10. Hukuman Aneh

68 27 5
                                    

Saat aku membuka kedua mataku. Aku berada di dalam ruangan yang dominan berwarna putih. Ruangan yang tidak asing lagi bagiku, ruangan ini bernama uks.
Dua orang berdiri di hadapanku. Orang yang selalu kembar di setiap perkataan mereka. Siapa lagi kalau bukan Farell dan cowok itu.

"Lo, gak apa-apa ?" Tanya Farell khawatir.

"Gak papa gimana rell. Kalau gue gak papa gak mungkin gue ada di sini." Ucapku yang masih sebal dengan Farell.

"Lo, masih sakit?" Ucap wakil ketua osis itu.

Aku hanya menatapnya bingung. Tadi nyebelin sekarang tiba-tiba jadi sok peduli. Dasar plinplan.

"Gue ngerasa kayak ngomong sama batu. Kenapa lo diam aja ditanyain? Terpesona sama kegantengan gue." Ucap wakil ketua osis itu.

"Eh, siapa juga yang terpesona sama lo. Jadi cowok itu jangan kepedean." Ucapku dengan membuang muka.

"Lo kalau jadi cewek juga jangan suka ngaku-ngaku." Ucapnya yang sukses membuat mataku membulat.

"Udah-udah kok malah berantem sih. Mendingan kita pulang aja, jam pulang sekolahkan udah dari tadi." Ucap Farell.

Jam pulang sekolah sudah lewat. Berarti aku pingsan lama banget. Sebenarnya aku ini pingsan atau tidur, kok lama banget.

"Hah, gilak." Ucapku sambil turun dari tempat tidur ini.

"Apanya yang gila? Biasa aja kali. Lo kan udah biasa gak ikut pelajaran." Ucap Farell dengan nada heran.

"Bukan itu rell, lo inget hari jumat kemarin? Gue disuruh buat nemuin Mrs.Ratna tapi gue lupa, dan ini udah hari senin. Hukuman gue bisa ditambah rell. Gimana dong?" Ucapku dengan nada cemas.

"Jam segini pasti Mrs.Ratna udah pulang. Mendingan besuk pagi lo temuin Mrs.Ratna aja." Ucap Farell.

"Tapi rell, mana gue bisa tenang kalau gue masih punya tanggungan hukuman." Ucapku dengan frustasi.

"Mendingan lo pulang aja, biar gue yang ngurusin hukuman lo." Ucap wakil ketua osis itu, yang membuatku langsung menoleh ke arahnya.

Setelah dia bicara seperti itu dia langsung pergi meninggalkan aku dan Farell di uks.

"Apa sih maksudnya?" Ucapku bingung.

"Mana gue tahu, yaudah kita pulang aja yuk." Ucap Farell dengan menarik tanganku.

Aku dan Farell akhirnya pulang ke rumah. Kami menaiki sepedaku karena motor Farell kehabisan bensin saat kupakai tadi pagi.

"Rell emangnya namanya kakak kelas kita tadi siapa sih?" Ucapku dengan penasaran.

"Lo gak tahu namanya? Aneh banget ya lo." Ucap Farell dengan tertawa.

"Lo kok malah ketawa sih rell. Gue tuh beneran gak tahu namanya." Ucap sedikit sebal.

"Namanya tuh kak Adam. Adam Moissani Manggala." Ucap Farell.

"Ohh, tapi kok dia tadi baik banget mau bantuin aku. Padahal tadi pagi aja nyebelin." Ucapku.

"Mana gue tahu za, liat aja besuk." Ucap Farell.

"Rell, lo pulang naik apa?" Ucapku ketika sampai di depan rumahku.

"Naik taksi aja. Oh ya, karena lo kalah balapan jadi hukuman buat lo nemenin gue ke pesta besuk malam." Ucap Farell.

"Hukuman macam apa tuh rell." Ucapku dengan tertawa.

"Abisnya gue bingung. Gue diundang ke pesta anniversary temen gue, terus syaratnya itu harus ajak pasangan. Sedangkan gue gak punya pacar dan Gue bingung mau ngajak siapa. Terus gue mutusin buat ngajak lo, tapi gue takut kalau lo gak mau nemenin gue ke pesta itu, karena sekarang lo di masa karantina sama tante lo. Jadi gue buat tantangan buat lo." Ucap Farell panjang lebar.

"Kalau kaya gitu aja, pasti gue maulah nemenin lo, secara dapat makanan gratis. Lo itu kalau butuh bantuan gue, gak perlu kasih tantangan terus yang kalah di kasih hukuman. Lo tinggal bilang aja, pasti gue mau bantuin lo. Lo itu sahabat gue jadi kalau lo dalam keadaan susah pasti gue akan bantu lo." Ucapku dengan tersenyum.

"Makasih ya za, lo itu emang sahabat terbaik gue." Ucap Farell.

"Udah deh, mendingan lo cepetan pulang sebelum tante gue liat lo. Lo bisa di marahin sama tante." Ucapku. "Oh ya, besuk mendingan lo gak usah ke rumah gue, gue berangkat sendiri aja." Ucapku lagi.

"Tapikan kita selalu berangkat sama-sama kok tiba-tiba lo minta gue buat berangkat sendiri." Ucap Farell heran.

"Gue cuma gak mau ada masalah diantara gue dan tante." Ucapku dengan membuka gerbang depan rumahku.

"Yaudah, gue balik dulu." Ucap Farell.

Hari ini aku dapat hukuman karena telat dan hukuman karena kalah balapan dengan Farell. Kira-kira aku besuk dapat hukuman apa ya dari Mrs.Ratna. Aku yakin kak Adam gak mungkin bisa ngurusin hukuman aku, apalagi dengan guru kiler. Apa kak Adam merasa bersalah ya sama aku karena masalah tadi pagi, terus sekarang dia bantuin aku. Gue akan tunggu kejadian apa yang akan terjadi besuk.

"Tan, Balikin ponselku dong." Ucapku dengan duduk di sofa samping tante.

"Gak." Ucap tante singkat.

"Yah, tante boleh sita semua barang aku asalkan jangan ambil ponsel aku tan. Aku tuh gak bisa jauh-jauh dari ponselku. Hidup itu seakan hampa tanpa ponsel." Ucapku dengan penuh memohon kepada tante.

"Tante akan balikin ponsel kamu setelah kamu selesai ujian semester 1." Ucap tante yang masih menatap majalahnya.

"Lama banget tan." Ucapku.

"Hidup itu pilihan jadi kamu pilih gak akan tante kembaliin atau dikembaliin saat selesai ujian semesteran?" Tanya tante dengan senyum penuh kemenangan.

"Ya aku pilih setelah ujian semesteranlah tan." Ucapku yang setelah itu langsung pergi meninggalkan tante.

*to be continue

Makasih yang masih setia buat baca cerita abal-abal ini. Cerita yang makin lama makin gak jelas😩. Makasih juga yang mau vote & comment.

The Endless Journey [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang