Chapter 2 : That's Dominic

4.4K 206 4
                                    

Tangan yang kugunakan untuk menggendong ransel milikku, menjadi lemas seketika melihat kemegahan mansion milik keluarga dominic. Ya, dominic. Aku memang pernah mendengar nama kerajaan bisnis dominic yang bergerak dibanyak bidang, namun aku tidak menyangka bahwa kelak aku akan menjadi bagian dari mereka. Dominic adalah keluarga dari marcus yang tidak lain adalah suami dari veronica saat ini.

Sebuah tangan hangat menyentuh telapak tanganku. Ia membuat gerakan yang sedikit menghilangkan keterkejutanku. Veronica membimbingku memasuki lorong mansion. Demi tuhan, ini adalah tempat terhebat untuk ditinggali seseorang yang pernah kulihat. Semua benda didalam sini terlihat sangat mewah dan aku yakin masing-masing memiliki harga yang fantastis. Para pelayan berkeliaran dimana-mana. Tidak ada satupun diantara mereka yang hanya berdiam diri, mereka dibayar dengan baik sepertinya. Well, itu tidak bisa diragukan. Tapi tetap saja tujuanku kemari bukan untuk mengejar itu.

"Antar dia ke kamarnya dan perlakukan dia dengan baik." Seru veronica pada seorang wanita paruh baya. Kulihat veronica berbelok kearah yang berbeda dari jalanku.

"Selamat datang, ms. Kenneth." Seseorang pelayan wanita paruh baya menyapaku dengan penuh hormat. Dia bahkan sedikit membungkukkan badannya untuk menunjukkan kehormatan padaku.

"Tidak, jangan lakukan itu. Aku tidak pantas mendapatkan kehormatan karena statusku hanya sebagai anak haram veronica disini." Desisku dengan nada yang menjijikkan.

"Anda jangan merendahkan diri, miss Kenneth." Balas wanita tersebut dengan senyuman ketulusan. Wanita tersebut kemudian mengambil alih tas ransel -yang hanya berisikan photo-photo dan juga beberapa peninggalan dari dad- dari gendonganku. "-biar saya tunjukkan jalan menuju kamar anda, ms. Kenneth."

Aku mengangguk sambil mengekori langkahnya ke dalam lift menuju lantai 2. Tidak pernah kubayangkan sebelumnya untuk memiliki lift didalam sebuah rumah pribadi. "Um, panggil aku amanda atau am saja." Ujarku dengan senyuman kecil yang terselip dibibirku.

"Siapa namamu?"

"Nama saya Ellie esther, ms. Kenneth. Um, maksudku amanda."

Aku terkekeh melihat aksi salah tingkah wanita tua itu karena salah menyebut namaku. "Baiklah, Semoga kita bisa menjadi teman yang baik." Seruku dengan seringai dibibirku.

Lift berhenti. Ellie mengarahkanku pada sebuah ruangan yang berada diujung lorong lantai ini. Namun kulihat terdapat 2 pintu yang saling berhadapan.

"Apa diruangan itu ada seseorang yang tinggal?" tanyaku sambil menunjuk kearah pintu yang berada tepat didepan pintu kamarku.

Ellie yang sedang membuka pintu kamarku tersenyum ramah. "Itu kamar tuan Christopher, ms. Kenneth." Jawabnya santun.

"Kau memanggilku dengan sebutan itu lagi." Ujarku pura-pura mengambek.

Ellie membuka pintu kamar tersebut. Dan kalian bisa bayangkan ekspresiku saat ini. Bukan hanya luas namun ruangan ini memang sepertinya sudah didesign dengan sangat indah. Perpaduan antara warna biru dan putih yang benar-benar indah. Terdapat King bed yang sangat empuk dan juga walk in closet yang berisikan semua pakaian, sepatu dan semua hal yang wanita-wanita impikan. Aku tidak ragu jika mereka menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan design seperti ini. Siapapun yang merancangnya, aku sungguh memuja karya seninya.

"Wow, semua yang berada dalam walk in closet ini milik siapa, ellie?"

Ellie tersenyum melihat kelakuanku yang terlihat seperti anak kecil yang kegirangan mendapat es krimnya. "Semua ini telah disiapkan untuk anda, amanda."

Mulutku sontak menganga lebar. Pernyataan yang baru saja diucapkan oleh ellie benar-benar tidak bisa dipercaya. Semua hal yang saat ini terjadi hanyalah dongeng belaka bagiku. Kerajaan, gaun-gaun, lalu apa lagi selanjutnya?

ObstacleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang