Diversion
12. Cerita Masa Lalu
[•••]
"Van, itu..." Bryan meneguk ludahnya dengan susah payah. "Itu--nggak seperti apa yang lo pikirkan."
"Then tell me," balas Alvan dengan suara pelan. Lelaki itu berusaha mati-matian untuk tidak berteriak kepada sahabatnya sendiri. "Apa maksud dari foto ini?"
Dave dan Kelvin kontan melihat foto yang sekarang sedang dipegang oleh Alvan. Keduanya tidak kalah terkejut ketika melihat siapa yang ada di dalam foto tersebut.
"Yan, lo--" Kelvin menggantungkan ucapannya, sangat tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya saat ini. "Kenapa lo sama Alyssa bisa--?"
Dave berpikir sebentar, kemudian mengemukakan pendapatnya. "Kayaknya, foto itu diambil pas kita masih kelas 10. Dengan kata lain, waktu Alvan belum pindah ke Sakti."
Mata Alvan semakin menatap Bryan dengan tajam, meminta penjelasan. Bryan merasa sudah berada di ujung tanduk, apalagi dengan adanya Dave dan Kelvin yang juga terlihat ingin mengetahui kebenaran di balik selembar foto terkutuk itu.
Alvan memang merupakan murid pindahan dari luar negeri, lebih tepatnya Amerika, yang baru pindah ke SMA Sakabhakti saat kelas 11. Tetapi, Alvan sudah berteman dengan Bryan, Dave, Kelvin, dan Bagas sejak ia mereka berda di kelas 2 SMP. Mereka bisa bertemu dan berteman akrab karena pada saat liburan Alvan sering datang ke Indonesia untuk berlibur bersama kakaknya. Dan ternyata, keempat temannya sekarang adalah teman kakaknya yang sering datang ke rumah kakaknya. Dan begitulah, bagaimana mereka bisa bersama-sama sampai sekarang.
Tapi sepertinya masalah yang mereka hadapi ini bisa menggoyahkan pertemanan mereka.
"Yan?" panggil Kelvin dengan pelan tapi tegas. Ia harus mengakui, bahwa ia juga butuh penjelasan.
"Gue--" Bryan memejamkan matanya sebentar, lalu membukanya kembali. "Gue nggak tau harus ngejelasin apa ke kalian."
Alvan menyipitkan matanya. "Nggak tau atau nggak mau?"
"Gue nggak tau, Van!" balas Bryan, suaranya semakin memberat.
"Kenapa lo nggak pernah cerita soal ini ke kita? Oke, mungkin lo susah untuk cerita ke gue saat kita masih kelas 10. Tapi kenapa Kelvin dan Dave juga nggak tau?" tanya Alvan bertubi-tubi.
Bryan menghembuskan napas panjang. Lelaki itu terduduk di atas kasurnya. "I'm so sorry."
"I need your explanation, Bryan."
Lelaki itu akhirnya memulai pengakuannya. "Gue adalah mantannya Alyssa."
Dan dengan pernyataan singkat itu, semua temannya bagaikan tersambar petir. Mereka mematung kaget di tempatnya masing-masing. Alvan adalah orang yang pertama kali bereaksi. Ia melemparkan foto Bryan dan Alyssa yang sedari tadi ia pegang ke lantai kamar Bryan.
"Apa maksud lo?" tanyanya, berusaha terdengar setenang mungkin.
"Masih kurang jelas? Gue mantan pacarnya Alyssa," jawab Bryan tidak kalah tenang.
Kini giliran Kelvin yang berbicara. "Kenapa lo bisa pacaran sama Alyssa dan sampai jadi mantannya?"
"Oke, gue akan cerita semuanya tentang hubungan gue dan Alyssa," ujar Bryan. "Jadi, waktu kelas 10, gue emang pernah deket sama Alyssa. Tapi jujur, gue nggak punya rasa apapun ke dia. Gue juga ngira dia nggak punya rasa sama gue, tapi ternyata gue salah. Beberapa bulan setelah kita berteman dekat, dia bilang ke gue kalo dia suka sama gue. Gue yang waktu itu udah sayang banget sama Alyssa—dalam artian teman—nggak mau nyakitin dia. Jadi akhirnya, gue terima perasaan dia dan kita pacaran secara diam-diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diversion (ON HOLD)
Fiksi RemajaHanya ada satu masalah besar dalam hidup Alyssa; yakni seorang Alvan nampak membencinya, dan sialnya hal itu justru memancing rasa penasarannya akan lelaki pintar yang cenderung pendiam tersebut. Alyssa ingin tahu kenapa Alvan bersikap lebih dingin...