Dave P.O.V
Aku menelfon Deyes asisten pribadiku sambil berjalan ke arah lift. Acara ini adalah aula hotel milikku. Hal tersebut memudahkanku melakukan apa saja disini.
"Halo, Tuan." sapa Deyes.
"Siapkan helikopter diatas gedung hotel. Kita ke apartemen gadis itu. Cari tempat pendaratan yang dekat." titahku sambil menggesekan kartu VVIP area.
Aku perlu mengambil sebuah barang penting dengan cepat aku keluar dari lift dan mengambil barang tersebut. Setelah menemukan barang yang aku perlukan tersebut aku segera melangkah menaiki undakan tangga ke landasan helipad. Aku melihat Deyes sudah berdiri menyambutku bersama kedua bodyguard.
"Deyes siapkan Mercedes Benz SLSku di alamat gadis itu yang kau kirimkan kemarin." perintahku lagi. Deyes langsung membungkuk dan mundur. Dia pasti sedang menelfon orang mengantarkan mobilku itu.
Aku langsung naik ke helikopter yang akan mengantarkanku ke tempat gadisku. Setelah beberapa menit kami mendarat di atas gedung apartemen yang dekat dengan apartemennya.
Apartemennya terlalu kecil helikopterku tak akan bisa mendarat di sana. Jadi disinilah menumpang mendarat di apartemen lumayan besar yang berdekatan dengan apartemen gadisku.
Aku harus berjalan beberapa menit untuk sampai ke apartemennya yang kecil itu dan mempunyai jalan kecil.. Benar-benar menyusahkan. Akanku pindahkan dia ke Mansion jika perlu agar aku tak perlu berjalan lagi seperti ini.
Sampainya di depan gedung apartemennya perjuanganku belum selesai. Kenyataan yang aku hadapi lagi adalah kamarnya berada di lantai 4 dan tak ada lift sama sekali. Menyusahkanku dan sekarang keputusanku sudah bulat untuk memindahkannya ke Mansionku.
Daisy P.O.V
"Wah.. lihat itu helikopter milik Dave Maximilan!"
"Helikopter itu pergi! Apa yang dilakukan Dave Maximilan pergi dengan Helikopternya?"
Suara wartawan itu benar-benar sangat histeris. Aku ingin tidur bodoh! Aku mengambil remote dan mematikan TV berisik itu.
Aku memejamkan mata dan mulai mencoba tidur lagi. Aku terlalu lelah menangis meraung seperti orang gila.
....
....
....
Tokk... Tokk... Tokk... Tokk...
Aku langsung membuka mata mendengar gedoran pintu itu. Sialan! Aku baru saja ingin pergi ke alam mimpi menyebalkan sekali.
Tenangkan dirimu, Daisy. Kau bisa terkena darah tinggi jika terus-terusan mengomel.
Tokk... Tokkk... Tokkk... Tokkk...
Ketukan itu bukan ketukan melainkan gedoran. Berisik sekali sih! Aku langsung berjalan keluar kamar dan melihat siapa yang datang.
Dia?! Orang tampan yang bersama dengan kedua anak yang menggemaskan itu! Ia juga orang yang sombong di tambah menyebalkan!
Untung saja kemarin dia bersama anak-anak menggemaskan itu. Jika tidak aku udah cekik dia sampai kehabisan nafas!
Aku harus tenang jika tidak akan ada kerutan di wajahku. Batinku terus bermonolog.
"Kenapa anda menggedor pintu apartemen saya?" Tanyaku dengan suara sangat-sangat sopan dan di tambah sedikit nada kesal. Dia terlihat tampan menggunakan jas formalnya. Shit! Sekarang aku merasa idiot yang memuja-muja lelaki ini.
"Kau sudah siap?" tanyanya membuatku bingung. Bahkan ia belum menjawab pertanyaanku.
"Bersiap untuk apa?" tanyaku lagi. Kami benar-benar seperti orang idiot jika terus bertanya tanpa menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man is Rich
RomanceDia sangat berbeda. Dari sikap hingga wajah yang mulus, mata yang menghipnotisku, badan yang montok, dan yang palingku suka! Bibir sexy yang tebal miliknya! Susah sangat susah menyingkirkannya dari pikiranku, sepertinya aku terobsesi dengan gadis i...