Aku berjalan menuju rumah sakit. Sampai di rumah sakit, aku menanyakan pada suster.
"Suster pasien bernama Evelyn Abriana Angelica?" tanya justin.
Suster itu mencari nama yang di sebutkan Justin.
"Di kamar nomor 13 tuan" jawabnya
"Baiklah terimakasih" ucapku dan aku langsung berlari. Di depan kamar Evelyn sudah ada Matt yang duduk di ruang tunggu sambil menundukkan kepalanya.
"Bagaimana Evelyn Matt?" tanya ku kepada Matt. Matt langsung berdiri dan menatapku.
"Ku mohon Justin bantu dia untuk semangat menghadapi menyakitnya. Ku mohon" ucap matt padaku.
Aku melihat Evelyn yang terbaring lemah di atas kasur dengan selang infus dan oksigen di wajahnya. Kasihan sekali dia.
Aku pun langsung masuk kedalam. Dia masih dalam keaasan koma. Aku mendekatinya. Aku mengelus elus rambutnya. Wajahnya benar benar pucat.
"Evelyn, ini aku Justin. Kau harus sembuh. Aku menyayangimu. Kau harus semangat Evelyn, kau pasti bisa. Sekarang aku ada di sampingmu. Bukalah matamu Ev, bukankah kau menginginkanku? Evelyn" ucapku pada Evelyn. Dia masih tak sadarkan diri.Matt berada di sampingku. Matt sangat setia menemani Evelyn.
Aku terus mencoba berkata kata di dekat Evelyn, aku berharap dia akan sadarkan diri.
"Matt, aku tak bisa terlalu lama disini. Aku harus pergi bersama Ve" ucaku
"Baiklah Justin. Kumohon kecuplah keningnya. Mungkin dia bisa merasakan kau berada disini. Atau mungkin dia akan sadar." ucap Matt.
"Tapi Matt, bagaimana dengan kau?" tanyaku. Karna aku takut melukai perasaan Matt
"Lakukanlah Just. Aku tidak apa apa" jawab matt
"Mencium keningnya? Apakah aku bisa melakukannya? Matt sungguh ini terlalu berat untukku. Bagaimana dengan Ve? Oh tuhan. Maafkan aku." gumamku.
Akupun mendekatkan bibirku pada Evelyn. Sedikit ragu aku mendekatinya. Aku memejamkan mataku. Dan aku mwncium keningnya.
"Evelyn cepatlah pulih. Cepatlah sembuh. Semangat Evelyn. Aku akan selalu bersamamu. Mendoakanmu." bisikku di telinganya. Aku menoleh pada Matt yang di belakangku.
"Baiklah, aku akan pulang Matt." ucapku dan perlahan aku mulai mundur berjalan meninggalkan mereka. Tiba tiba tangan Evelyn memegang tanganku. Menghentikan langkah ku.
Aku menoleh pada Evelyn.
"Justin" ucapnya samar karena mulutnya tertutup oleh oksigen.
Matt mendorong ku. Akupun mengurungkan niatku untuk kembali ke rumah.
Matt langsung memanggilkan dokter.Aku khawatir Ve telah terbangun dan mencariku.
"Evelyn, kau sadar? Aku disini. Sadarlah Evelyn. Kau pasti bisa."
Ucapku menyemangatinya sambil menyentuh kepala Evelyn, rambutnya rontok. Semakin lama semakin habis rambut pirang Evelyn.
"Darimana kau tau aku sakit Just? Padahal aku merahasiakan ini darimu" jawab Evelyn lirih seperti tak bertenaga.
"Kau tak perlu merahasiakannya dariku Ev. Katakan saja semua nya yang terjadi padamu. Mengapa hal sebesar inj kau rahasiakan dariku. Kau kekasihku Ev, cepatlah sembuh. Demi aku" pintaku pada Evelyn sambil memegang tangan Evelyne.
"Aku tak ingin membebanimu. Aku memang penyakita Just. Aku takut kau tak menerimaku" jawab Evelyne dengan mata sayup sayup, matanya begitu berkantung, pucat.Dokter pun datang.
"Kondisinya mulai membaik. Ia mulai sadarkan diri." ucap Dokter itu. Matt begitu senang mendengar perkataan Dokter.
"Tapi sebaiknya kalian biarkan dia istriharat du. Jangan terlalu banyak bawa di berbicara." ucap dokter.
"Baiklah dok," jawab Matt dengan semangat.
Dokterpun meninggalkan kamar Evelyn."Matt, aku pulang dulu ya" ujarku pada Matt.
"Baiklah Justin, terima kasih. Akhirnya Evelyn sadar dari komanya" ucap Matt sambil menjabat tanganku.
"Semua tergantung pada Tuhan Matt," jawabku. Akupun pergi meninggalkan Matt.Jangan lupa vote.
Thabks for readinng :*
KAMU SEDANG MEMBACA
BAILEY VERONICA JOORDAN
RomanceWanita berkulit putih, bermata biru dan memliki rambut sepunggung. Tak lama lagi dia akan mewujudkan impiannya untuk kuliah. Canada, adalah salah satu negara yang di pilihnya untuk menuntut ilmu disana. Tak hanya menuntut ilmu, dia berharap bisa men...