Aku menunggu kalian di tempat biasa
- PAPA
.
.
.
.
.Empat gadis sudah memasuki gedung sebuah pabrik besi. Pabrik milik Papa yang masih beroperasi sampai sekarang. Bukannya berurusan dengan besi-besi, mereka malah disuguhkan mayat yang terbujur kaku ditengah kubangan darahnya sendiri. Untung saja pabrik itu sedang meliburkan semua karyawannya termasuk satpam.
"Siapa mereka?" tanya Jennie antusias.
Dia berjongkok, mengamati mayat itu. Mayat yang sudah terbujur kaku dengan lubang di dahinya tentunya ulah peluru yang menembusnya.
"Papa sendiri yang membunuhnya?" Jennie bertanya lagi.
Pria yang masih duduk dengan elegannya hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Unnie ini benar-benar jahat. Tadi sepupu sendiri tidak kenal sekarang kebiasaan Papa juga tidak hapal, ckck" Lisa berdecak sambil menyilangkan tangannya di dada.
Jennie tidak menghiraukan ucapan Lisa.
"Lalu apa maksud dari semua ini?" Jennie masih saja bertanya, terus terang dipikirannya masih antri beribu pertanyaan lain yang ingin dia sampaikan pada Papa.
Jennie berdiri dari posisinya, dia berjalan keluar gedung tidak berlangsung lama dia kembali dengan satu kaleng cat yang dia bawa tadi. Dia membuka kaleng itu menggunakan obeng yang terletak tidak jauh dari mayat itu. Jennie sudah siap menumpahkan isi cat itu pada mayat yang tergeletak di sebelahnya, sampai Papa mencegahnya "Jangan!"
"Jangan rusak pesta yang sudah aku rencanakan!"
"Pesta? Mana? Tidak ada balon, pita ataupun konfeti. Yang ada hanya seonggok daging tak bernyawa yang menjijikan dan pria malang yang menuggu giliran ajalnya dijemput" ucap Lisa dengan nada sarkastik.
"Wah, mulutmu harus diberi bimbingan, Lis" celetuk Jisoo.
"Wae? Kalian juga sering mengatakannya. Bahkan lebih parah dariku" belanya.
Skakmat.
Ucapan yang Lisa katakan memang tidak sepenuhnya salah, Jennie dan Jisoo memang sering mengatakan hal yang lebih mengerikan darinya saat sedang melakukan misi. Tapi setidaknya Jennie dan Jisoo masih bisa mengontrolnya.
"Sudah-sudah" Papa mulai menengahi, dia tidak ingin semakin ada keributan. Apalagi mereka adalah gadis calon tante-tante rumpi.
"Hari ini adalah perayaan misi kita yang pertama. Jadi_"
"Benarkah? Sebegitu pentingkah misi pertama kita sampai Papa merayakannya?" sela Lisa lagi.
"Jangan pernah menyela ucapan orang tua, nona muda" lagi-lagi Jisoo yang memperingati Lisa.
Lisa hanya bisa mencibirkan bibirnya.
"Papa sudah merencanakan pesta untuk kalian. Sebagai pembukaan kalian harus memperkenalkan diri kalian pada detektif yang sedang duduk manis disana"
Pria yang terikat di balok kolom ternyata seorang detektif. Jennie menghampiri pria itu-detektif-lalu membuka slayer penutup matanya. Satu per satu-Jisoo, Lisa dan Rose-ikut menghampiri. Mereka berkerubung. Jennie mengamati wajah detektif itu, tak ada luka yang serius hanya sedikit goresan di pelipis dan peluh yang membanjiri tubuhnya. Jennie menebak-nebak pasti mereka tidak terlibat perkelahian yang serius. Papa hanya akan menepis semua serangan mereka dan membuat lawannya menyerang kawannya sendiri sama seperti yang Jecki Chan lakukan di semua film laganya.
Detektif itu mulai mengerjapkan matanya, beradaptasi dengan cahaya yang masuk ke retinanya. Dia mulai mengamati sekelilingnya, sejenak dia berpikir dia sudah berada di surga dan dikelilingi oleh empat bidadari. Sampai seringaian terpatri pada wajah bidadari yang mengelilinginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARY BLACK PINK
Fanfiction[END] Bukan buku bergenre romance remaja kekinian. Hanya sebuah fantasi gue sendiri yang berimajinasi BlackPink hidup menjadi sesosok yang mengerikan namun polos. Bukan 'polos', tapi memang polos. Gak suka genrenya gak papa Tapi coba baca prol...