Chapter 18 [How to Feel]

1.9K 196 21
                                    

[How to Feel]
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Saat itu, Sehun tidak marah sama sekali atas perlakuan Jiyeon padanya, ia malah sangat mengerti mengapa Jiyeon seperti ini. Nanti, saat semuanya sudah tenang, Jiyeon pasti akan menjelaskan padanya.

Jiyeon menangis dalam pelukan Sehun "Aku tak bisa menyalahkanmu, ini bukan kesalahanmu maafkan aku" sambil menangis dengan kencang.

"Jika bertemu satu kali lagi pastikan kau sudah menangis dihadapanku. Baru setelahnya kau bisa menemuinya" Sehun mengelus pucuk kepala Jiyeon sambil tersenyum.

***

Angin malam bertiup dengan lembut menggoyangkan beberapa helai daun di pohon, suara kendaraan yang tidak ramai membuat suasana disana begitu damai. Langit malam yang di hias oleh hamparan bintang menjadi penerang malam. Sehun dan Jiyeon berjalan ditrotoar dan keduanya tidak berjalan beriringan. Karena Jiyeon sedang berusaha untuk menghindari Sehun, ia sedang tidak dalam mood yang baik. Sedangkan Sehun, hanya melihat punggung Jiyeon yang berjalan menjauh.

Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan dan meninggalkan mobil di restoran, Sehun hanya ingin membantu Jiyeon untuk menenangkan dirinya. Dan alhasil ini-lah yang terjadi, Jiyeon berjalan dengan arahnya sendiri sedangkan Sehun senantiasa menjaganya di belakang.

Sehun tahu Jiyeon butuh waktu untuk sendiri, maka ia tidak ingin menyusul untuk mengganggu ketenangannya. Ia tahu, Jiyeon membutuhkan waktu untuk memulihkan perasaannya. Sehun tahu betul  perasaan Jiyeon, bertemu dengan masa lalu secara tiba-tiba akan membuat kesan tersendiri.

Jiyeon masih berjalan gontai, matanya menatap kedepan, kosong. Jika saja ia tidak bertemu dengan Taemin, mungkin saja perasaannya tidak akan sekacau ini, jika ia bisa meluapkan amarahnya kala itu mungkin ia tidak akan seemosi ini.

Dari semua hal yang ia lalui, hari ini benar-benar hari yang melelahkan. Ia lelah dengan perasaannya yang selalu terasa sakit karena perasaan yang dulu sudah ia tutup, kini kembali terbuka dan membuat hatinya tidak bisa menahan perihnya.

Taemin adalah segalanya bagi Jiyeon--dahulu. Mengapa dalam 3 tahun ia menunggu dan sekarang setelah 3 tahun melupakan, rasa lama itu kembali tumbuh tiba-tiba. Jiyeon tidak mengerti, apa ini membuktikan ia masih mencintainya?. Tapi ia tidak merasa ini adalah cinta.

Saat itu juga Jiyeon kembali mengingat semua kenangannya bersama Sehun. Bagaimana ia menunggu Sehun dan bertemu kembali dengannya. Dan ia tahu rasa yang tidak sia-sia-saat ia mencintainya dan berusaha menunggunya hingga kembali--ke Korea. Jiyeon tahu cara menumbuhkan rasa bahagia, dan ia tahu menyalurkan perasaannya pada seseorang yang ia sayangi.

Ia mencintai Sehun

Ia tersadar. Bahwa Sehun menerima semua kekurangannya, ia mengerti perasaan Jiyeon, bahkan Sehun tidak pernah memaksa atau terburu-buru untuk Jiyeon. Ia selalu mengalah dan menunggu. Saat Sehun pergi bahkan ia tidak meminta Jiyeon untuk menunggunya. Bahkan hingga ia kembali ia masih memiliki perasaan yang sama.

Mungkin Jiyeon terlalu sibuk dengan perasaanya sendiri dan tidak sengaja melupakan Sehun begitu saja. Yang seharusnya adalah pria yang harus ia pikirkan selama ini. Betapa sangat bodohnya ia hingga bisa bisanya melupakan pria yang amat mencintainya.

Bagaimana nanti jika Sehun tiba-tiba menghilang, bagaimana jika ia lupa akan Jiyeon?. Jiyeon tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika itu benar-benar terjadi, ia akan menjadi wanita paling bodoh.  Sebelum itu benar-benar terjadi ia harus terlebih dahulu datang pada Sehun.

Prince And I [Revisi berjalan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang