmu tapi dia selalu melindungimu."
  Aku benar-benar tidak dapat menahan emosiku.
  "Jadi kau akhirnya menemui pembunuh ayahmu yang sebenarnya. Lalu apa yang akan kau lakukan, anak kecil?" tantang marcus dengan nada menyepelekan.
  "Aku akan membawamu ke jeruji besi! Kau harus menerima balasan yang pantas atas perbuatan kejimu!." Ujarku dengan penuh keberanian.
  Marcus tertawa tanpa beban. "Jangan bermimpi terlalu tinggi. Lebih baik kau berdoa saja agar masih dapat melihat matahari esok pagi."
  Aku benar-benar sudah kehabisan kesabaran. "Apa kau senang hidup seperti ini? Apa yang kau dapatkan setelah membunuh orang lain."
  Marcus berjalan mendekatiku kembali. Kali ini tatapannya lebih tajam. "Tahu apa kau soal hidupku? Aku yang lebih tahu hidupku. Kau hanyalah benalu yang tidak seharusnya hadir didunia ini." Tiba-tiba marcus mengeluarkan pistol dan menaruhnya tepat didepan kepalaku.
  Veronica berteriak dengan hebat. "Jangan sentuh putriku! Jangan coba-coba menakutinya!"Seru veronica.
Aku memejamkan mataku saat merasakan marcus mulai ingin melepaskan peluru dari pistol tersebut.
  "Apa kau pikir anna akan tetap mencintaimu jika kau membunuh putriku?" tutur veronica.
Anna?
  Ucapan veronica mampu membuat marcus membatalkan niatnya. Ia mulai menurunkan pistolnya dari kepalaku.
  "Apa yang akan dia katakan jika dia melihatmu seperti ini? Apa kau tidak cukup puas dengan semua ini? Aku sudah berada disisimu marcus, bahkan sejak awal aku selalu berada disisimu. Aku membiarkan hatiku patah melihat kau lebih memilih anna. Kau bahkan tidak memikirkan perasaanku yang mengetahui bahwa kalian telah berselingkuh dibelakangku hingga akhirnya. Kau sudah memilih anna, maka aku memilih logan kenneth untuk menemani hidupku. Dia pria sederhana yang mengajariku ketulusan. Tapi apa yang kau lakukan, Kau memisahkanku dengan pria yang ku cintai dan bahkan kau membunuhnya. Lalu setelah itu kau memisahkanku dengan putriku selama berpuluh-puluh tahun. Apa kau belum merasa puas juga?" Tutur veronica dengan penuh isak tangis.
  "Aku sudah membiarkan diriku menjadi boneka yang bisa kau atur dan mainkan sesuka hatimu. Tapi semua ini sudah sampai batasnya, marcus. Kau tidak bisa terus begini. Kau bukan lagi marcus yang dahulu sempat membuat aku jatuh hati." lanjut veronica lagi.
  Marcus yang sedari tadi terdiam, mulai tertawa kecil dengan penuh kepahitan. Dia kemudian bertepuk tangan melecehkan veronica. "Kau butuh jawaban kan? Benar, aku belum puas. Seharusnya hari itu kau tidak menerima perjodohan kita, Seharusnya kau tahu diri bahwa anna dan aku saling mencintai, seharusnya kau membiarkan kami bersatu, bahkan seharusnya kau yang mati hari itu. Bukan anna-ku!" tutur marcus dengan suara penuh luka.
  "Aku tidak akan membiarkan kau dan anakmu hidup bahagia bersama!" seru marcus.
  Dia mengarahkan pistol itu kembali kepadaku. Untuk kedua kalinya aku memejamkan mataku kembali.
  "DORR!" Aku mendengar suara tembakan yang sangat keras. Namun aku tidak merasakan sakit apapun.
  Aku membuka mataku dan mendapati veronica berbaring lemah dihadapanku dengan berlumuran darah. "My daugh..ter,"
  Setelah itu aku mendengar suara tembak menembak secara terus menerus. Aku melihat ada kelompok lain yang datang menyerang marcus dan anak buahnya.
  Aku mengeluarkan air mata. Dengan cepat aku mengenggam kedua tangannya. "Mommy."
  "Kumohon maafkan mommymu karena tidak bisa menjadi ibu yang baik." tuturnya sambil menahan rasa sakit.
"Mengapa kau menyelamatkanku?" tanyaku dengan penuh isak tangis.
  "Because I love you more than anything in this world. Mom loves you."
   "MOM!!!" Teriakku saat melihat kondisinya semakin parah.
   "Aku senang mendengar kau memanggilku dengan sebutan itu lagi."
  Setelah itu aku melihat veronica memejamkan matanya dengan tenang disertai dengan senyuman dibibirnya.
  Seseorang memegang kedua bahuku. "Are you okay?" tanya orang tersebut.
  Aku mengangkat kepalaku dan mendapati christopher menatapku dengan penuh kekhawatiran.
  "She.. she... saved me." aku menangis dengan keras dipelukan christ. Untuk pertama kalinya jika aku bisa mengulang waktu, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan  yang singkat ini untuk bertemu dengan veronica. Aku tidak akan bersikap.kasar padanya. Aku tidak akan pernah menunjukkan sikap benci padanya.
*** 
  "Maaf karena aku datang terlambat." ujar christopher sambil menyetir mobil. "Aku sudah mengerahkan semua koneksiku untuk menemuimu. Tetapi rupanya koneksiku terlambat menemuimu."
  Aku menoleh kearah christopher dengan mata berkaca-kaca. "Tidak, Kau tidak perlu meminta maaf. Kau tidak melakukan kesalahan apapun.Tapi..  seharusnya aku yang meminta maaf karena aku yang telah melakukan kesalahan besar..  pada veronica."
  Christopher mengusap punggung tanganku dengan maksud menenangkanku. "Aku yakin veronica tidak akan membencimu. Dia sangat menyayangimu."
  Aku tersenyum menatap christopher.
  Aku teringat akan buku kecil yang diberikan oleh veronica tepat sebelum orang-orang bertubuh besar itu datang. Aku menunjukkan buku kecil yang sudah usang itu pada christ.
  "Veronica memberikanku ini."
  Aku kemudian membuka halaman pertamanya.

Dear diary. Veronica Grayson dan Veronica Dominc adalah wanita yang sama namun memiliki kisah hidup yang jauh berbeda.
 

ObstacleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang