6. Hantu

106 36 5
                                    

"Udah sampai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah sampai." Ucap Farell sambil melihat sekelilingnya.

"Lho, kok hutan-hutan gini sih rell." Ucapku sambil turun dari motor Farell.

"Lo tenang aja, gak usah takut. Tempat ini aman kok gak ada binatang buas." Ucap Farell sambil turun dari motornya.

"Lo yakin, di tempat sebelantara ini gak ada binatang buas? " Tanyaku pada Farell dengan memperhatikan sekelilingku.

"Gak ada za, yang ada hantu." Ucap Farell santai.

"Rell, lo kok ajakin gue ke tempat kaya gini sih? " Tanyaku pada Farell sambil memegang lengan Farell dan bersembunyi di balik punggung Farell.

"Hantunya sekarang ada dibelakang gue, lagi pegangin lengan gue." Ucap Farell sambil tertawa kecil.

"Ih, gak lucu rell. Gue gak suka, lo takut-takutin gue." Ucapku sambil melepas kasar lengan Farell yang dari tadi Aku pegang.

"Makanya jadi orang jangan penakut." Ucap Farell sambil berjalan memasuki hutan itu.

Aku mengikuti langkah Farell dari belakang. Aku sangat penasaran Farell mau bawa aku ke tempat apa.

"Sekarang kita udah sampai. Di sini tempat yang mau gue tunjukin ke lo." Ucap Farell sambil memperhatikan tempatnya. "Za, sini !" Ucap Farell lagi sambil melambaikan tangannya.

"Apa?" Ucapku jutek sambil berjalan mendekatinya.

"Masih ngambek aja lo. Mendingan lo sekarang naik ke atas." Ucap Farell sambil menunjuk tempat yang di maksud.

"Rumah pohon? " Tanyaku polos.

"Iya, cepat lo naik duluan." Ucap Farell dengan menarik tanganku mendekati pohon yang terdapat rumah pohonnya.

Rumah pohon yang unik. Terdapat lapangan basket yang berada di hala man depan rumah pohon itu. Tempatnya asri dan sejuk. Terasa tempat yang penuh akan kedamaian.

"Kok rumahnya tinggi banget?" Ucapku sambil menunjuk pohon yang tinggi.

"Kalau gak tinggi namanya bukan rumah pohon." Ucap Farell.

"lo yakin ini aman. Kalau tangganya tiba-tiba roboh gimana?" tanyaku meyakinkan.

"Tangga ini tuh aman. Gue udah gunain ini lama banget dan keamanannya gak perlu diraguin lagi. Kan ada gue jadi lo gak perlu khawatir kalau jatuh." Ucap Farell menjelaskan semuanya.

"Emangnya lo bisa apa?" Tanyaku sambil menatapnya.

"Gue bisa ketawain lo." Ucap Farell dengan sedikit ketawa.

"Gak lucu rell." Ucapku dengan menatapnya sinis. "Capek rell, kalau harus naik tangga sebanyak ini" Ucapku lagi sambil melihat tangga menuju rumah pohon.

"Lo bawel banget za, banyak alasan. Ya udah gue duluan naik." Ucap Farell menaiki tangga yang terdapat di pohon.

"Rell jangan tinggalin gue dong. Tungguin gue rell." Ucapku dengan menyusul Farell menaiki tangga demi tangga.

"Lo kok tinggalin gue sih ? Kalau gue hilang gimana?" tanyaku.

"Jawab kalik rell, jangan diam aja.Lo denger omongan gue kan? Gue kaya ngomong sama batu." Ucapku yang masih tidak dijawab oleh Farell.

"Lo gak bakalan hilang. Karena lo selalu di hati gue." Ucap Farell sambil senyum-senyum.

"Dasar gombal." Ucapku sambil duduk di rumah pohon ini.

Tiba-tiba aja difikiranku terlintas wajah cio. Kenapa aku jadi mikirin Cio lagi? Kenapa dia selalu menghantui pikiranku? Aku harus benci kamu Cio? Aku harus benci sama kamu.

"Mulai saat ini, aku gak boleh mikirin dia lagi." Ucapku sampil mengeleng-gelengkan kepala.

"Mikirin siapa? " Ucap Farell sambil duduk disampingku.

"Mikirin lo." Ucapku asal.

"Boong, jujur aja sama gue za. Gue itu sahabat lo jadi gak usah ragu buat cerita sama gue." Ucap Farell sambil duduk di sampingku.

"Gue lagi kepikiran aja sama Cio." Ucapku dengan menundukkan kepala.

"Cio? Murid baru dikelas kita itu? Cowok yang ngaku-ngaku jadi pacar lo? Cowok yang udah bocorin ban motor gue? Ngapain lo pikirin dia?" Tanya Farell bertubi-tubi dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, dia itu sebenarnya mantan gue rell. Dia selingkuin gue, dia lebih milih cewek lain. Terus sekarang dia nonggol lagi dikehidupan gue." Ucapku dengan menjatuhkan beberapa bulir air mata.

"Za liat gue, selama ada gue. Lo gak akan pernah disakiti oleh Cio. Gue akan jagain lo selamanya. Jadi selama ini lo selalu sedih karena Cio? Gue sahabat lo za jadi senang dan susah kita harus selalu bersama dalam keadaan apapun." Ucap Farell dengan mengerakkan bahuku menjadi menghadapnya.

Aku hanya menganggungkan kepala.

"Yaudah, sekarang kita pulang. Cuacanya mendung kayaknya sebentar lagi mau hujan" Ucap Farell sambil menatap langit.

Aku dan Farell pergi dari rumah pohon itu. Farell mengantarku pulang kerumah. Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Tidak ada yang memecahkan keheningan. Setelah 15 menit perjalanan akhirnya aku sampai di rumahku.

"Makasih rell udah mau anterin gue, lo gak mau masuk dulu?" Ucapku sambil turun dari motor Farell.

"Sama-sama za. Ini udah malem, gue langsung pulang aja." Ucap Farell lalu melajukan motornya meninggalkan rumahku.

"Hati-hati rell." Ucapku dengan melambaikan tangan ke Farell.

Setelah sampai di rumah, aku segera membersihkan badanku yang ku rasa sangat kotor. Akupun merebahkan tubuhku di atas kasurku. Saat aku ingin memejamkan mata aku mendengar suara orang menyanyi di kamar sebelahku. Kamar sebelahku adalah kamar tamu dan semenjak aku tiba dirumah tadi tidak ada satu orangpun tamu yang datang ke rumahku. Aku segera menelphone Farell.

"Rell, dikamar sebelah gue ada orang nyanyi." Ucapku dengan pelan-pelan.

"Orang nyanyi? Suara musik kali?" Ucap Farell di seberang sana dengan tertawa.

"Enggak rell. Gue gak hidupin musik. Terus ini gue harus gimana?" Ucapku dengan panik.

"Mendingan lo liat dulu deh. Siapa tahu itu hantu beneran." Ucap Farell dengan cengegesan.

"Farell kok lo gitu banget. Kalau itu bener-bener hantu terus gue diculik gimana?" Ucapku dengan berbisik-bisik.

"Ya gak mungkinlah hantu  mau culik hantu." Ucap Farell yang tetap dengan tawanya.

"Oke, keluar kamar. Tapi lo jangan tutup telephonenya." Ucapku antusias.

"ehm" Ucap Farell.

Aku memberanikan diri untuk memastikan siapa orang yang menyanyi di kamar tamu.

"Rell, suara nyanyianya udah berhenti tuh. Berarti bukan musik." Ucapku masih dengan berbisik.

"Coba lo masuk ke dalam." Ucap Farell

"Gak, sama aja gue bunuh diri." Ucapku dengan melotot.

"Yaudah, kalau lo gak mau. Biar lo di gentayanin sama tuh hantu, lo mau." Ucap Farell seperti menakutiku.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa" Teriakku dengan melempar ponselku.

"Za, lo kenapa?" Perkataan Farell dengan panik yang masih sempatku dengar.

*to be continue

Slow update.

The Endless Journey [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang