Daegu
February 4th, 2016
.
.
.
.
"YA TUHAN, TAEHYUNG HYUNG!" lagi. jungkook masih kehilangan kata-katanya. ia terlalu terkejut dengan apa yang sedang dilihatnya. bocah yang belum genap berusia 16 tahun itu langsung berlari menghampiri sang kakak yang telah tersungkur lemah di atas trotoar bersalju.pada kenyataannya, taehyung masih membuka kedua matanya. meskipun pandangannya tidak fokus dengan bola mata yang terkesan lari kesana kemari dan cenderung meredup.
"apa yang kau rasakan, hyung? bagian mana yang sakit?" tanya jungkook bertubi-tubi. pikirannya begitu kalut melihat keadaan taehyung hyungnya yang memprihatinkan, hingga ia pun tak tahu harus berbuat apa.
"khhh... hhhh... kook... kkhh..." taehyung berusaha menggerakkan bibirnya, walau pada akhirnya hanya terdengar suara erangan semata. taehyung pun semakin mengernyitkan dahinya, menandakan bahwa ia tengah merasakan hal yang tidak nyaman dalam tubuhnya. tak jarang ia membuka mulutnya demi bisa bernafas dengan mudah.
"bagaimana ini hyung? tubuhmu terasa sangat dingin. apa yang harus kulakukan?" tanya jungkook khawatir. setelah mengecek suhu tubuh taehyung dengan menempelkan telapak tangan ke dahi kakaknya, maka secepat mungkin jungkook melepas jaket tebalnya, dan memakaikannya di tubuh taehyung. bahkan jungkook tak memedulikan pula kondisinya saat ini, ketika ia hanya mengenakan sebuah kaos dan hoodie tipis yang sementara ini melindunginya dari terpaan hujan salju ringan.
"...sejujurnya dompetku juga tertinggal di tempat kerja hyung" seru jungkook dalam hati.
"hhhh... pu... hhlaang... kkkhhh" dengan segala kesulitannya, taehyung kian meracau.
"bagaimana mungkin aku membiarkanmu pulang dalam keadaan seperti ini hyung?" jungkook kesal. ia kesal dengan keadaan yang kian menyudutkannya. kesal dengan hyungnya yang keras kepala, kesal karena dompetnya yang harus tertinggal, dan kesal karena dia seperti kehilangan akal.
taehyung tidak dapat berbuat banyak. ia hanya berusaha keras menggelengkan kepalanya, dan sesekali bulir air matanya lolos membasahi pipinya.
"ayo kubantu, naiklah ke punggungku" sekuat tenaga jungkook menutupi rasa khawatir di depan hyungnya, dan mati-matian pula ia berusaha untuk terlihat tenang.
taehyung tak menjawab. matanya pun perlahan mulai menutup. hanya terdengar hembusan nafasnya yang semakin memberat.
dengan susah payah jungkook mengangkat tubuh taehyung, kemudian membawanya ke atas punggungnya. ia hanya tak habis pikir, kemana perginya orang-orang yang tadi mengerumuninya? tak adakah orang yang berbaik hati untuk menawarkan bantuannya? ah jungkook tak mau ambil pusing lagi.
.
.
.
.
.sembari menggendong taehyung, jungkook berlari semampu yang ia bisa. tak peduli suhu dingin yang menusuk tulangnya, tak peduli pula tumpukan salju yang begitu menyulitkannya untuk berlari, ataupun jarak tempat yang akan ia tuju... jungkook hanya terus berlari. saat ini satu yang ia pikirkan, rumah sakit. terlebih hanya ada satu rumah sakit terdekat di kawasan ini, yaitu Fatima Hospital. rumah sakit yang ia dan hyungnya sangat benci dan bersumpah tak akan pernah masuk ke dalamnya. tapi bagaimanapun juga, taehyung membutuhkan pertolongan segera. ia tak mau mengorbankan taehyung demi keegoisan atau harga dirinya. yang terpenting saat ini adalah taehyung. apapun akan jungkook lakukan demi taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himnaeseyo [BTS Fanfiction]
Fiksi Penggemaraku benci..... benci ketika kejadian itu terjadi, semuanya berubah..... kehidupanku..... masa depanku..... semuanya seolah menjadi musuhku..... dan karena kejadian laknat itulah, kini aku berhasil membebani adikku sendiri..... (kim taehyung, 17 tah...