Haiiii... aku kembali lagi. Deeply sorry yaaa. Maaf banget nelantarin ini sampai dua minggu lamanya karena aku ada ujian. Oke sekian excuse dari aku.
Oh ya, sesuai janjiku kemarin, aku persembahin part ini untuk JohnAbrahamm ^^
HAPPY READING!!!
"Dara?"
Dara menolehkan kepalanya dan mendapati Mrs. Rey di pintu melihatnya dengan tatapan simpati di matanya. Dara sedang berbaring di ranjang sambil bergeming menatap langit-langit kamarnya. Apa yang terjadi sebelumnya terulang-ulang di kepalanya lagi dan lagi.
Setelah Donghae meninggalkannya di ruang kerjanya, Dara mengambil amplop yang Donghae jatuhkan di depannya. Amplop itu dialamatkan ke padanya dan Dara tidak perlu belajar ilmu hukum untuk mengetahui bahwa ia lah orang yang meminta surat permohonan cerai itu ketika ia mengeluarkan kertas dari dalam amplop itu. Dara langsung berlari ke dalam kamarnya setelah membaca surat itu dan ia hanya duduk di bawah kasurnya sambil menangis. Jika apa yang Donghae katakan benar, bahwa ialah orang yang meminta perceraian itu, lalu mengapa ia merasa sangat sakit? Jika ia benar-benar tak peduli dengan Donghae lalu apa tidak seharusnya ia bersikap tidak acuh kepada Donghae? Apakah benar karena ia bergantung pada Donghae? Dan siapakah seharusnya mantan pacarnya ini yang tidak bisa ia lupakan? Lagi dan lagi, rentetan pertanyaan menginvasi kepalanya dan membuatnya semakin menangis. Ia bahkan tidak tahu lagi siapakah dirinya. Seperti apakah ia.
Setelah lelah menangis, Dara merangkak naik ke ranjang dan berbaring di sana. Dan ia tidak sadar kalau ternyata hari sudah gelap.
Mrs. Rey melihatnya seakan ia ingin mengatakan sesuatu kemudian ia berkata, "Kau melewatkan makan siang."
Dara bangun dan duduk, kedua matanya terasa seakan habis ditonjok.
"Aku tidak lapar, terima kasih." Dara terisak.
Mrs. Rey menghela napas dengan pelan. "Membiarkan dirimu kelaparan sampai mati tidak akan mengubah keadaan."
"Aku hanya melewatkan makan siang," katanya penuh sesal. "Kurasa kau mendengar... pertengkaran kecil kami, ya?"
"Kau tidak benar-benar bertengkar dengan pelan."
Dara menertawakan dirinya sendiri. Ia merasa seakan ia hampir gila jika ungkapan sarkastik itu malah membuatnya ceria.
"Ada seorang tamu untukmu," Mrs. Rey memberitahukan dan kedua alis Dara terangkat, bingung. Tamu?
"Apakah itu ibuku?" Dara bertanya penuh harap.
"Bukan," Mrs. Rey menggelengkan kepalanya. "Seorang Bom? Park Bom?"
Dara tidak perlu mendengarnya dua kali. Ia langsung berdiri dan hampir berlari menuruni tangga saat Mrs. Rey memberitahunya bahwa tamunya berada di ruang keluarga. Jantungnya berdebar sampai hampir keluar dari rongga dadanya, takut dengan apa yang akan dilihatnya, Dara berhenti di tangga, ruang keluarga berada di seberang di mana ia berdiri sekarang. Bagaimana jika Bom bukan lagi Bom yang Dara ingat? Bagaimana jika Bom juga membencinya seperti yang orang lain lakukan? Dara mengambil napas dengan dalam dan berjalan ke ruang keluarga.
Di sanalah ia. Memunggungi Dara, sedang melihat ke arah jendela kaca. Rambutnya masih panjang, hampir sepinggang. Bom menolehkan kepalanya dan melihat Dara. Dara bergeming. Ia tidak bisa mengatakan betapa leganya ia bertemu dengan Bom. Betapa senangnya. Ia tidak peduli jika nantinya Bom juga membencinya juga. Dara hanya lega saja melihat Bom. Ia berjalan mendekat ke Bom dan memeluknya, hampir merobohkan Bom.
![](https://img.wattpad.com/cover/43688464-288-k694033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You (Indonesian Translation) - COMPLETED
FanficDara terbangun di sebuah rumah sakit dengan 15 tahun hidupnya hilang dari ingatannya. Dari seorang gadis sederhana dan ceria yang sedang berusaha menamatkan sekolahnya, ia terbangun menjadi seorang CEO dari salah satu perusahaan hiburan musik terbes...