Diversion
19. Terima Kasih, Fisika
[•••]
Setelah berkutat selama kurang lebih 20 menit, Alvan akhirnya bisa menyelesaikan tiga soal terakhir dari latihan Fisika yang harus ia kumpulkan saat jam pelajarannya setelah istirahat nanti. Lelaki itu kemudian melirik jam tangan yang terpasang di pergelangan tangan kirinya. Masih ada waktu sepuluh menit sebelum istirahat kedua ini selesai. Ia pun memutuskan untuk pergi membeli minum di koperasi sekolah.
Pilihan Alvan untuk membeli minum di koperasi tentu saja memiliki tujuan agar ia tidak perlu melihat keramaian di kantin. Tapi ketika lelaki itu sudah sampai di koperasi, ia tahu bahwa ia tidak akan bisa mencapai tujuannya untuk hari ini.
"Wah, gimana sih, Mbak? Saya nggak terima orang yang ngutang, loh," ujar penjaga koperasi kepada seorang perempuan yang sudah Alvan kenal—Alyssa.
"Saya boleh ambil uang dulu ke kelas nggak, Mas?" tanya Alyssa berusaha tenang, namun tangannya terlihat bergetar.
Seperti biasa, bukan Alyssa namanya kalau nggak ceroboh, batin Alvan seraya berjalan mendekati mereka.
"Mas, saya beli air mineral yang nggak dingin satu," ucap Alvan tanpa memerdulikan Alyssa yang sedang kesulitan di sampingnya.
"Tuh 'kan, ada yang mau beli. Saya kasih ke dia dulu, ya, Mbak?" tanya penjaga tersebut kepada Alyssa.
Alyssa menatap Alvan dengan pandangan memohon. "Al, bantuin gue sekali ini aja. Tolong, ya?"
"Bukan urusan gue," balas Alvan singkat.
Alyssa yang terbiasa direspon dengan baik oleh orang-orang di sekitarnya tentu saja tidak terima ketika Alvan hanya meresponnya dengan singkat seperti itu. Maka dari itu, ia dengan segera mengambil air mineral yang berada di tangan penjaga koperasi dan melangkah pergi dari situ.
"Air mineralnya dibayarin sama dia, ya, Mas!" seru Alyssa.
Melihat Alyssa yang sepertinya benar-benar akan pergi, Alvan berdecih pelan. Dengan cepat, ia meraih pergelangan tangan Alyssa dan menariknya sehingga perempuan itu kembali berdiri di sampingnya. Ia bahkan dengan sengaja merangkul pundak Alyssa dan menariknya sehingga tubuh perempuan itu semakin rapat dengan tubuh Alvan.
"Ya udah, saya beli air mineral itu sama teh dingin satu botol," kata Alvan akhirnya.
"Semuanya jadi tujuh ribu," balas penjaga koperasi sambil menyerahkan barang yang dibeli Alvan. "Lain kali, anterin pacarnya kalau dia mau jajan, Mas. Biar nggak kejadian kayak tadi lagi."
Spontan, Alyssa langsung melepaskan rangkulan Alvan. "Saya bukan--"
"Iya, maafin pacar saya, ya, Mas," potong Alvan segera. "Dia emang ceroboh."
Mendengar perkataan Alvan yang sangat jujur sekaligus menyakitkan itu, Alyssa kontan merasa kesal dan membuatnya menginjak kaki Alvan. Perempuan itu kemudian berlari, meninggalkan Alvan yang bahkan belum membayar air mineral yang sudah dibawa kabur oleh Alyssa. Kalau Alvan benar-benar jahat, mungkin ia hanya akan membayar minumannya sendiri dan membiarkan Alyssa mempunyai catatan hutang di koperasi sekolah. Tapi Alyssa beruntung karena hari ini jiwa kemanusiaannya masih mendominasi.
"Ini uangnya, Mas," ucap Alvan seraya memberikan uangnya kepada penjaga koperasi tersebut. "Sekali lagi, maafin cewek tadi, ya."
Penjaga koperasi itu menggelengkan kepalanya. "Nggak papa, Mas. Ngomong-ngomong, saya nggak nyangka kalau Mas ternyata udah punya pacar. Habisnya, saya nggak pernah liat Mas deket sama cewek di sekolah, sih."

KAMU SEDANG MEMBACA
Diversion (ON HOLD)
Teen FictionHanya ada satu masalah besar dalam hidup Alyssa; yakni seorang Alvan nampak membencinya, dan sialnya hal itu justru memancing rasa penasarannya akan lelaki pintar yang cenderung pendiam tersebut. Alyssa ingin tahu kenapa Alvan bersikap lebih dingin...