Diversion
07. Kesalahan Pertama
[•••]
"Ah, sialan! Gue lupa parah kalo hari ini ada pelajaran Ekonomi!"
Seruan yang diserukan oleh teman sebangkunya itu tidak membuat Alvan terkejut ataupun prihatin. Lelaki tersebut hanya menghela napas, dan melanjutkan kegiatannya membaca buku berjudul Kuantar ke Gerbang. Buku itu dipinjamkan Ray kepadanya dengan jalan agak memaksa, dengan jaminan bahwa isi buku tersebut sangat bermutu dan tidak membosankan.
"Van, gue harus gimana?" tanya Gilang—teman sebangku Alvan—dengan wajah putus asa.
"Ya, mau digimanain lagi? Lagian ini cuma ulangan harian, kali," tukas Alvan santai.
Gilang mendengus. "Harusnya, gue nggak nanya ke lo. Lo juga pasti tenang-tenang aja kalo ada ulangan semester mendadak."
Tanpa menghiraukan gerutuan Gilang, Alvan tetap fokus pada bukunya. Ia perlu mengakui satu hal: meskipun buku ini mempunyai genre yang sebisa mungkin ia hindari—yakni genre romantis, namun buku ini memilki sesuatu yang mengikat Alvan sehingga ia jarang sekali bisa berhenti jika ia telah membaca buku ini.
"Al!"
Dengan cepat, Alvan langsung menoleh ke sumber suara. Ia tahu, hanya ada satu orang di sekolah ini yang memanggilnya dengan panggilan tersebut.
"Aduh, Alyssa ngapain ke sini? Nyariin gue, ya?" tanya Darma, salah satu saingan Alvan di kelas. Lelaki itu buru-buru merapikan rambutnya.
Alyssa tersenyum. "Nggak, kok, Dar. Gue mau ketemu Alvan."
"Yah," balas Darma seraya memasang wajah kecewa. "Gue merasa dikhianati, loh, Lyss. Masa, saingan terberat gue di kelas harus deket sama lo juga?"
Alyssa kembali tersenyum tipis. Perempuan itu berjalan melewati Darma sambil menepuk pelan pundak temannya sejak kelas 11 itu. Ia melihat Alvan yang mulai menutup buku novel yang sedang dibacanya.
Alvan beranjak dari tempat duduknya. "Mau ngapain? Kenapa pake nyamperin ke kelas? Kenapa nggak ngomong di LINE aja?"
Bukannya menjawab pertanyaan-pertanyaan Alvan, Alyssa malah tertawa pelan. "Lo kalo udah panik jadi cerewet, ya."
"Gue nggak panik!"
"Iya, lo nggak panik," balas Alyssa singkat. "Gue ke sini cuma mau kasih formulir peserta pentas seni. Band lo mau tampil, 'kan?"
Perempuan tersebut menyerahkan sebuah kertas berwarna putih dengan beberapa data yang harus diisi. Alvan memandang kertas itu dengan perasaan malu. Dengan cepat, ia menyambar formulir tersebut dan segera memasukkannya ke dalam tas.
"Kalo mau kumpulin, bisa ke gue atau langsung ke Sarah. Gue tunggu sampe jam pulang sekolah."
Begitu Alyssa sudah pergi meninggalkan kelasnya, Alvan menghela napas lega tanpa ia sadari. Darma berdeham keras dengan sangat sengaja, karena ia telah melihat suatu hal yang tidak biasa terjadi di kelas XII MIPA C.
"Ah, gue sakit hati loh, Van, kalo ternyata lo beneran bisa ngerebut Alyssa juga dari gue," ucap Darma sambil duduk di atas meja.
Alvan tertawa. "Lo lebih jago kalo soal cewek daripada gue, Dar. Jadi, nggak usah khawatir banget, lah."
Darma nyaris saja bertepuk tangan ketika mendengar Alvan mengucapkan 'soal cewek'. "Gila, gue nggak salah denger, 'kan? Sejak kapan lo mau ngomongin soal cewek?"
Alvan salah tingkah ketika menyadari bahwa dirinya telah melanggar satu hal yang tidak seharusnya ia lakukan—apalagi di depan Darma. Ia akhirnya mengabaikan pertanyaan Darma, dan mulai mengeluarkan buku-bukunya karena sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diversion (ON HOLD)
Novela JuvenilHanya ada satu masalah besar dalam hidup Alyssa; yakni seorang Alvan nampak membencinya, dan sialnya hal itu justru memancing rasa penasarannya akan lelaki pintar yang cenderung pendiam tersebut. Alyssa ingin tahu kenapa Alvan bersikap lebih dingin...