#14: Percakapan Kecil

35 3 0
                                    

Diversion

14. Percakapan Kecil

[•••]

Tepat pukul enam sore, Alvan sampai di rumahnya. Tetapi, baru beberapa menit berdiam diri di dalam kamarnya, Ibunya sudah berteriak-teriak untuk menyuruhnya pergi ke masjid. Akhirnya, ia pergi ke masjid lebih dulu dan baru benar-benar bisa beristirahat sekarang. Sebentar lagi juga Ibunya pasti akan kembali berteriak seperti tadi.

Alvan menatap langit-langit kamarnya, kemudian mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Dulu, sebelum Alvan pindah ke Indonesia, kamar ini bukanlah kamar miliknya. Ini adalah kamar milik Kakaknya. Alvan memutarkan tubuhnya ke arah kanan. Otaknya masih mengingat dengan jelas percakapannya dengan Ray saat mereka bertemu di rumah Alyssa tadi sore.

"Alvan?" ucap Ray dengan bingung ketika mengetahui Alyssa diantar oleh lelaki itu. Jelas saja, masalahnya, ia tahu bahwa selama ini Alvan tidak menyukai Alyssa—berdasarkan cerita teman-teman Alvan yang sering memberitahu mengenai Alvan saat Ray sedang di Inggris.

"Kenapa lo keliatan bingung banget, sih?" tanya Alvan.

"Apa maksud lo nganterin Alyssa, lagi?" tanya Ray balik. Ia merasa ada sesuatu yang janggal di sini.

"Gue nggak bermaksud apa-apa. Alyssa nggak ada temen pulang, jadi nggak salah 'kan kalau gue mau ngebantu dia?"

Ray bungkam sejenak. Ia tahu ada sesuatu yang salah. "Alvan, bukannya lo nggak suka sama Alyssa?"

"Kalau lo tau gue nggak suka sama Alyssa, kenapa lo ngasih izin gue untuk pergi sama dia hari Sabtu kemarin?"

"Itu karena gue kasian ngeliat Alyssa, dia kayaknya udah bosen banget. Dan karena lo sendiri yang minta, gue ngerasa nggak ada salahnya untuk kasih izin."

Alvan tertawa kecil. "Terus kenapa sekarang lo khawatir banget?"

Ray menatap Alvan dengan tajam. "Lo nggak boleh nyakitin Alyssa, Alvan."

"Oh, ya?" Alvan tersenyum miring. "Kalau gitu kenapa Alyssa boleh nyakitin dia?"

Ray menghela napas panjang. "Itu masa lalu, Alvan. Gue bahkan yakin, dia nggak mau lo hidup kayak gini. Dia bukan tipe orang pendendam, Van, jadi apapun usaha lo sekarang, itu akan menjadi sia-sia."

"Yah, tapi gue tipe orang pendendam. Dan gue hanya melakukan apa yang menurut gue benar, jadi tolong jangan halangi gue, Ray," ucap Alvan dengan dingin, kemudian berjalan menuju mobilnya.

"Alyssa bahkan nggak tau apapun soal ini!" seru Ray.

Alvan hanya mendengus. "Sebentar lagi juga dia bakalan tau."

"Alvan, kalau lo ngelakuin ini dengan mengatasnamakan perasaan dia, gue selamanya akan melarang lo untuk ngelakuin ini! Gue tau dia bukan orang yang mau menyakiti orang yang dia sayang, Van. Dan dia akan selalu seperti itu, meskipun pada akhirnya dia disakitin sama orang yang dia sayang itu," balas Ray panjang lebar.

"Berarti kalau gue ngelakuin ini atas perasaan gue sendiri, lo nggak akan ngelarang gue 'kan? Lagipula, seorang teman seharusnya mendukung apa yang ingin dilakukan sama temannya sendiri, iya 'kan?"

Langkah Ray berhenti secara perlahan. Ia benar-benar tidak bisa mempercayai bahwa laki-laki yang berjalan tanpa ragu di depannya ini adalah orang yang sama ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya empat tahun yang lalu.

Diversion (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang