Diversion
08. Sabtu Siang
[•••]
"Jadi pergi ke Revo, nggak? Acaranya dimulai jam 11, loh. Sekarang udah jam 11 kurang 15 menit," ucap Ray seraya menyisir rambutnya.
Alyssa berdecak. "Santai aja, kali. SMA Bina Angkasa, 'kan, di daerah Menteng. Jadi nggak jauh banget. Lagipula, bintang tamunya juga belum datang."
"Excited dikit, dong! Masa, dari tadi gue sih yang ribet sendiri dan bukannya lo," gerutu Ray.
"Astaga, yang ada kalo kita berangkat ke sana sekarang, gerbangnya masih ditutup! Udah, lah, tenang-tenang aja. Gue juga belum mandi."
Devi—Ibu dari Ray dan Alyssa—memandang kedua anaknya yang sudah mulai beranjak dewasa itu dengan heran. Jika mereka sedang berjauhan, pasti mereka akan saling merindukan. Tapi ketika mereka sudah berkumpul bersama, mereka justru malah tidak bisa akur. Entahlah, Devi tidak bisa memahami pemikiran kakak-beradik itu.
Beberapa saat kemudian, Alyssa sudah keluar dari kamarnya. Penampilannya sudah rapih, hanya saja rambut hitamnya masih diikat dengan asal-asalan. Ray memutar bola matanya ketika melihat adiknya yang baru turun dari kamarnya.
"Yakin rambut lo nggak mau dirapihin?" tanya Ray sambil memandangi rambut Alyssa yang terkesan acak-acakan.
"Gue rapihin rambutnya di mobil aja. Udah, yuk, berangkat! Nanti kalo telat lo ngomel-ngomel, lagi," jawab Alyssa.
Ray mendengus, tetapi ia tidak berbicara lagi. Lelaki itu segera mengambil kunci mobil, menyalami tangan Devi, kemudian mengeluarkan mobil dari garasi. Alyssa juga turut menyalami tangan Devi dan pamit, lalu menyusul Ray yang sudah berada di garasi.
"Ray, Mama nggak akan bosen ngingetin kamu supaya jangan bawa mobil ngebut-ngebut! Lyss, cubit kakak kamu kalo dia udah mulai ngebut," seru Devi dari ambang pintu.
"Siap, Ma!" balas Alyssa.
Setelah ia sudah masuk ke dalam mobil, Ray langsung menancap gas dan membawa mobil meninggalkan pekarangan rumah mereka. Di dalam mobil, Alyssa mendapati ponsel Ray yang mengeluarkan suara notifikasi dari LINE secara terus-menerus. Karena merasa terganggu, Alyssa akhirnya meraih ponsel tersebut dan mengaktifkan mode diam. Tapi, ia menjadi penasaran dengan obrolan yang masuk dari satu grup.
"Ray," panggilnya. "Apaan ini, grup 'Rakebara'?"
"Eh, jangan dibuka!"
"Emangnya kenapa?"
"Man's privacy," jawab Ray singkat.
"Cih."
Alyssa mencibir kakaknya, kemudian ia menyambungkan ponselnya dengan speaker mobil karena ia ingin mendengarkan lagu. Perempuan itu menekan tombol shuffle di playlist-nya, dan lagu yang tidak ia duga pun mengalun lembut dari speaker.
When I was younger I saw my daddy cry
And curse at the wind
He broke his own heart and I watched
As he tried to reassemble it
Dan tanpa ia sadari, seiring dengan mengalunnya lagu itu, jantungnya kembali berdegup sedikit lebih sering daripada biasanya. Pikirannya kembali membuka dan memainkan memori-memori lama yang sudah berusaha ia simpan di relung hati terdalamnya agar tidak tersentuh lagi. Bayangan lelaki tersebut melintas di benaknya, kembali membawa perasaan aneh yang tidak bisa ia jabarkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diversion (ON HOLD)
Teen FictionHanya ada satu masalah besar dalam hidup Alyssa; yakni seorang Alvan nampak membencinya, dan sialnya hal itu justru memancing rasa penasarannya akan lelaki pintar yang cenderung pendiam tersebut. Alyssa ingin tahu kenapa Alvan bersikap lebih dingin...