#02: Titik Awal

88 9 7
                                    

Diversion

02. Titik Awal

[•••]

Alyssa menatap layar ponselnya dengan bosan. Sudah satu jam ia hanya duduk di dalam kamarnya dan memainkan ponselnya tanpa henti. Perempuan itu membuka aplikasi apa saja yang bisa ia mainkan: social media, game, dan bahkan aplikasi jasa angkutan online-pun ia buka. Meskipun sebetulnya, ia hanya menunggu kabar dari seorang informannya. Benar-benar bukan kebiasaan Alyssa yang produktif.

Masalahnya, kali ini ia sedang mencari informasi tentang Alvan. Ya, lelaki yang dengan suksesnya membangkitkan rasa ingin tahu Alyssa hanya karena perlakuannya yang berbeda. Dan tentu saja, jika ia sudah penasaran akan suatu hal; Alyssa tidak akan pernah berhenti mencari tahu sampai ia mendapatkan apa yang ia inginkan.

Akhirnya!

Sebuah notifikasi berisi ID LINE seseorang muncul di layar ponsel pintarnya. Alyssa buru-buru menambahkan user tersebut sebagai temannya. Ya, ia memang sedang mencari nama akun LINE pribadi milik Alvan. Laki-laki itu memakai akun resminya di grup angkatan, sehingga Alyssa semakin berniat untuk melacak akun pribadi Alvan.

Alyssa Megarinta: Ryan, thank you, thank you, thank you! Gue udah nemuin akun Alvan dan, I think I can't ever thank enough.

Ryan: Bagus, deh.

RyanJadi lo nggak bakal nge-bomb chat gue lagi.

Alyssa Megarinta: Ih, jahat banget, sih. Tapi nggak papa, intinya lo baik banget kali ini. Makasih, Yan.

Ryan: Anything for my queen bee.

Sambil memutar kedua bola matanya dengan malas, Alyssa mulai melihat-lihat akun Alvan. Ia sangat senang karena setidaknya, ia sudah berhasil mengorek satu dari seribu misteri dalam kehidupan Alvan. Orang yang tiba-tiba saja terlihat membencinya tanpa alasan yang jelas.

Sialan, ternyata dia juga sangat misterius di akun aslinya, gerutu Alyssa dalam hati.

Bagaimana tidak? Selama Alyssa melihat akun pribadi Alvan, yang ia temukan hanya beberapa post mengenai karate dan buku-buku detektif terkenal. Tidak menambah informasi apapun, kecuali fakta baru jika Alvan ternyata tertarik dengan buku bacaan yang berbau detektif, kasus, dan misteri. Namun fakta umum seperti itu tidak cukup untuk Alyssa.

Duh, kalo gue chat, nanti dia bakalan nge-block akun gue, lagi.

Setelah mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan, Alyssa akhirnya menghembuskan napas panjang dan melempar ponselnya ke atas kasur. Ia memang harus mengenal sosok Alvan lebih dalam, tapi bukan saat ini.

Yang ia butuhkan saat ini adalah ketenangan dan kepuasan batin. Jadi, Alyssa membutuhkan secangkir kopi dan sebuah buku yang bagus di tempat kesukaannya.

[•••]

Sarah tersenyum lebar sambil terus menggerakkan kakinya di atas board. Matanya senantiasa mengamati simbol-simbol yang terus muncul di layar besar di hadapannya. Sesekali, ia melirik pasangan bermainnya yang tidak pernah ia sangka bisa memainkan permainan ini: Bryan.

Sarah tidak bisa menghindari perasaan senang yang muncul di hatinya saat tiba-tiba saja Bryan menghampirinya dan mengajaknya untuk bermain Dance-Dance Revolution bersama. Maka dari itu, sedari tadi ia selalu tersenyum ketika melihat Bryan bermain di sampingnya.

Ternyata, lelaki berambut cokelat itu jauh lebih baik dibandingkan gosip-gosip tentang dirinya di sekolah.

"Lo lapar atau haus, nggak?" tanya Bryan. Keringat sudah mengucur dari pelipisnya, namun sialnya hal itu malah menambah kadar ketampanannya di mata Sarah.

Diversion (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang