Dengan kesal Rose menjejakkan kakinya ke arah lapangan basket di sungai Han. Dia tidak henti-hentinya mengumpati ponselnya yang terus berdering, memberi tanda pesan masuk dengan beruntun.
Lapangan basket sudah berada di depan mata, namun langkahnya tidak sampai di tempat yang dituju.
Pesan yang dia terima dengan isi menyuruhnya segera ke lapangan basket sungai Han ternyata hanya omong kosong. Dia kira para anggota basket latihan disana. Tapi nyatanya tempat itu tidak terlihat nyawa seorang pun kecuali dirinya. Bahkan lapangan itu sangat gelap.
Jreeeeng
Cahaya menyorot kearahnya, membuat matanya silau.
Sedikit demi sedikit cahaya tersebut redup. Lalu cahaya lain mulai menyorot ke suatu tempat.
Sebuah rangkaian mawar membentuk hati yang disorot tiba-tiba terbelah dan terlihatlah siluet tinggi.
Rose menyipitkan matanya berusaha melihat rupa seseorang itu karena orang itu juga mendapat sorotan lampu dari belakangnya.
Perlahan orang itu mulai melangkah menghampiri Rose. Dari sana Rose menyadari seseorang yang mendekatinya adalah seorang pria dengan setangkai bunga mawar merah ditangannya. Semakin tubuh itu mendekat Rose semakin jelas melihat rupa pria itu.
"Dasar boros" ucap Rose saat pria itu sudah berhenti tepat di depannya.
Pria yang ternyata adalah orang yang merekrutnya menjadi asisten klub basket itu hanya menatap Rose datar.
"Untuk apa kamu melakukan semua ini?" tanya Rose.
"Menghabiskan daya listrik untuk lampu tak berguna yang merusak mata, merangkai bunga yang akan layu beberapa jam lagi dan membuang waktu latihan?" lanjutnya.
"Sudah kuduga ini tak akan berhasil" gerutu June.
Rose berdecak.
Rose menatap tajam pria di depannya. Hanya keheningan yang menyelimuti atmosfir di sekitar.
"Kalau tidak ada yang mau kamu bicarakan aku akan pergi sekarang"
Tubuh Rose yang sudah berbalik dicegah oleh tangan June.
"Beri aku waktu 5 menit, setelah itu kamu boleh pergi"
"Baiklah" Rose membuka aplikasi stopwatch diponselnya, lalu mengatur waktu yang June minta.
June bungkam. Dia sedang gusar.
Rose menunggu dengan kesal.
June menghela nafasnya sejenak.
"Maaf jika aku menyuruhmu menjadi asistenku. Semua itu hanya ide teman-temanku, aku_"
"Langsung ke intinya, kamu sudah menghabiskan 3 menit lebih waktumu hanya dengan diam"
June memutar bola matanya.
"Itu juga intinya," nada bicara June meninggi.
"Aku tidak tahu harus bilang apa. Aku bingung_"
"Kalau begitu ngapain kamu menyuruhku kesini kalau kamu tidak tahu apa yang mau kamu bicarakan. Sudahlah aku pergi"
Kali ini Rose berbalik dan tidak ada cegahan di bahunya. Namun langkahnya terhenti hanya dengan dua kata yang terucap dari bibir June.
"Aku menyukaimu"
Rose menundukkan kepalanya sejenak lalu berbalik menghadapi June. Bahu Rose bergetar, diiringi gelak tawa yang semakin keras. Dan semakin keras hingga perutnya terasa nyeri serta bulir air mata jatuh dari pelupuk matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARY BLACK PINK
Fanfiction[END] Bukan buku bergenre romance remaja kekinian. Hanya sebuah fantasi gue sendiri yang berimajinasi BlackPink hidup menjadi sesosok yang mengerikan namun polos. Bukan 'polos', tapi memang polos. Gak suka genrenya gak papa Tapi coba baca prol...