Nine

12.7K 594 2
                                    

Setelah Daisy menampar Dave saat itu juga dia merasakan khawatir pada Daisy yang tiba-tiba masuk ke kamar mandi dengan mengunci pintunya.

Ini sudah hampir 20 menit dan tidak ada tanda-tanda Daisy akan keluar.

Daisy tadi menangis itu semakin membuat Dave khawatir. Dia merasa ada yang aneh dengan Daisy. Itu membuatnya takut terjadi sesuatu di dalam kamar mandi.

Persetan dengan pintu ini! Batin Dave dan langsung mendobrak pintu ini dan saat itu juga Dave melihat Daisy di dalam bathup.

Dave dengan sigap mengangkat kepalanya. Matanya tertutup. Dave meletakannya ke lantai mencoba melakukan pertolongan pertama pada orang yang tenggelam.

Daisy terbatuk-batuk memuntahkan air yang memenuhi paru-parunya. Dia merasa lemas dan melihat Dave berbayang setelah itu dia kembali pingsan.

Dengan cepat Dave langsung membawa Daisy ke ranjangnya tak lupa membuka bathrobe basah yang di gunakan Daisy. Tak peduli jika Daisy telanjang saat itu.

Persetan dengan pakaian itu! Geram Dave dalam hati. Dia tak peduli dengan kemarahan Daisy nanti.

Ia tak ingin Daisy sakit karena bathrobe yang basah. Dave menidurkan Daisy di ranjang dan menutupinya dengan selimut hangat.

Dalam pikiran Dave sekarang hanya menghangatkan tubuh Daisy yang tak menggunakan pakaian apapun agar tidak sakit.

Tokkk... Tokk.. Tokk ...

Dave langsung membuka pintu itu dan melihat Deyes membawa dua paper bag berukuran besar.

"Deyes tolong segera bawa dokter ke sini, dan buat janji dengan psikiater buat lusa depan." perintah Dave dan dia langsung mengambil paper bagnya. Deyes yang baru datang terdiam.

"Sekarang Deyes." lanjut Dave membuat Deyes langsung menutup pintu dan pergi segera.

Dave membongkar paper bag dan menemukan sweater pink muda besar dan celana pendek yang dia rasa dapat menghangatkan tubuh Daisy.

Sekarang Dave harus menahan nafsu bejatnya melihat tubuh polos Daisy lagi.

Tahan Dave. Dia mengucapkan itu berulang kali seperti mantra. Selesai memakaikan pakaian itu dia memeluk erat tubuh Daisy.

"Jangan sekarang, Sugar." bisik Dave menciumi kening Daisy dengan sayang. Entah kenapa dia merasa ingin melindungi gadis ini. Ia ingin gadis di pelukannya ini berada dalam kehidupannya. Namun, ia juga tidak bisa memberi kepastian pada seorang wanita.

Apa sebaiknya aku ikuti kata Mommy untuk segera menikahinya? Pikirnya. Ia belum siap untuk hal itu.  Dave hanya menyeringai dan mengelus rambut basah Daisy.

---

Daisy P.O.V

Aku membuka mata melihat langit-langit kamar. Kepalaku terasa sakit dan hidungku terasa perih.

Aku mencoba duduk melihat ke sekitar. Aku masih di kamar hotel ya? Aku mengacak rambutku apalagi yang kulakukan tadi. Aku hampir membunuh diriku sendiri.

Aku harus berhenti melakukan ini sebelum semakin parah. Hah.. aku mengacak rambutku kesal.

Aku haus dan mencoba berdiri tapi kepalaku tiba-tiba terasa sakit. Aku kembali terduduk dan menyadari bahwa aku sudah menggunakan pakaian?

Pasti kerjaannya Dave lagi. Sudah aku tampar dia masih berani saja sih. Geramku dalam hati.

Tenang Daisy, tenangkan dirimu... Aku memejamkan mata dan aku memilih kembali berbaring melupakan rasa haus yang menggerogoti tenggorokanku.

Tak berapa lama setelah Daisy memejamkan mata dan merasa mengantuk. Dia dapat merasakan sesuatu hangat dan kasar di pipinya. Refleks itu membuat Daisy membuka mata dan melihat mata hitam milik Dave.

"Kau sudah bangun ya? Ada yang kau inginkan?" Tanya Dave sambil mengangkat ujung bibirnya tipis.

"Air." Jawab Daisy pelan. Tenggorokannya kering sekali rasanya. Dave mencium kening Daisy dan langsung keluar mengambil air untuk Daisy.

Sambil menunggu Dave, Daisy memilih untuk duduk menyandar. Tidak lama Dave masuk membawa segelas air dan memberikannya pada Daisy.

Daisy langsung merebut, meminum air dalam gelas hingga tandas.

"Kau akan tinggal denganku mulai sekarang." ucap Dave membuat Daisy yang baru meletakan gelas ke nakas menengang.
"Dave, kumohon jangan memaksaku untuk mengikuti kehendakmu." ujar Daisy pelan menenangkan dirinya. Ia lelah bertengkar dengan Dave.

"Aku lakukan ini karena aku takut dirimu terluka lagi, mengertilah." Jawab Dave dingin menatap tajam Daisy yang menghembuskan nafas kasar.

"Kau bukan siapa-siapaku." ucap Daisy dingin dan membalas tajam tatapan Dave.

"Kau akan menjadi istriku." Daisy memutar mata kesal.

"Aku bahkan baru mengenalmu semalam, Dave! Jangan paksa aku lagi." Daisy mencoba menahan diri untuk tidak lepas kendali dan memilih bangun dari ranjang.

Daisy oleng dia belum sanggup berjalan dan akhirnya kembali terduduk. Dave memegang bahu Daisy khawatir.

"Duduklah. Aku yang akan mengantarmu pulang." perintah Dave lagi.

"Aku bisa sendiri." ucap Daisy kesal.

"Jangan bantah untuk yang ini!" ucap Dave sedikit membentak membuat Daisy melihat Dave pelan.

"Baiklah." Daisy menyerah. Dave menganggukan kepala dan meninggalkan kamar itu untuk menyiapkan beberapa keperluan dengan wajah sangat-sangat cuek.

To Be Continued

My Man is RichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang