Diversion
03. Insiden Merah Jambu
[•••]
Hari Senin. Hari yang paling tidak disukai Alyssa. Ada pelajaran Sejarah, Fisika, dan Olahraga berkumpul di hari yang sama. Ditambah lagi, ia harus menjalani upacara dan berdiri selama hampir satu jam di bawah matahari pagi. Astaga, bahkan baru memikirkannya saja sudah membuat kepala Alyssa pusing.
Sayang sekali Sarah tidak sekelas dengannya. Jika mereka sekelas, pasti Alyssa tidak akan merasa begitu bosan di tempat duduknya sekarang. Apalagi, teman sebangkunya—atau lebih tepat disebut teman semejanya—tidak masuk hari ini. Akhirnya Alyssa berniat untuk tidur saja, saat tiba-tiba Fahrian, Si Ketua Kelas, berjalan memasuki kelas.
"Ada pergantian jam pelajaran! Sekarang jadi pelajaran Olahraga dan pelajaran Sejarah jadi di jam Olahraga. Kita olahraga barengan sama kelas XII MIPA C," jelas Fahrian.
Penjelasan tersebut sukses membuat Alyssa semakin ingin berada di dalam kelasnya yang dingin dan nyaman ini. Sungguh, berolahraga pada jam pertama pelajaran setelah melaksanakan upacara adalah sesuatu yang berat bagi perempuan tersebut. Tetapi ketika melihat teman-temannya sudah mulai beranjak keluar kelas seraya membawa baju olahraga mereka, Alyssa akhirnya menyerah dan ikut berganti baju juga.
"Priiiiiit!"
Suara peluit yang dibunyikan oleh Bambang—Guru Olahraga—membuat seluruh murid dari kelas XII MIPA C dan XII MIPA G segera berkumpul di lapangan. Mereka membentuk barisan sesuai intruksi dari masing-masing Ketua Kelas dan menunggu Bambang untuk membuka mulutnya.
"Selamat pagi," sapa Bambang pada murid-muridnya.
"Pagi, Pak," balas seluruh murid dengan agak malas.
"Hari ini kita akan mengambil nilai untuk materi lari sprint. Jadi, harap kelas XII MIPA C berkumpul di sisi kanan lapangan dan XII MIPA G berkumpul di sisi kiri lapangan," jelas Bambang, otomatis membuat para murid langsung memisahkan diri sesuai kelas.
"Bagus. Dan sekarang saya akan memulai dari XII MIPA C terlebih dulu. Nomor absen satu sampai tujuh, silahkan langsung berbaris di belakang garis awal. Sedangkan nomor absen delapan sampai empat belas langsung berdiri di ujung lapangan dengan membawa stopwatch yang sudah saya sediakan. Untuk nomor absen satu berpasangan dengan absen delapan, dan seterusnya. Absen delapan sampai empat belas bertugas mencatat waktu dibutuhkan temannya untuk sampai ke ujung lapangan.
"Mekanismenya, nomor absen satu sampai tujuh mulai berlari setelah ada bunyi peluit. Kalian harus berlari sampai ujung lapangan, di mana pasangan kalian menunggu. Setelah itu, kalian kembali lagi ke ujung sini kemudian berhenti untuk menggantikan pasangan kalian di ujung lapangan sebelah sana. Nanti akan ada kertas khusus untuk diisi data hasil pengambilan nilai yang harus diberikan kepada saya setelah pengambilan nilai ini selesai. Mengerti?" jelas Bambang panjang lebar.
"Mengerti, Pak!"
"Baiklah, segera ambil posisi!"
Para murid langsung berlari menuju tempatnya masing-masing. Karena Alyssa termasuk dalam kelas XII MIPA G, maka ia memilih untuk duduk di pinggir lapangan. Mata cokelat tuanya mengamati murid-murid yang sedang berlari di tengah lapangan. Ia tadinya melihat-lihat dengan tenang, namun ketenangan itu langsung berubah saat sosok itu berdiri di belakang garis awal.
Alvan?
Mata Alyssa seakan terhipnotis untuk terus memperhatikan laki-laki yang sedang berlari ke ujung lapangan itu. Rambut hitamnya berantakan, peluh membasahi wajah dan lehernya, namun mata coklat pekatnya yang selalu Alyssa hindari tetap menatap dengan tajam dan dingin seperti biasa. Dan sialnya, penampilan Alvan saat ini terlihat tampan bagi Alyssa. Tanpa sadar, Alyssa mulai memutar semua informasi yang sejauh ini ia dapatkan tentang laki-laki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diversion (ON HOLD)
Novela JuvenilHanya ada satu masalah besar dalam hidup Alyssa; yakni seorang Alvan nampak membencinya, dan sialnya hal itu justru memancing rasa penasarannya akan lelaki pintar yang cenderung pendiam tersebut. Alyssa ingin tahu kenapa Alvan bersikap lebih dingin...