#31: Pengakuan

1.4K 242 75
                                    

March 6th, 2017
Korea University Medical Center
VIP Room.
06.40 a.m
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"apa hyung mau tinggal bersamaku setelah ini?"

taehyung terkejut bukan main saat jungkook melontarkan pertanyaan sederhana ini. lidahnya mendadak kelu, begitu juga dengan bibirnya yang terkatup rapat karena tak tahu harus menjawab apa. tanpa disadari pula ia meremat selimut putih di sisi kanan kirinya demi menyalurkan perasaan gugup. hey, bukan pertanyaan semacam ini yang ingin taehyung dengar!

"hyung?" jungkook memanggil pelan, memastikan sang kakak belum terlelap.

"eoh? tidurlah, jungkookie" tak ada pilihan lain, taehyung harus mengalihkan pembicaraan. sungguh. ia tak siap dengan segala konsekuensi yang didapat, bila sang adik salah menangkap maksud jawabannya.

"hm...... masih tidak mau ya?" jungkook tersenyum simpul disela menutup kedua matanya. bocah itu tidak marah atau mengamuk seperti dugaan taehyung sebelumnya, hanya saja nada bicaranya menyiratkan rasa kecewa. benar. siapapun yang mendengar, pasti bisa menyimpulkan.

hmm, ya ya baiklah. setidaknya pemuda kim itu patut bersyukur, bahwa masalah tak kan menjadi lebih runyam dari sebelumnya.

"um, bu... bukan begitu jungkookie" taehyung menggigit bibir bawahnya. jujur, ini yang pemuda kim takutkan.

tidak, tidak. sungguh! taehyung tidak bermaksud menolak tawaran jungkook. yang benar saja, dia melepaskan segala keinginannya dengan sia-sia. bodoh, idiot, begitu kata jimin. tapi........... ada banyak alasan yang memenuhi otaknya, hingga akhirnya ia ragu untuk memberi jawaban.

kalian tak salah membaca. tebakan kalian juga sepertinya tidak meleset.

bingo. kim seokjin. si sulunglah yang menjadi salah satu alasan utamanya. demi tuhan, taehyung tak mau melakukan kesalahan yang sama hingga berakhir ketiganya yang saling tersakiti. pemuda itu sangat trauma dengan apa yang dialaminya selama ini.

faktanya...... kalau begini keadaannya saja mereka bahagia, kenapa harus menodainya demi kebahagiaannya sendiri? intinya adalah perbaiki atau menghindari. baiklah, taehyung sudah mulai berpikiran dewasa sekarang. semoga akan terus seperti itu hingga akhir nanti.

"hng. aku bisa mengerti hyung. tidak apa-apa. jangan merasa bersalah. aku....... memang sudah berubah, aku bukan jungkookie yang selalu ada untukmu seperti dulu. jika hyung hidup bersamaku, mungkin kau akan kesepian sepanjang waktu karena aku jarang pulang. baiklah, tak apa. jika itu maumu, aku bisa memahaminya" jungkook membuka mata secara tiba-tiba, lalu sedikit menoleh ke arah taehyung dan memandangi wajah tampan kakaknya. sesekali ia mengerjap, tak lupa pula dengan senyum tulusnya.

"jungkookie---"

"tapi untuk sekarang, temani aku ya? aku tak mau berpisah dari hyung satu inci sekalipun!" belum juga taehyung menyelesaikan kalimatnya, jungkook kembali memotong pembicaraan. kini sikap protektif jungkook telah kembali. nyatanya........ tanpa peduli rasa nyeri yang mulai menyerang kaki kirinya --yang saat ini terbalut gips, jungkook mulai berpindah posisi. ia sedikit memiringkan badannya lantas tanpa basa-basi memeluk tubuh kurus sang kakak erat sekali.

"yaaa! jungkookie, jangan macam-macam! lihat! infusmu berdarah!" taehyung memukul pelan bahu adiknya sebagai usaha melepaskan diri dari pelukan jungkook. pemuda kim itu nampak khawatir karena selang infus jungkook mengeluarkan cairan berwarna merah. mungkin karena tak sengaja tertarik, dan mengoyak lubang jarum infusnya.

"ouch! pantas saja terasa sedikit perih" jungkook meringis, berpura-pura kesakitan.

"benarkah? apa hyung harus membangunkan seokjin hyung? atau.... ah! coba tekan tombol nurse call untuk memanggil perawat!"

Himnaeseyo [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang