19. Bye Mike and Welcome Bule

35 8 31
                                    

Kami sudah sampai di rumah Max. Kedua orang tua Max sudah berangkat terlebih dahulu ke Malang, alhasil aku dan teman-temanku berani untuk mengunjungi Max. Mungkin ini akan menjadi pertemuan terakhir antara kami. Mengingat kami pasti akan di sibukkan oleh kegiatan sekolah.

Rasanya sangat sulit untuk merelakan Max pergi walaupun aku baru mengenalnya akhir-akhir ini tapi rasanya aku telah mengenalnya cukup lama.

"Guys, kalian malam ini nginep sini aja ya." Pinta Max dengan puppy eyesnya.

"Ogah, lagian gue pasti dicariin sama nyokap." Jawab Farell.

"Gue sih yes,"  ucapku yang reflek membuat mereka menoleh ke arahku. Lagian di rumahku tidak ada orang dan tak ada salahnya jika aku harus menginap untuk malam ini. Serta di rumah ini ada asisten rumah tangga Max jadi aku bukan cewek sendiri.

"Lo serius za?" Tanya Hazel tak percaya.

"Sejuta rius, tapi ada syaratnya."

"Apaan? Lo selalu buat gue penasaran." Tanya Max.

"Beliin makanan." Ucapku dengan tertawa.

"okelah, itu mah kecil."

"Gue juga mau nginep sinilah. Untuk terakhir kalinya ketemu sama lo Max. Lumayan dapat makanan gratis." Sela Annas.

"Ye, kalau gue juga mau dapat makanan gratis." Ucap Hazel.

"Gue nggak jadi pulang deh. Demi makanan gratis." Ucap Farell dengan tawanya.

"Kalian semua, kalau soal makanan aja cepet. Bikin gue kere." Percakapan kami memanglah seperti lebih mementingkan makanan. Tapi bukan berarti kami semua mementingkan makanan. Kadang memang perkataan itu tak sesuai dengan realita. "Mau delivery atau langsung ke sana." Ucap Max lagi.

"Cus ajalah. Terakhir kali jalan sama lo bro." Usul Farell.

"Okelah. Kalian tunggu di depan aja. Gue ambil kunci mobil dulu."

"Kita mau makan dimana nih?" Tanya Hazel.

"Kfc aja gimana?" Saran Farell.

"Kfc itu udah terlalu biasa. Bisa nggak cari tempat makan yang bener bener menarik." Celetuk Annas.

"Oke, gue tau tempat yang bagus dan makanannya juga dijamin enak deh." Memang kalau soal kuliner Max jagonya. Dia tuh rajanya kuliner.

Teryata Max membawa kami semua ke sebuah tempat seperti gedung yang sudah lama tidak di tempati. Aku ngga mengerti apa maksud Max membawa kami semua ke tempat seperti ini. Padahal tujuan awalnya kami mau cari makan. "Maksud lo apaan sih Max? Ngapain ke tempat kaya gini." Protes Farell.

"Ikutin gue aja." Kami semua berjalan mengikuti Max memasuki gedung ini. Hanya ada beberapa penerangan di setiap sudutnya. Kami berjalan menaiki tangga untuk menuju ke rooftop. Entah apa maksud dari Max yang masih membuat tanda tanya besar di kepala kami.

"Ini berapa lantai sih?" Tanya Hazel dengan nafas yang tersengkal-sengkal. "Perasan dari tadi nggak nyampe-nyampe."

"9," ucap Max dengan enteng.

"Lo gila bro."

"Udah deh rell. Lo tuh dari tadi protes aja. Bosen telinga gue degernya." Bentakku pada Farell.

"Iya-iya santai aja lah beb."

Ini pertama kalinya aku naik ke atas rooftop yang 9 lantai dengan melalui tangga. Ini ngga seberapa bagiku karna aku sudah terbiasa hiking.
Saat aku sampai di rooftop bener-bener nggak seperti dugaanku. Selain bisa melihat pemandangan kota jakarta dari atas sini ditambah dengan langit yang terang dengan bertaburan bintang-bintang, teryata di sini sudah ada tukang sate yang mengatarkan makanan.

The Endless Journey [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang