"Sialan! Si brengsek itu apa yang sebenarnya ia inginkan dari milikku?" kesal Dave pada Chris yang membuatnya berfikir keras untuk menjauhkan keduanya. Ia tidak ingin Daisynya mengingat kenangan dengan Chris. Karena yang ia inginkan hanya dirinya yang berhak diingat oleh Daisy.
•••
Daisy masih belun dapat tidur. Ia sudah mencoba membaca, menghitung sesuatu, dan hal lain yang biasa dapat membuatnya mengantuk. Namun, hingga sekarang waktu menunjukan pukul dua pagi ia juga belum dapat tertidur. Daisy merasa ada yang kurang membuatnya tidak bisa tidur dengan tenang.
Dave juga belum menampakan batang hidungnya. Membuatnya kesal terhadap pria arogan itu. Daisy kesal karena Dave yang menyuruhnya pulang bersama supirnya dan hingga sekarang juga belum ada di rumah!
Daisy terus-menerus menampik bahwa ia khawatir dengan keadaan pria itu. Ia kembali memejamkan mencoba tertidur. Masih gagal karena rasa kantuknya hilang entah ke mana.
Kriet...
Suara pintu membuatnya langsung memejamkan matanya. Daisy berpura-pura tidur. Ia tidak ingin ketahuan Dave bahwa ia belum tertidur.
Sedangkan, Dave melihati Daisy yang membelakangi dirinya. Dave mendekati ranjang untuk melihat keadaan gadisnys. Akhirnya ia tiba di rumah. Dave sangat ingin memeluk gadis ini dan beristirahat bersama gadisnya. Tangannya terulur mengelus rambut panjang Daisy.
Setelah itu ia langsung beranjak ke kamar mandi membersihkan badannya. Daisy? Ia sudah membuka mata lagi setelah Dave masuk ke kamar mandi. Ia tahu bahwa Dave mengelus rambutnya karena sentuhannya sangat terasa
Ckrekk..
Suara pintu terbuka membuat Daisy langsung memejamkan matanya lagi. Ia berpura-pura tidur lagi. Dave langsung berbaring tepat di belakang Daisy membuatnya langsung berdebar sangat keras.
Daisy memaki dirinya sendiri karena tidak bisa mengontrol jantungnya untuk berdetak lebih pelan. Dave mendekatkan diri dan memeluk Daisy erat.
"Aku tahu kau belum tidur."bisik Dave yang membuat jantung Daisy semakin tidak berarturan. Entah kenapa ia merasa sangat takut ketahuan.
"Kenapa masih berpura-pura? Kau tidak mau menyapaku?"tanya Dave mengecup kepala gadis yang masih membelakanginya. Daisy masih mempertahankan akting tidurnya. Jantungnya semakin tidak terkontrol.
"Kenapa kau belum tidur juga? Ini sudah hampir pagi."ucap Dave mencium rambut Daisy yang memabukan.
"Kau menyebalkan, Dave."gumam Daisy memutar badannya menghadap Dave dan seakan-akan ia sedang mengigau. Dave tertawa melihat akting Daisy yang seperti hiburan baginya.
"Daisy, buka matamu dan jawab aku. Jika tidak aku akan melakukan sesuatu padamu."ancam Dave yang masih tersenyum melihat tingkah konyol gadisnya.
Perlahan tapi pasti Daisy membuka matanya. Daisy melihat Dave sedang memandanginya. Wajah Dave tersenyum puas melihat Daisy berpura-pura tidak tahu.
"Kenapa belum tidur?"tanya Dave.
"Aku sudah tertidur, tapi terbangun karena kau."ucap Daisy berbohong. Ia tidak mau jujur. Mau di kemanain wajahnya?! Sekarang saja ia sudah sangat malu.
"Tidurlah, sugar." suruh Dave memejamkan matanya.
"Kau darimana ?"tanya Daisy yang penasaran pada Dave.
"Kantor." jawab Dave.
"Dave,"panggil Daisy pelan. Daisy tiba-tiba teringat sesuatu. Ia memikirkan ini sedari tadi.
"Tidak jadi." lanjut Daisy dengan cepat. Ia tidak jadi menanyakan tentang itu. Takut jika Dave malah memarahinya. Sudah cukup sekali ia merasakan kemarahan Dave.
"Tidurlah, Sugar." ucap Dave dengan lembut yang entah kenapa berhasil membuat jantung Daisy kembali berdetak keras. Daisy hanya berharap detakan jantungnya kini tidak sampai terdengar Dave.
----
Daisy menggeliat tidak nyaman karena sinar cahaya matahari membuat tidur nyenyaknya terganggu. Cahaya matahari yang begitu terik membuatnya terpaksa membuka mata. Pertama kali yang ia lihat adalah kesendiriannya di ranjang.
Ke mana lelaki menyebalkan itu? Daisy bermonolog ketik ia sangat sadar bahwa ia hanya sendiri di ranjang besar milik Dave.
Perlahan Daisy duduk mencari tanda kehidupan lelaki yang mengacaukan hidupnya. Ia melihat ke sekitar namun nihil tidak ada tanda kehidupan apapun. Hanya dirinya sendiri di kamar ini.
'mungkin ia sudah kerja' pikir Daisy ketika benar-benar sadar. Ia langsung bangun dan membereskan ranjangnya. Ia terpikir untuk mendatangi Cafe Gabriel.
Memikirkan hal itu entah kenapa Daisy merasa sangat bersemangat. Ia bergegas membersihkan diri dan bersiap menemui Gabriel. Ia cukup lama sudah tidak bertemu Gabriel. Sejak berhenti bekerja aku merasa sering bosan. Dave benar-benar tak memperbolehkanku bersosialisasi. Mungkin ketika ia datang dapat mengurangi bosannya?
Daisy sudah siap dengan semua perlengkapannya. Ia segera keluar dari kamarnya dan berhenti bergerak ketika menutup pintu. Ia lupa. Ia masih belum hafal jalan keluar dari rumah Dave.
Daisy berjalan pelan sesuai dengan ingatannya. Ia berharap tidak tersesat atau mungkin bertemu orang yang dapat membantunya keluar.
Daisy melewati sebuah ruangan yang entah kenapa menarik perhatiannya. Pintu itu berbeda karena memiliki warna dan ukuran yang sangat beda dengan pintu di sampingnya. Tanpa sadar ia menelan ludahnya sendiri.
Daisy mencoba mendekati pintu itu. Sedikit menarik nafas ia membuka pintu. Ia melihat sesuatu yang membuatnya ternganga. Tanpa sadar bahkan ia menelan ludahnya sendiri. Bingkai-bingkai foto memenuhi kamar ini.
"Bagaimana bisa?" bisik Daisy kecil sambil mendekati salah satu bingkai foto. Bingkai-bingkai foto ini berisikan seseorang yang sangat mirip dengan Daisy. Namun, ini bukan aku karena Daisy tidak pernah bermain dengan teman - teman sebayanya seceria anak di bingkai foto. Entah kenapa melihat foto ini membuat Daisy sadar akan sesuatu dan ia terasa ingin menangis.
Ia segera keluar dari ruangan itu. Hatinya terasa seperti ditimpa batu yang berat. Apa mungkin dia masih memiliki keluarga? Pikiran itu terlintas di otak Daisy setelah sekian lama tidak pernah ia pikirkan.
Ia memilih berjalan menjauh dari ruangan itu. Ia berharap ia tidak akan pernah tahu tentang apapun. Daisy belum siap bahkan tidak akan pernah siap mendengar orang yang membuangnya.
Namun, ia tidak bisa meninggalkan pintu informasi yang terbuka begitu saja. Ia pernah menginginkan orang tua kandungnya kembali menjemputnya. Setelah bertahun-tahun menunggu ia tahu itu sangat mustahil. Mungkin saja kedua orang tuanya bahkan sudah lupa menelantarkan anaknya ke panti asuhan.
Daisy menimbang sebentar memilih masuk lagi atau pergi tanpa tahu ke depannya. Ia menggenggam erat tangannya bahkan hingga kuku-kuku panjangnya melukai telapak tangannya. Daisy memilih masuk lagi ke ruangan itu. Ia merasa perlu kebenaran dan mungkin saja ada di dalam ruangan itu.
Perlahan ia menelusuri ruangan yang penuh dengan berbagai kenangan. Lagi-lagi Daisy menelan ludahnya sendiri. Tangannya menggapai sebuah foto yang tertempel di sebuah lemari.
Foto ini menampilkan kebahagian. Anak perempuan yang cantik sedang bermain dengan anak lelaki yang tampan. Terlihat sangat serasi. Daisy membalikkan foto tersebut dan menemukan sebuah tulisan.
'Aku berjanji akan menikahi my princess, Kyla.
D'
Hanya dengan kalimat itu. Membuat Daisy merasakan sakit yang asing di dalam hatinya. Nama anak kecil di foto adalah Kyla. Seharusnya Daisy sadar. Ia tidak akan mungkin bisa selamanya bersama Dave. Tentu saja pria tampan dan kaya seperti Dave pasti sudah memiliki seseorang di hatinya.
'Apa aku sudah jatuh dalam permainan Dave?' batin Daisy.
To be continued
Maafkan akuu jika ada kesalahan kata atau apapun itu😙 Terima Kasih telah mendukung cerita ini. Aduh aku terharu:" Maafkan aku karena cerita ini selalu gajelas:'v
Aku cinta kalian semua 💕💕😣
Sabtu, 12 Mei

KAMU SEDANG MEMBACA
My Man is Rich
RomanceDia sangat berbeda. Dari sikap hingga wajah yang mulus, mata yang menghipnotisku, badan yang montok, dan yang palingku suka! Bibir sexy yang tebal miliknya! Susah sangat susah menyingkirkannya dari pikiranku, sepertinya aku terobsesi dengan gadis i...