Chapter 24 [In Her Side]

1.5K 183 23
                                    

[In Her Side]
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Song, Crush-Sofa

***

Hari-hari terlewati dengan keadaan yang tidak begitu baik. Pasalnya Jiyeon belum mau untuk menunjukkan batang hidungnya. Bahkan hingga tenggelam matahari pada kelima kalinya, ia belum memperlihatkan tanda yang baik.

Semua mencemaskannya, bahkan nyonya Oh, Suzy, Iu dan Jooyoung sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Namun nihil, mereka tidak berhasil  membujuk Jiyeon  keluar dari kamarnya.

Jiyeon hanya meringkuk diatas kasurnya tanpa menyalakan lampu kamarnya. Disana benar-benar seperti tidak ada kehidupan. Hanya gordeng yang dibiarkan terbuka membiarkan cahaya bulan memasuki jendela.

Kali ini adalah kali terakhir mereka memikirkan usaha untuk mengeluarkan Jiyeon.

Sekertaris Lee, membawa bibi Kim dari kediaman Tuan Park. Suzylah yang mengusulkan rencana ini. Ia merasa hanya bibi Kimlah yang bisa membuat Jiyeon keluar.

"Kami berencana untuk mengajaknya menemui Paman" Suzy sampai harus menahan nafasnya, ia bahkan belum merasa lega hingga ucapan terakhirnya.

Bibi Kim tersenyum lembut sambil mendekat pada Suzy lalu mengulurkan tangannya agar dapat menggengam tangan Suzy, menyalurkan tenaga agar Suzy tetap tenang.

Ia menatap tangan itu dan mengusapnya penuh kasih.

Lalu Suzy menundukan kepalanya agar pertahanannya tak goyah, ia mengembalikan posisinya dengan mata yang mengkilat.

"Ia mengurung diri di dalam kamar tanpa makanan. Kami cemas karena ia tak kunjung memberikan balasan" ucap Suzy menggebu-gebu

Sebelum pertahanannya benar benar runtuh ia berbalik menggenggam tangan bibi Kim dan memohon.

"Aku tidak bisa melihatnya seperti itu. Aku tidak bisa. Bi, kau satu satunya yang bisa membuat Jiyeon mengerti"

Bibi Kim meresponnya dengan mengelus punggung tangan Suzy dengan ibu jarinya.

"Kau maupun nona adalah hal yang berharga bagiku. Iu dan Jooyoung adalah hal yang tidak bisa ku tinggalkan juga. Aku tidak akan membiarkan semua ini menjadi begitu rumit bagi kalian"

Lalu bibi Kim tersenyum "Aku akan berusaha"

Ia meninggalkan Suzy dan pergi bersama sekertaris Lee ke lantai dua dimana Jiyeon berada.

***

Jiyeon masih meringkuk dengan wajah pucat pasi. Ini karena ia belum mendapat asupan makanan sejak lima hari yang lalu. Bahkan ia merasa ia tidak membutuhkan hal itu. Ia bisa bertahan tanpa semua itu, tapi bagaimana ia bisa bertahan tanpa ayahnya.

Ia kembali kalut dalam sedihnya. Mata sembab dengan kantung hitam dibawah matanya yang membuatnya terlihat seperti mayat hidup. Air mata yang sudah kering kini tertimpa lagi oleh air matanya yang baru saja mengalir.

Ia tak kuasa menahan pedih dalam hatinya. Jika diibaratkan dunianya sekarang sedang terbalik, banyak guncangan yang membuatnya begitu sakit.

Prince And I [Revisi berjalan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang