February 5th 2016
Waiting Room - Fatima Hospital
.
.
.
.
.
hampir 45 menit jimin duduk termenung di kursi ruang tunggu, namun sepertinya tak ada tanda-tanda jungkook keluar ruangan untuk menemuinya. malahan ia sempat curiga, karena beberapa kali sayup-sayup terdengar keributan kecil di dalam sana. haruskah jimin menghampiri mereka? ataukah ia harus terus menunggu lagi?demi dua orang yang sudah ia anggap sebagai keluarga, jimin memutuskan untuk terus menunggu mereka. meskipun sejujurnya, badan mungil itu merasakan lelah luar biasa. tak jarang pula rasa kantuk berat menguasai kedua matanya. namun satu hal, ia tak mau bertindak egois. karena ia sendiri tahu... bahwa jungkook jauh lebih 'lelah' darinya.
dan tanpa disangka, baru beberapa detik ia meregangkan tangan dan kakinya untuk mengusir rasa pegal... kedua mata jimin menangkap sosok jungkook berjalan cepat keluar ruangan tanpa mengindahkan keberadaannya.
.
.
jimin bingung? ya, tentu saja. apa yang terjadi lagi diantara dua saudara kandung itu? eh? dua? um mungkin lebih tepatnya tiga saudara kandung, karena jimin sempat melihat seokjin uisanim kembali memasuki ruang ICU.
.
.
"jungkook-ah!" tanpa diperintah, kedua kaki jimin langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlari mengejar jungkook."jungkook-ah!"
"jungkook-ah!"
remaja bernama jungkook itu terus berlari menghindari kejaran jimin dan berusaha untuk menulikan kedua telinganya dari panggilan-panggilan tersebut. dan lebih parahnya... jungkook tak memiliki tujuan. ia hanya asal berlari untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya. barangkali dengan ia berlari, seluruh beban berat di hatinya satu per satu luruh bersama air mata dan keringatnya.
"jungkook-ah!" berhasil. jimin berhasil meraih bahu remaja yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya. dan secara otomatis pula jimin berhasil menghentikan langkah jungkook.
"hei, apa yang terjadi hm?" tanya jimin lembut. ia tak ingin membuat suasana hati jungkook semakin memburuk.
"......" jungkook tak menjawab. ia hanya berdiri menunduk, dan dapat jimin lihat jika kedua bahu jungkook sedikit bergetar.. yang dapat ia simpulkan bahwa anak itu sedang menangis.
"kau tak mau berbagi padaku hm? bukankah kau menganggapku juga sebagai hyungmu?" tawar jimin lagi. kali ini ia merangkulkan tangannya ke bahu jungkook dan menepuknya pelan. berharap dengan cara itu, jungkook sedikit tenang.
"maaf hyung...." jawab jungkook di tengah isaknya.
"hn?" jimin tak mengerti arah pembicaraan jungkook."tak usah mengikutiku lagi hyung, aku ingin sendiri" lanjut jungkook pelan, seolah ia sudah kehabisan tenaga bahkan hanya untuk mengeluarkan suara.
"aku tak mengerti kookie-ya... kau tak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. kumohon jujurlah, apa yang sebenarnya terjadi?" jimin merepalkan kedua telapak tangannya erat, seolah-olah tahu siapa biang permasalahan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himnaeseyo [BTS Fanfiction]
Fanfictionaku benci..... benci ketika kejadian itu terjadi, semuanya berubah..... kehidupanku..... masa depanku..... semuanya seolah menjadi musuhku..... dan karena kejadian laknat itulah, kini aku berhasil membebani adikku sendiri..... (kim taehyung, 17 tah...