9. Hukuman Pertama

79 29 5
                                    

Saat aku sampai di sekolah, Farell tersenyum lebar karena aku kalah dari taruhan kali ini. Aku, Farell, dan cowok yang gakku kenal gak ikut upacara bendera karena saat kami sampai di sekolahan upacaranya telah selesai.
Saat cowok itu membuka helmnya teryata dia adalah wakil ketua osis di SMA ini. Aku benar-benar gak menyangka kalau wakil ketua osis bisa terlambat dan parahnya aku bicara sama kakak kelas seenakku sendiri. Kalau aku tahu itu kakak kelas pasti aku bicara sopan. Aku bahkan hari ini bikin malu diriku sendiri.
Kami bertiga dilarang masuk ke area sekolah oleh satpam, tapi wakil ketua osis itu membantah perkataan dari satpam dan tidak menghiraukan perkataan dari satpam, ia malah masuk ke dalam sekolahan. Anehnya bapak satpam itu membiarkan wakil ketua osis itu masuk begitu saja.
Aku pikir aku juga boleh masuk sekolahan dengan mudah, tapi aku salah. Saat aku memasuki gerbang sekolah mengikuti wakil ketua osis itu aku dihadang oleh bapak satpam.

"Kamu gak boleh masuk, kamu harus menjalankan hukuman dulu. Baru boleh masuk." Ucap bapak satpam itu.

"Tapi dia boleh masuk, kok aku gak boleh masuk?" Ucapku.

"Beda, khusus dia boleh masuk kapanpun dia datang ke sekolah ini." Ucap satpam itu.

"Akukan pacarnya dia, masa gak boleh masuk? Aku bisa aduin pak satpam sama dia, mau?" Ucapku berbohong sambil menunjuk wakil ketua osis itu.

"Baiklah kalau begitu kamu boleh masuk." Ucap satpam itu sambil membukakan gerbang.

Teryata ngibulin satpam sangat mudah. Jadi kalau aku telat, aku punya senjata buat ngibulin satpam itu.

"Bohong pak." Ucap seseorang di depanku. Teryata orang itu adalah wakil ketua osis itu.

"Oh, jadi kamu bohongin orang tua." Ucap satpam itu dengan tatapan tajam.

"Eng-enggak pak, mana mungkin aku bohong. Buktinya tadi aku berangkat bareng sama dia." Ucapku membela diriku.

"Kalau dia benar-benar pacar aku. Tanyain aja nama lengkap sama tanggal lahirku sama dia. Pasti dia gak tahu." Ucap wakil ketua osis itu lalu pergi.

"Kalau kamu gak bohong dan kamu benar-benar pacarnya dia. Pasti kamu tahu tanggal lahirnya." Ucap satpam itu sambil menunjuk wakil ketua osis itu.

"Ya jelaslah pak, aku tahu. Emang kenapa tanya-tanya? Mau kasih kejutan, huh." Ucapku sambil mengaruk kepalaku yang ku rasa tidak gatal.

"Buat ngecek aja." Ucap bapak satpam itu.

"Kalau pak satpam tanya-tanya berarti mau kasih kejutankan atau nggak mau bantuin aku buat bikin kejutan?" Ucapku seadanya.

"Anak bapak aja belum tentu bapak kasih kejutan, ngapain kasih kejutan buat orang lain." ucap satpam itu.

"Makanya gak usah tanya-tanya deh. Kepo banget sih, bapak itu kerjaannya buat ngejagain sekolah bukan buat kepoin urusannya orang." Ucapku sambil menatapnya tajam.

Satpam itu hanya mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Sekarang kalian berdua ikut bapak." Ucap satpam itu.

"Makanya jangan sok ngaku-ngaku jadi pacarnya orang apalagi sama kakak kelas. Dan usaha lo buat bohongin satpam itu gatot, gagal total." Ucap Farell yang dipaskan di telingaku sambil menekankan kata gagal total.

Usahaku buat bohongin satpam Aku yakin banget bakalan kena hukuman. Aku berjalan mengikuti bapak satpam itu dan Farell.

"Kalian berdua cari izin masuk kelas ke ruang bp. Setelah itu kallian kembali ke lapangan ini buat ngejalanin hukuman. Hukumannya kalian berdua harus hormat sama bendera merah putih sampai jam istirahat." Ucap bapak satpam itu yang sukses membuat mataku dan mata Farell membulat.

Karena aku males buat komentar. Aku hanya menuruti semua perkataan dari satpam itu. Setelah dari ruang bp aku dan Farell kembali menuju lapangan untuk melaksanakan hukuman itu.

"Rell, kok cowok yang tadi gak ikut dihukum sama kaya kita sih?" Ucapku yang masih tetap fokus ke arah bendera merah putih.

"Za, lo tahu kan dia itu wakil dari ketua osis. Selain itu orang tuanya adalah pemilik donatur terbesar di yayasan ini." Ucap Farell yang juga masih fokus menatap bendera merah putih.

"Apa? Lo gak becanda kan rell?" Ucapku dengan menoleh ke arah Farell. Tetapi Farell tetap fokus ke bendera merah putih.

"Ngapain gue bohong sama lo za. Gak ada untungnya buat gue." Ucap Farell.

"Pantesan dia gak dihukum kaya kita. Terus lo tadi liatkan kelakuannya nyebelin banget." Ucapku.

"Dia itu terkenal cool di sekolah ini, dan cowok mana sih yang gak nyebelin kalau ada cewek yang gak dikenal ngaku-ngaku jadi pacarnya." Ucap Farell sambil tertawa.

"Gue pikir, dengan gue ngomong kaya gitu. Gue bisa bebas dari hukuman ini." Ucapku sambil mengerucutkan bibirku.

"Tapi lo malah bikin hukuman kita ditambahin. Harusnyakan hukuman kita cuma 2 jam pelajaran tapi ini tambah 2 jam pelajaran lagi." Ucap Farell dengan nada kesal.

"Ya, maaf rell. Gue gak bermaksud buat bikin hukuman ini tambah berat." Ucapku dengan menundukkan kepala.

"Lo kalau mau ngelakuin suatu hal pikir dulu efeknya." Ucap Farell.

"Iya iya. Gue kan udah minta maaf. Ini emang salah gue. Gue yang buat hukuman lo jadi tambah. Gue yang akan gantiin hukuman lo. Ini udah 2 jam pelajaran jadi sekarang lo bisa pergi." Ucapku pada Farell.

Farell langsung pergi ninggalin aku.

"Farell kok malah pergi, gak kasihan gitu sama gue. Gue kan cuma bercanda. Dasar cowok sialan." Ucapku lirih.

Jam istirahat sudah berbunyi. Seharusnya aku sudah selesai menjalani hukuman ini tapi aku masih harus berdiri di sini selama 2 jam pelajaran lagi.
Kepalaku mendadak pusing. Mungkin gara-gara tadi pagi aku cuma minum segelas susu. Aku harus kuat buat ngejalanin hukuman ini. Supaya aku bisa buktiin sama Farell kalau aku bisa bertanggung jawab dari masalah yang aku perbuat sendiri tanpa bantuan dari Farell.

"Nih buat lo." Ucap orang yang ada di samping kanan dan kiriku secara bersamaan sambil memberikan sebuah minuman.

Saat aku menoleh ke kanan ternyata Farell yang memberikan minuman buat aku. Saat aku menoleh ke arah kiri ternyata wakil ketua osis itu yang memberikan minuman buat aku.

"Gue gak butuh, minuman dari kalian berdua." Ucapku tanpa memandang keduanya.

"Abil aja sebagai permintaan maaf gue." Ucap kedua orang itu secara bersamaan.

Mereka itu kaya koor bicara aja bersamaan terus. Terus minuman yang mau dikasih ke aku juga sama.

"Buat kalian berdua aja, kalian tukeran minuman aja." Ucapku dengan sebal.

"Ogah." Ucap mereka secara bersamaan lagi.

Kepalaku semakin menjadi-jadi sakitnya. Pandanganku menjadi hitam semua. Tubuhku terasa sangat lemas dan akupun terjatuh. Saat aku terjatuh seperti ada yang menangkapku. Tapi entah siapa yang menangkapku.

-,-

*to be continue

Tetap voment ya... ceritanya cuma pendek nih😂

The Endless Journey [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang