12. Penasaran

60 25 6
                                    

"Emangnya kenapa za? Kok lo marah sama gue?" Ucap Farell heran.

"Rell, kalau lo sahabat dekat dia, lo harusnya tahu pacar dia siapa. Lo liat siapa orang yang ada di dekatnya." Ucapku sambil menunjuk orang itu.

"Cio. Dia kan cuma mantan lo." Ucap Farell yang menekankan kata mantan.

"Ohh, jadi ini alasan lo waktu itu bisa bawa mobilnya Cio karena lo sahabatan sama pacarnya Cio. Dan lo dengan mudahnya pura-pura gak kenal Cio didepan gue. Lo tau gak cewek itu siapa? Dia yang kata lo sahabat dekat lo adalah selingkuhan Cio dan gue benci banget sama dia. Gue belum bisa lupain Cio rell. Dengan lo bawa gue ke sini, lo udah bantuin Cio bikin hati gue hancur. Lo gak bantuin gue move on tapi lo bantuin hancurin hati gue. Gue kira lo orang baik, tapi gue salah. Gue salah menilai lo cuma dari tampang lo dan sikap imitasi lo." Ucapku sarkastik.

"Bukannya lo, mau buktiin kalau lo bukan cewek lemah, yang mudah lemah cuma gara-gara diselingkuhin." Ucap Farell dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Tapi bukan gini caranya, buat buktiin ke dia. Tapi perlahan gue akan lupain dia dan buktiin sama dia kalau gue bukan cewek lemah. Lo tuh harus bisa ngertiin posisi gue rell." Ucapku dengan pergi meminggalkan Farell.

"Ellza, lo sama Gishell itu sama-sama sahabat gue. Dan kalian berdua itu sama-sama pernah punya hubungan dengan Cio." Teriak Farell yang masih sempat ku dengar.

Aku benar-benar gak menyangka orang yang selama ini jadi sahabat aku. Dia sahabat baik selingkuhannya Cio. Kenapa dunia ini begitu sempit? Aku benci sama Farell. Dia pembohong. Gue pikir dia perfect tapi dia munafik.
Kenapa semua ini terjadi sama aku? Kenapa masalah selalu datang? Aku capek harus terus berhadapan dengan masalah yang cuma masalah Cio.
Tuhan, bantu aku buat nglupain dia. Bantu aku buat menghilangkan ingatan tentangnya. Hapuskanlah semua memori tentangnya.

Malam ini jalanan terlihat sangat sepi. Tidak ada lalu lalang mobil maupun kendaraan umum. Mungkin karena cuaca sedang mendung. Langit begitu gelap gulita tanpa ada bintang-bintang yang menghiasinya seperti hatiku. Bunyi guntur menglegarkan telingaku.

"Jangan hujan dulu, gue mau pulang." Ucapku lirih.

Apa yang aku khawatirkan pun terjadi. Hujan turun dengan sangat deras. Dan aku memutuskan untuk berteduh di depan sebuah kios, yang entah itu kios apa. Sambil memanjatkan doa-doa, dan berharap akan ada seseorang yang ku kenal dan melewati tempat ini.

Ada sorot cahaya dari arah barat. Cahaya itu semakin lama semakin mendekat dan sepertinya akan berhenti di tempat ini. Sebuah mobil ferrari berwarna hitam berhenti tepat di hadapan kios ini. Entah siapa yang ada di dalamnya, entah apa tujuannya datang ke tempat ini, atau mungkin dia adalah pemilik kios ini. Jika dia benar-benar pemilik kios ini aku harus cepat-cepat pergi dari sini. Sebelum aku diusir paksa oleh pemilik kios ini.

"Hai, tunggu." Ucap seseorang yang kurasa pemilik mobil ferrari itu.

Aku menoleh ke arah suara itu. Dari sorot wajahnya, seperti tidak asing. Seperti aku mengenalnya.

"Kak Adam?" Tanyaku memastikan bahwa itu adalah wakil ketos di SMA ku.

"Iya, lo ngapain malam-malam disini sendirian?" Tanya kak Adam.

Seolah mulutku membisu, terbungkam. Tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Kak Adam.

"Lo abis darimana? Dari pesta?" Tanya kak Adam lagi.
"Kok diam aja? Gimana kalau gue anterin pulang aja?" Tanya kak Adam.

Aku hanya menggelengkan kepalaku.

"Udah deh, nggak usah sungkan. Anggap aja teman sendiri. Ayo aku anterin aja. Ini udah malam, gak mungkin ada taxi lewat dengan keadaan hujan gini."

"Gue gak mau ngerepotin orang." Ucapku tanpa memandangnya.

"Beneran gak mau, gue anterin? Nanti nyesel? Masak ganteng-ganteng gini ditolak? Hati-hati lo ini udah malam, lo cewek lo. Yaudah ya gue duluan bye." Ucapnya sambil pergi menuju mobilnya.

"Tunggu kak, gue ikut lo aja deh. Gue juga takut disini sendirian." Ucapku sambil berjalan mengikuti kak Adam.

Aku rasa aku baru selesai doa. Tapi tuhan telah mengabulkan doa ku. Selama di perjalanan aku memutuskan untuk diam.

"Lo, tadi belum jawab pertanyaan gue." Ucapnya memecahkan keheningan.

"Pertanyaan apa kak?"

"Yang tadi,"

"Oh, iya aku abis dari pesta temannya Farell."

"Kok nggak sama Farell? Biasanya juga kemana mana selalu sama Farell. Kayak perango sama amplop selalu lengket."

"Tadi sama Farell. Terus aku mau pulang duluan, soalnya udah dicariin sama tante." Ucapku bohong.

"Kenapa Farell nggak anterin lo pulang? Kok dia tega biarin cewek pulang malem-malem sendiri." Tanyanya lagi.

"Udah deh kak, jangan kepo." Ucapku ketus.

"Oh, ya. Lo gak ucapin terima kasih sama gue." Ucapnya yang masih menatap ke arah depan.

"Iya, makasih udah mau anterin aku pulang kak." Ucapku.

"Bukan itu maksud gue," Ucapnya dengan mengeluh.

"Tapi apa?" Tanyaku dengan menoleh ke arahnya.

"Lo, gak dapat hukumankan dari Mrs.Ratna?" Tanyanya balik.

"Iya, kok tahu?" Tanyaku.

"Gue kan udah bilang, kalau waktu itu. Gue mau bantuin lo buat urusin hukuman lo dari Mrs.Ratna. Dan gue anggap itu impas."

"Impas?" Tanyaku.

"Impas karena waktu itu gue buat lo di hukum."

"oh, itu. Kok bisa, lo bebasin gue dari hukuman?"

"Ya, bisalah. Apa sih yang nggak bisa gue lakuin. Semua hal bisa gue lakuin."

"Termasuk bikin semua siswa di seantero SMA suka sama lo, bukan sama uang aja?" Tanyaku dengan menaikkan sebelah alisku.

Tepat sasaran kak adam tidak bisa menjawab pertanyaanku. Karena aku tahu hal yang tidak mugkin bisa dilakuin oleh kak Adam adalah membuat semua siswa menyukainya karena sifatnya bukan uangnya.

"Sebenarnya Mrs.Ratna itu kakak gue." Ucapnya kemudian.

"Apa? Kakak?" Ucapku kaget.

"Iya, semua orang di SMA kita gak tahu kalau Mrs.Ratna itu kakak gue. Cuma lo yang pertama yang gue kasih tahu."

"Cuma gue?"

"Iya, karena gue yakin lo orang yang bisa jaga rahasia. Karna menurut gue. Lo bukan orang yang menyukai seseorang teman dari sebuah harta."

"Kenapa harus di rahasiain?"

"Karena kakak gue gak anggep gue ada. Dia cuma anggep gue angin lewat."

"Tapi, kenapa?." Ucapku dengan penasaran.

"Itu privasi."

"Katanya lo tadi percaya sama gue. Kok sekarang gak mau bilang?" Tanyaku penasaran.

"Udah sampai nih, cepet turun." Ucapnya dingin.

"Makasih, udah anterin gue pulang kak." Ucapku dengan membuka pintu mobil.

Mobil ferarri kak Adam melaju dengan kencang. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Sepertinya ada masalah besar yang terjadi diantara mereka berdua. Soalnya saat ku tanya, sifatnya berubah jadi dingin gak kayak biasanya.
Dan kenapa cuma aku yang dipercayainya. Padahal aku sama kak Adam kan baru kenal?

*to be continue

slow update.

The Endless Journey [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang