#01: Pemeran Utama

173 11 11
                                    

Diversion

01. Pemeran Utama

[•••]

"One, two, three, four!"

Seorang perempuan mengomando teman-temannya yang sedang berdiri di belakangnya. Ia menggerakkan tubuhnya dengan energik dan sesuai dengan hentakan musik. Para perempuan yang berada di belakangnya mengikuti koreografinya dengan gerakan terpatah-patah.

Dengan kesal, perempuan itu menghentikan alunan musik yang berasal dari ponselnya. Teman-teman satu ekskulnya berhenti menari dan menunduk dengan takut. Mereka tahu bahwa mantan ketua mereka itu akan memarahi mereka.

"Kalian bisa nari, nggak, sih?" tanya perempuan tersebut.

"Bi--bisa, Kak," jawab para perempuan yang lain dengan gugup.

"Kalian niat ikut lomba, nggak?" tanya perempuan itu lagi.

"Niat, Kak," balas seorang adik kelas dengan cukup berani.

"Kalo kalian emang bisa nari dan niat untuk ikut lomba, kenapa ngikutin gerakan saya aja susah setengah mati?" seru perempuan itu dengan kesal.

"Udahlah, Alyssa," sebuah suara memecahkan ketegangan dalam ruangan tersebut, "Jangan terlalu keras sama mereka."

Alyssa menoleh ke asal suara itu. Ia menghela napas ketika melihat Sarah—sahabatnya sejak SMP—berdiri di ambang pintu ruangan ekskul modern dance.

"Kalian latihan sendiri dulu. Saya ada urusan," ucap Alyssa sambil menyalakan musik dan kemudian menghampiri Sarah. "Amanda, perhatiin temen-temen lo!"

Sarah tersenyum tipis saat melihat wajah Alyssa yang merah padam. Dari dulu, sahabatnya itu tidak pernah bisa menerima kecacatan sedikitpun untuk hal-hal yang ia anggap penting. Contohnya, lomba modern dance tingkat Provinsi yang akan dilaksanakan satu bulan lagi.

"Alyssa Megarinta, lo nyaris bikin junior-junior kita ngundurin diri berjamaah dari ekskul modern dance," ujar Sarah sambil tertawa kecil. Mereka kini tengah bersandar di pagar besi yang terbentang sepanjang koridor lantai dua.

Alyssa mendengus. "Sarah Dian Raharja, kalo gue terlalu memanjakan mereka, yang ada mereka malah makin nggak serius. Gue nggak mau citra sekolah kita hancur pas di pertandingan nanti cuma gara-gara anak kencur kayak mereka."

"You know, Lyss," ucap Sarah sambil mengeratkan sweater yang ia pakai—berhubung udara menjadi semakin dingin. "Mungkin, semua orang menyangka berteman sama lo adalah hal yang gampang. But hell no, mereka nggak akan menyangka kalau perempuan yang terkenal friendly dan lovable ini bisa jadi the mean girl dalam waktu singkat."

Alyssa menaikkan kedua bahunya acuh tak acuh. Memang, dirinya dikenal seluruh warga sekolah sebagai pribadi yang baik dan ramah. Ditambah lagi dengan wajahnya yang katanya oh-sangat-menawan, tidak heran semua orang menganggapnya sebagai aphrodite berhati malaikat.

Tapi sayangnya, sebagian besar orang tidak mengetahui sisi perfeksionisnya. Alyssa memang bisa marah besar jika ada kesalahan sedikit saja pada hal-hal yang menurutnya krusial. Ia sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabatnya sebagai perempuan yang diketahui oleh nyaris seluruh warga SMA Sakabhakti karena reputasinya sebagai Bendahara 1 OSIS dan Ketua Ekskul Modern Dance saat ia masih duduk di bangku di kelas 11.

"Baguslah, kalo mereka ngejauhin gue setelah tau sifat buruk gue. Seenggaknya, gue jadi tau siapa yang bener-bener temen gue," balas Alyssa tajam.

Sarah menggeleng, kemudian menatap lapangan sekolah yang masih basah oleh air hujan. "Kadang, lo bisa menjadi sangat serius dan sangat santai di saat yang bersamaan."

Diversion (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang