Chapter 13

3.1K 280 39
                                    

[Flight]

Jiyeon belum bosan memeluk Sehun dengan posisi berjongkok. Matanya agak sembab akibat tangisnya. Ini berlangsung agak lama. Jiyeon butuh bersandar saat ini, butuh seseorang yang bisa mendengarkan dan mengelus punggungnya lembut.

Mungkin aku tak mengerti dengan semua ini. Tapi kau mengajarkanku bagaimana dunia luar memperlakukan manusia sepertiku. Sungguh kali ini aku merasa membebanimu dan menyakitimu lagi. Padahal semua pengalamanmu seharusnya mengajarkanku bagaimana orang lain memperlakukanmu. Bukan semua orang tapi seseorang yang benar benar penasaran karena tidak tahu siapa dirimu merekalah yang menilai semuanya. Membuat sebuah luka, malu dan takut. Dan seharusnya aku sadar dan tahu soal itu. Sehun terima kasih dan maaf.

Jiyeon benar-benar memikirkannya, seharusnya ia lebih tahu bahwa ini adalah proses. Ini adalah pengalaman. Dan ia belajar dari Sehun. Membuatnya lebih mengerti lagi. Mungkin Jiyeon orang yang tak peduli akan sekitarnya. Atau mungkin Sehun juga. Tapi ia sadar dari sini ia tak boleh menjadi siapapun tak boleh melihat siapapun jangan mendengarkan siapapun.

Sehun memberi jarak pada Jiyeon "Kau masih mau berlama-lama disini?" Tanya Sehun. Jiyeon menggeleng cepat. Lalu Sehun tersenyum setelah melihatnya. "Kajja. Kita bisa terlambat dokter Lee sudah menunggu" Jiyeon bangkit di bantu Sehun. Lalu Sehun menyematkan jari-jarinya keselah lengan Jiyeon, membuat keduanya bergandengan.

***

Suzy pergi menemui Jooyoung disebuah kedai dekat dengan Sekolah lamanya. Entahlah tapi Jooyoung sedang ada disana dan Suzy yakin sekali Jooyoung sedang mabuk sekarang.

Dengan cepat Suzy masuk kedalam kedai itu, ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Jooyoung. Dan benar saja, Jooyoung duduk di pojok, dengan meja berisi sebuah toppoki, sebuah gelas kecil lengkap dengan arak disana.

Suzy menghampirinya lalu duduk didepan Jooyoung. Betapa terlihat frustasinya Jooyoung, ia kusut, wajahnya suram, dan matanya sembab. "Wae geurae?" Suzy bertanya dan terlihat khawatir.

Tak ada jawaban. Dan Suzy masih saja menatapnya menunggu Jooyoung menjawab atau hanya menoleh kepadanya. Tapi Jooyoung tak melihat Suzy ada di depannya. Suzy masih terlihat cemas, lalu ia mengedarkan pandangannya pada arak di depan Jooyoung.

Untungnya arak itu masih utuh dan gelas itu masih kering. Dan ia rasa Jooyoung belum meminumnya. Bahu Suzy merosot perlahan, entah rasa lega atau rasa khawatir. Karena ia tahu saat Jooyoung sedang dalam masalah jika ia sampai mabuk, ia akan melukai dirinya sendiri. Jadi Suzy sangat bersyukur Jooyoung belum menyentuh araknya.

Suzy terdiam saat melihat Jooyoung yang masih saja mengabaikannya. Mengapa ia harus merasa terabaikan lagi kali ini. Lalu Suzy menarik sebotol dan gelas arak itu, mendekat padanya. Ia menuangkannya dan menenggaknya.

Jooyoung mengangkat wajahnya perlahan, melihat Suzy meminum satu persatu arak yang ia tuangkan sendiri kedalam gelas. Matanya membulat kala melihat kekasihnya sudah ada didepannya. "Yak apa yang kau lakukan" Jooyoung berusaha mengambil gelas arak yang ada di tangan Suzy.

"Diamlah biarkan aku minum" tambah Suzy bersikeras. Jooyoung menatap sendu lalu berhasil menaruh gelas yang ada di tangan Suzy dan menaruh dibagian mejanya. Suzy mendongak menatap Jooyoung dengan amarah "Memangnya kau peduli apa!" Teriak Suzy. Lalu Suzy menenggak langsung arak didalam botol. Membuat Jooyoung semakin geram dan mau tak mau merebut arak itu dari tangannya. "Kubilang Hentikan!" Suara Jooyoung tak kalah tinggi.

Suzy menyeringai " Lihatlah bagaimana bisa kau memperlakukanku seperti ini? Bahkan kau tak pernah cerita padaku masalahmu! Lalu apa gunanya aku! Saat beberapa menit lalu aku duduk dihadapanmu dan kau bahkan tak melihatku" mata Suzy melemah. Kata-kata yang dilontarkan Suzy membuat Jooyoung lemas seketika, bukannya ia ingin melukai Suzy, tapi ketahuilah ini begitu sulit ia hanya ingin menjaga Suzy agar tak merasakan sepertinya.

Prince And I [Revisi berjalan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang