#20: Pengakuan dan Pertanyaan

28 3 0
                                    

Diversion

20. Pengakuan dan Pertanyaan

[•••]

Setelah mengamati layar ponselnya yang tidak mengalami perubahan selama beberapa saat, Bryan akhirnya meletakkan ponsel tersebut di lantai. Ia kemudian menatap teman-temannya seraya mengendikkan kedua bahunya. Membuat teman-temannya—Kelvin, Dave, dan Bagas—mengangguk tanda bahwa mereka mengerti.

"Dia beneran nggak bisa ke sini?" tanya Bagas.

Bryan mengangguk. "Dia bilang dia mau ditraktir sama orang."

"Siapa juga orang yang kelebihan duit dan cukup gila sampai mau ngetraktir Alvan?" tukas Dave yang tengah mengirimkan jawaban remedial ulangan harian Matematika Peminatan yang kabarnya sangat susah tanpa ampun ke grup miliknya dan keempat teman dekatnya.

Kelvin masih asyik berkutat dengan buku tulisnya, menulis beragam kata-kata asing milik Jerman sebagai tugas yang harus ia kumpulkan besok pagi. Jujur saja, meskipun ia hanya menyimak, ia sudah memiliki satu nama yang sudah pasti menjadi 'orang kelebihan duit dan cukup gila' yang mau membayar apa yang Alvan inginkan.

Yah, meskipun ia sedikit banyak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dave, sih.

Seusai menyelesaikan satu tugasnya, Kelvin menyandarkan tubuhnya pada kasur Bryan dan memusatkan pandangannya pada si pemilik kamar ini. Ia sebenarnya penasaran dengan alasan kenapa mereka semua diundang untuk datang ke rumah Bryan dengan alasan mengerjakan tugas bersama—padahal Kelvin sudah paham betul kalau lelaki itu tidak akan pernah mengajukan usul seperti itu. Jadi, sekarang ia sedang berusaha memutar otaknya tentang skenario apalagi yang direncanakan oleh Bryan saat ini.

"Jangan ngeliatin gue terus, dong, Vin," cetus Bryan tiba-tiba, membuyarkan lamunan Kelvin. "Gue 'kan jadi merasa tersanjung."

"Cih, kayaknya gue lebih sudi ngeliat orangutan daripada lo," balas Kelvin pedas. Tetapi kemudian, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya lebih lama lagi. "Lagipula, apa tujuan lo buat ngumpulin kita di sini, sih?"

Seulas seringai kecil muncul di bibir Bryan. Ia sudah tahu bahwa cepat atau lambat, Kelvin pasti akan menyadari hal ini. Lelaki itu akhirnya memasang senyum tipis, lalu merapikan buku-bukunya dan menegakkan tubuhnya. Ia bisa melihat bahwa atensi ketiga temannya sekarang telah terarah padanya.

"Akhirnya lo ngeluarin rasa penasaran lo juga, Vin," ujar Bryan seraya tertawa kecil. "Yah, niat gue dengan ngumpulin kalian di sini sebenernya bukan buat ngerjain tugas bareng, tapi buat ngomongin tentang permainan kecil kita."

Dave mendengus kasar. "Lagi?"

"Dengerin gue dulu," kata Bryan dengan tenang. "Jadi, gue mau hanya gue dan Alvan yang ngejalanin permainan ini."

Dave, Kelvin, dan Bagas terdiam sejenak, berusaha untuk memahami kalimat yang baru saja dilontarkan Bryan. Dan setelah mereka sudah menangkap maksud dari kalimat itu, ketiga pasang mata tersebut langsung membulat dengan sempurna.

"Maksud lo apa? Kenapa tiba-tiba jadi kayak gini? Gue udah ngejalanin tantangan gue selama satu bulan, loh!" cerca Bagas bertubi-tubi.

"Ini nggak lucu sama sekali," ujar Dave kesal.

"Hold on," potong Kelvin, sebelum ocehan dari Dave dan Bagas semakin bertambah panjang dan memanasi kedua telinganya. "Biarin Bryan ngejelasin alasan kenapa dia ngebatalin permainannya untuk kita dan kenapa dia ngebuat permainan ini."

Dave dan Bagas akhirnya menghembuskan napas panjang. Sejujurnya, mereka masih ingin melontarkan cacian bertubi-tubi pada Bryan—otak dari segala kesialan yang menimpa mereka—yang sekarang malah memandang mereka dengan kasual, seperti tidak memiliki kesalahan apapun.

Diversion (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang