'Apa aku sudah jatuh dalam permainan Dave?' batin Daisy.
Ia langsung meletakan foto itu kembali ke tempat asalnya. Ia rasa ia masih harus mencari tahu sesuatu tentang orang tuanya. Daisy sangat berharap ada sebuah petunjuk ataupun foto kedua orang tuanya.
Ia kembali menelusuri ruangan penuh kenangan ini. Sampai akhirnya berhenti di sebuah tumpukan album foto. Niatnya untuk pergi ke Cafe Gabriel bahkan sudah hilang entah kemana. Perlahan ia membuka album foto satu - persatu. Masih dengan harapan dapat menemukan sebuah foto tentang keluarganya. Namun, hingga album foto yang ketiga ia juga belum dapat menemukannya. Dalam album foto hanya moment keluarga Dave dan pastinya ada seorang anak kecil bernama Kyla itu.
Tetapi, ada sebuah kenyataan yang baru ia tahu bahwa Dave adalah sosok anak lelaki yang sangat ceria. Jika diam wajah Dave akan terlihat sangat tegas. Namun, ketika ia tertawa Daisy melihat anak kecik yang bahagia meruntuhkan ketegasan di wajah Dave kecil. Berbeda jauh seperti sekarang. Dave terlihat sangat disegani dengan wajahnya yang garang tanpa senyum dan tawanya. Membuat semua orang di sekitarnya akan merasa terintimidasi hanya dengan melihat Dave.
"Apa yang sedang anda lakukan, Nona?" suara tersebut membuat Daisy terkejut. Terlintas di otaknya bahwa ia sudah tertangkap basah memasuki ruangan tanpa izin. Daisy perlahan membalikkan badan menatap pelayan yang menangkapnya.
"Ah, aku hanya melihat-lihat kok." jawab Daisy sambil tersenyum manis.
"Ini aku baru ingin pergi." lanjut Daisy membawa tasnya keluar dari ruangan itu. Ia berjalan cepat mencari jalan keluar dari rumah ini.
"Hampir saja." gumam Daisy saat sudah lebih jauh dari ruangan tadi. Ia mengingat-ingat jalan keluar dari rumah Dave dan ternyata ia berhasil keluar. Sekarang tujuannya adalah Gabriel.
At Cafe Gab
Daisy sudah berhasil ke luar dari mansion Dave. Meskipun tidak sepenuhnya bebas karena dia harus ditemani oleh Trex. Tidak tahan di mansion terus-menerus seakan ia adalah tawanan.
Daisy melihat Gabriel dan para karyawan lain sedang sibuk. Mata tertuju pada Gabriel yang bergerak dengan lincah membantu karyawannya yang juga sedang sibuk. Daisy tidak pernah menyesal bertemu dengan Gabriel. Ia selalu bersyukur meskipun harus merasakan sakit menyukainya diam-diam. Daisy tersenyum merindukan semuanya sebelum bertemu Dave. Seandainya ia tidak melayani Dave saat itu. Ia yakin hidupnya kini akan lebih mudah. Tanpa sadar hatinya merasakan sakit membayangkan itu.
Daisy duduk di salah satu bangku yang berada di pojokan. Tidak lama setelah itu pelayan datang. Ia sangat mengenal pelayan yang baru saja datang ini.
"Selamat siang anda ingin memesan apa?" tanya Jesslyn yang belum sadar dengan kehadiran dirinya. Daisy menunduk dan terkikik geli melihat Jesslyn.
"Aku mau Red Velvet yang dulu katanya terkenal di sini." jawab Daisy pelan. Terlihat jelas reaksi Jesslyn ini sedikit kaget dan gugup.
"Maaf, Nona. Kami sudah lama tidak membuatnya disini." ucap Jesslyn.
"Ah! Sayang sekali! Kenapa ?" ucapku berpura-pura sedih.
"Kami ada sandwich dan pancake. Mungkin anda mau?" tawar Jesslyn. Daisy hanya bisa diam memikirkan sesuatu.
"Astaga, kau bahkan tidak mengenali suaraku." ujarku sambil tersenyum mengangkat wajahku memandangi Jesslyn.
"Oh! Daisy! Aku tidak menyangka kau di sini." ucapnya sedikit kaget. Daisy tersenyum melihat Jesslyn kaget dengan kehadirannya.
"Aku ingin pancake yang kau bilang itu dan bisakah panggilkan Gabriel untukku?" tanya Daisy sambil tersenyum manis. Jesslyn mengangguk semangat dan segera kembali ke tempatnya. Daisy melihat Jesslyn berbicara dengan Gabriel. Mata Gabriel bertemu dengan mata Daisy. Mereka berdua tersenyum.
"Dia selalu saja tampan." gumam Daisy melihat Gabriel yang melepaskan apron dan berjalan ke arah dirinya berada. Dalam pikirannya cara berjalan Gabriel memang tidak sekarismatik Dave. Namun, ia sangat menyukai kedua pria itu sekarang.
"Apa yang ada di otakku?" pikir Daisy yang baru sadar dengan apa yang terlintas di pikirannya tadi. Daisy merasa wajahnya memerah hanya dengan memikirkan itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba menghapus bayangan yang masuk ke dalam pikirannya.
"Hey, kau kenapa?" tanya Gabriel yang ternyata sudah ada tepat di sampingnya. Daisy langsung tersadar lagi. Ia merasa semakin malu sekarang. Wajahnya bahkan terasa lebih panas.
"Kau demam?" lanjut Gabriel menempelkan telapak tangannya ke dahi Daisy. Daisy merasa takut ketahuan segera menepis tangan Gabriel. Jantungnya merasa tidak bisa diajak kompromi. Pikirannya tentang Dave membuat jantung semakin tidak stabil.
"Apa sih? I'm fine, Gab." Daisy tersenyum menyakinkan Gabriel. Gabriel hanya mengangguk tapi ada raut wajah khawatir di wajahnya. Daisy terkekeh kecil melihat wajah khawatir Gabriel.
"Kau kemana saja, hah?" tanya Gabriel. Ia pasti sangat khawatir karena aku belum sempat bertemu dengannya setelah bersama Dave.
"Kau merindukanku ya?" goda Daisy.
"Tidak. Kau ini membuat pegawai lainnya panik. Tiba-tiba mengundurkan diri hanya dengan surat. Aku bahkan mencarimu di apartemen juga tidak ada. Kemana saja kau selama ini?" jelas Gabriel panjang lebar. Daisy menghembuskan nafas berat. Ia merasa sangat berat.
----
Daisy baru tiba di mansion Dave saat menjelang gelap. Ia merasa sangat senang bertemu dengan Gabriel dan pegawai lainnya. Daisy melewati beberapa ruangan sambil mencoba mengingat-ingat.
Daisy melihat ruangan yang ia masuki sudah terkunci. Tanpa sadar ia menghembuskan nafas kasar. Ia berjalan lagi dan melihat beberapa pelayan lewat. Daisy memberhentikan jalan para pelayan tersebut
"Apa Dave sudah kembali?" tanya Daisy kepada beberapa pelayan yang ia berhentikan.
"Tuan Dave sudah ada di kamar, Nona." jawab salah satu pelayan. Daisy merasa sesuatu akan terjadi.
"Terima kasih." ucap Daisy tersenyum setelah itu berlari ke arah kamar yang tidsm jauh dari ruangan penuh kenangan.
Daisy membuka pintu perlahan melihat ke sekitar, tetapi tidak terlihat apapun karena gelap. Apa benar Dave sudah ada di kamar? batin Daisy. Daisy masuk perlahan dan menempel ke dinding mencari sakelar lampu. Ia berhasil menemukan sakelar lampu.
"Aaa!" pekik Daisy melihat Dave yang tiba-tiba berada di sampingnya. Ia kaget Dave memandanginya sangat tajam. Seakan ingin memotong tubuhku hanya dengan tatapannya.
"Kau mengejutkanku." ucap Daisy kesal memukul Dave. Dave masih diam tidak bergeming sama sekali. Daisy merasa ada yang aneh.
"Senang berduaan dengan Gabriel?" tanya Dave setelah Daisy menunduk. Kali ini, Daisy yang tidak menjawab. Ia hanya diam.
"Kau ingat perjanjian kita yang keempat?" tanya Dave lagi. Daisy sama sekali tidak bergeming. Ia ingat perjanjian itu. Perjanjian keempat mereka adalah dilarang berselingkuh.
"Tidak mau menjawabku?" Dave lagi-lagi mengeluarkan pertanyaan. Daisy menarik nafas berat.
"Maafkan aku," cicit Daisy. Dave mendengar suara kecil Daisy membuang muka setelah itu memeluk Daisy. Dave merasa tidak tega ketika melihat Daisy ketakutan karena dirinya.
"Aku harus pergi ke Yunani beberapa hari," bisik Dave. Daisy rasanya ingin bahagia tapi juga merasakan sedih.
"dan aku ingin kau ikut." lanjut Dave yang membuat rasa bahagia pada Daisy langsung sirna.
"Ayo menikah di sana." Dave berhasil membuat Daisy menegang. Tubuhnya seakan membeku.
To be continued
Haii~ maaf aku sering banget update lama:'c Aku harap kalian puas dengan chapter ini. Pada bagian selanjutnya mungkin agak berat karena latar tempatnya Yunani. Aku belum pernah ke Yunani hehe:'v
Terima kasihhh masih setia menunggu cerita ini 😚😚💕
Jika menemukan typo atau kalimat yang tidak masuk akal segera laporkan pada aku, ya?!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man is Rich
RomanceDia sangat berbeda. Dari sikap hingga wajah yang mulus, mata yang menghipnotisku, badan yang montok, dan yang palingku suka! Bibir sexy yang tebal miliknya! Susah sangat susah menyingkirkannya dari pikiranku, sepertinya aku terobsesi dengan gadis i...