Chapter 17 : Little boy

2K 104 0
                                    

Author POV

Christopher menaruh kembali smartphonenya didalam sakunya. Kemudian ia mengambil langkah lebar berjalan menuju villa.
  Christ memang berpikir ia memilih ide gila dengan mengajak am ke florida. Sejujurnya awalnya alasan utama christ mengajak am kemari bukan berhubungan dengan misi ellizabeth. Tetapi semenjak mengangkat telepon darinya, mungkin itu akn menjadi salah satu alasan ia mengajak am ke florida.
  Alasan awal sebenarnya adalah hanya karena pikiran christ sedang kacau, tak tahu arah ketika ia menyadari bahwa undangan itu nyata. Pernikahan kedua sahabatnya itu akan berlangsung tak lama lagi. Entah kenapa ia memilih membawa am dan membiarkan keduanya terjebak di villa tua ini bersama.
  Christ memutar kepalanya mencari keberadaan am. Seingatnya dengan yakin, ia melihat am masuk ke dalam villa ketika dia mengangkat telepon dari ellizabeth.
  Tetapi detik berikutnya christ menangkap seorang wanita dengan mengenakan kemeja putih miliknya. Rambutnya yang dibiarkan digerai terlihat basah, yang berarti dia baru mencuci rambutnya. Tetapi air yang menetes dari rambutnya justru membuat kemeja putih itu membentuk lekuk tubuhnya. Christ adalah pria normal, jadi bukan salahnya jika ia tergoda.

"Hey, Tolong bantu aku membuka kaleng minuman ini," Ujar wanita itu.
  Christ berdeham membuyarkan lamunannya dan berusaha sigap kembali. Ia berjalan mendekat kearah wanita tsb.

"Kenapa kau menggunakan kemejaku?" tanya christ dengan wajah datar sembari membuka tutup kaleng itu dengan mudahnya.

  Amanda tertawa cengengesan.
"Tidak boleh ya? aku mengenakannya karena ini terlihat nyaman."

Christ meneguk salivanya, berusaha tidak menunjukkan apa yang ada dipikiran.

"Lebih baik kau mengenakan bajumu sendiri, aku.." belum selesai christ menyampaikan maksudnya am sudah menyela ucapannya.
"Kau ingin mengatakan bahwa kemeja ini berharga fantastis dan aku bukan kalangan yang pantas meliriknya apalagi mengenakannya. Begitukah?"
Christ memberi tatapan kosong.
Kali ini bukan karena uang.
Tapi karena ia tidak bisa menahan diri lebih lama jika am mengenakan pakaian seperti itu didekatnya. Tubuhnya terlalu indah.

"Aku tidak mengatakan apapun. Tapi jika itu yang kau pikirkan, lebih baik kau ganti dengan pakaianmu sendiri." Seru christ sambil berjalan masuk kedalam kamarnya.
Am mendengus kesal.
*****

Am membolak balikkan halaman majalah fashion yang berada ditangannya karena bosan. Sudah cukup sering ia mengeluh akan kejenuhannya yang tidak melakukan apapun di villa. Bahkan sebenarnya ia juga masih penasaran terhadap alasan christ yang tiba-tiba membawanya kemari.
  Dimana pria itu?
  Amanda yang sedari tadi sibuk membaca majalah mulai menyadari kehilangan christopher. Ia memutuskan untuk berkeliling disekitar villa mengintari kamar-kamar dan ruangan lainnya. Tetapi ia tidak menemukan christopher disalah satunya.
  Am mulai berpikir menyusun kemungkinan yang ada. Hingga langkahnya terhenti saat mendengar suara seseorang dari dalam pintu kamar mandi. dengan sedikit ragu, amanda berjalan mendekat kearah pintu tersebut. Suara kecil itu semakin terdengar jelas.
  "To..long."
Tolong?
  Amanda mengerutkan dahinya begitu mengetahuinya. Tetapi itu hanya berlangsung beberapa detik, hingga ia sadar bahwa ia mengenali pemilik suara itu. Karena takut dugaannya salah, ia mencoba mengetesnya.
  "Chri..."
  "am...manda" Panggil seseorang dengan sangat lemah tanpa tenaga.
  Sontak mata am terbelalak. ia kembali mengingat kejadian waktu itu saat ia terkunci bersama christopher di mansion utama dominic. Ia masih ingat bagaimana wajah ketakutan christ saat itu. Am takut hal itu terjadi kembali padanya saat ini.
  "Christ, apa yang terjadi?!" Tanya am dengan penuh kekhawatiran.
  Christ tidak langsung menjawab pertanyaannya am. Ia justru tidak mengabaikan pertanyaan itu selama beberapa waktu.
  "Pintu..nya macet" jawabnya dengan suara bergetar.
  Am tidak habis pikir, mengapa kejadian seperti ini selalu terjadi pada christ yang notabennya memiliki ketakutan semacam trauma terkunci disuatu ruangan yang kecil.
Dengan sigap, am mencoba berbagai cara agar dapat membuat pintu berhasil dibuka. Butuh waktu yang tidak sebentar bagi am untuk membuka pintu rusak tersebut. Hingga pada titik puncak usahanya akhirnya pintu tersebut dapat terbuka.
  Christopher berdiri tepat didepan pintu dengan wajah pucat pasi. tanpa berpikir panjang, Amanda langsung mengamankan christ dan membawanya untuk bersandar disofa. Tatapan mata pria itu begitu sayu. Bahkan bibirnya masih bergetar hingga sekarang. Amanda memberikannya air hangat kepadanya.
  "Kau.. tidak perlu sungkan berbagi cerita denganku. Apa kau lupa bahwa ada darah veronica yang sama sama mengalir dalam tubuh kita. Apa kau masih tidak percaya padaku untuk mendengar ceritamu?" Ucap am berniat membuka kisah pahit christ. Ia tidak berniat buruk, hanya saja ia merasa christ butuh penopang untuk menghadapi sesuatu buruk dimasa lalunya.
  Christ menatap am dengan penuh arti. "Waktu itu..

ObstacleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang