February, 5th 2016
Intensive Care Unit (ICU) - Fatima Hospital
.
.
.
.
.
.
"taehyung hyung... kenapa masih belum bangun juga, hng?" baru satu hari taehyung tertidur, tapi jungkook sudah merasa kesepian. tak pernah bosan, ia genggam tangan sang hyung... takut bila sewaktu-waktu tangan itu bergerak dan taehyungnya pun mulai tersadar dari mimpi panjangnya. tak jarang pula remaja itu merapikan poni taehyung sembari mengamati kesempurnaan wajah yang dimiliki hyungnya."pantas saja banyak agency ternama yang memperebutkanmu hyung, selain pandai bernyanyi.... kau juga sangat tampan. bisa kupastikan jika banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihmu" jungkook terkekeh kecil.
"tak salah bukan jika aku sangat iri padamu?" jungkook meletakkan tangan kirinya di tepi ranjang taehyung, lalu ia tumpukan kepalanya di atas sana. itu memudahkan ia untuk fokus memandangi taehyung.
"......mulai saat ini.... jangan pernah menyesali apapun yang pernah terjadi, nde? kita akan memulai semuanya dari awal..." jungkook semakin bersemangat dengan monolognya.
".....maka dari itu cepatlah sembuh hyung, agar kita semakin cepat pindah ke seoul... dan memulai hidup baru di sana" jungkook tersenyum sendiri membayangkannya.
"jungkook-ah..." tiba-tiba jimin datang dengan sebuah ransel hitam melekat di punggungnya.
"ah! jiminie hyung.." jungkook menoleh ke sumber suara. ia berikan senyum tulus yang sempat hilang beberapa saat lalu.
"sudah baikan?" jimin berjalan sangat pelan mendekati jungkook, agar tak mengganggu tidur panjang sahabatnya itu.
"....mm sedikit" jungkook tersenyum lagi.
"kau tidak tidur semalaman, eoh?" jimin cukup terkejut melihat tampilan jungkook yang jauh lebih berantakan dari sebelumnya.
"aku tidak mengantuk hyung.... tadi malam aku asyik bercerita dengan taehyungie hyung, sampai tak sadar jika ini sudah beranjak siang" jawab jungkook sedikit antusias.
mendengar jawaban jungkook, jimin merasa sedih. sefrustasikah itu jungkook? ...hingga tak habis-habisnya ia bermonolog dengan taehyung. ya, jimin tahu... jungkook memang wajib memberikan supportnya untuk kesembuhan taehyung. tapi bukan begini caranya. ia sangat menentang jika jungkook menyiksa dirinya seperti itu.
"tidurlah di ruang tunggu kookie, aku yang akan menemani taehyung di sini" jimin memberikan tatapan seriusnya. berharap jika jungkook mau mengerti atas niatan baiknya.
"tidak hyung, aku akan menunggu taehyungie hyung hingga membuka matanya"
"jungkook-ah... lihatlah mata pandamu itu! taehyung akan sangat sedih jika tahu kau menyiksa diri seperti itu" ujar jimin kesal.
"aku tak menyiksa diri hyung... aku hanya ingin menjadi orang pertama yang dilihat taehyung hyung ketika ia sadar nanti..." sanggah jungkook lagi.
"bagaimana jika ia sadar satu minggu lagi? apa kau juga tidak akan tidur selama satu minggu eoh?" jimin tak bisa mengontrol kekesalannya. di matanya, jungkook sama keras kepalanya dengan taehyung.
"pergilah hyung... aku sedang tak ingin berdebat denganmu" jungkook memalingkan wajahnya dan lebih memilih untuk memandangi wajah damai taehyung.
"jungkook-ah... aku hanya tak ingin kau jatuh sakit... cukup taehyung saja. jika kau sakit, siapa yang akan menjaga kalian berdua hn? ingatlah jika aku tak bisa menemani kalian 24 jam penuh" jimin berusaha melunak, agar jungkook tak salah pengertian dengan maksud baiknya.
"maaf hyung, aku hanya--"
"selamat siang..." suara lain memotong perdebatan jungkook dan juga jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himnaeseyo [BTS Fanfiction]
Fanficaku benci..... benci ketika kejadian itu terjadi, semuanya berubah..... kehidupanku..... masa depanku..... semuanya seolah menjadi musuhku..... dan karena kejadian laknat itulah, kini aku berhasil membebani adikku sendiri..... (kim taehyung, 17 tah...