Bam-bam sudah muak memasuki gedung-gedung itu, jika bukan karena ancaman dari Jennie dia tidak akan repot-repot menyamar dengan mempertaruhkan identitasnya hanya untuk mencari pria tua bangka.
Dia baru saja memasuki gedung yang ke 8 yang ia kunjungi hari ini. Tak berbeda dengan gedung yang lain, hanya menampakkan pemandangan beberapa orang yang mondar-mandir dengan beban dipikirannya. Dateline pekerjaan, amukan si bos ataupun masalah pribadi mereka sendiri.
Setiap kali pergi ke gedung-gedung itu, Bam-bam selalu memperkenalkan dirinya sebagai turis, faktanya dia memang turis dalam penyamarannya. Berpura-pura belajar mengenali prinsip kerja perusahaan-perusahaan di Korea Selatan.
"Permisi, bisa dimana toiletnya ya?"
"Oh, mari saya antar"
Bam-bam mengikuti penjaga keamanan itu, sembari mengamati setiap sudut gedung itu. Dari kamera CCTV hingga posisi penjaga keamanan. Setelah sampai di toilet penjaga kemanan itu pergi tanpa ada kecurigaan terhadap Bam-bam.
Setelah memasuki bilik toilet paling pojok, Bam-bam mengeluarkan tablet yang dia sembunyikan di punggungnya. Meski hanya sebuah tablet berukuran 7 inci, dia sudah menghack semua kamera CCTV keamanan dalam sekejap.
Tidak lupa dia juga memasang earplug ke telinganya, menghubungkannya dengan rekannya yang lain. Dia memberi aba-aba pada rekannya untuk cepat menyelinap ke ruang bos di gedung itu.
"Paman Joohyuk, waktumu 10 menit, cepat cari target dan barang bukti"
"..."
Joohyuk langsung melesak masuk ke dalam lift dari basement menuju lantai paling atas. Pakaiannya yang rapi mengenakan tuxedo hitam, kemeja putih dan rambut yang dipomade tak membuat curiga orang-orang disekitar. Justru karyawati di sana terpana dengan karisma yang keluar dari diri detektif berstatus orang hilang itu.
Joohyuk sudah sampai di lantai 13, dengan ketampanannya dan secarik stick note dia sudah mengusur sekretaris yang berjaga di depan kantor. Untuk menambah penyamarannya dia melayangkan kedipan mata ke arah sekretaris seksi yang pergi membelikan obat yang tertulis di stick note itu.
Joohyuk menatap kamera CCTV di pojok atasnya, kamera itu berkedip hijau tanda aba-aba dari Bam-bam yang memberitahu status aman untuk masuk ke dalam ruangan itu.
Dia membuka kancing tuxedonya, mamasang sarung tangan lalu masuk ke dalam ruangan itu.
Ruangan lengang, tak ada siapapun di sana. Dia mengotak-atik setiap benda di sana, lalu saat dia menyenggol lengan sebuah patung rak buku disebelahnya bergeser. Tanpa pikir panjang dia memasuki ruangan di balik rak tersebut.
Ruangan yang aksesorisnya banyak terbuat dari kayu dan bersih tanpa debu membuatnya berpikir kalau ruangan tersebut benar-benar terawat. Mulutnya tercengang saat masuk lebih dalam, dinding itu menjadi ribuan laci. Dia bisa menebak pasti terdapat banyak 'harta karun' yang bisa ia bawa pulang.
Joohyuk membuka satu per satu laci tersebut. Seperti yang ia duga, banyak tumpukan kertas disana, namun dia terkejut setelah menelisik tumpukan kertas tersebut yang tertulis daftar detektif di wilayahnya, Seocho. Bahkan dia menemukan namanya dan rekannya dulu, Jisoo, tertera di kertas tersebut. Namun miliknya sangat berbeda, tak banyak identitas yang tertulis disana hanya sebuah stempel bernomor 449.
Deg
Dia langsung mencari nomor laci itu, diurutkannya di laci nomor 400an. Setelah ketemu, dia langsung membukanya.
Zrrrt
"Paman...paman..."
"Waktumu hampir habis, cepat keluar"
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARY BLACK PINK
Fanfiction[END] Bukan buku bergenre romance remaja kekinian. Hanya sebuah fantasi gue sendiri yang berimajinasi BlackPink hidup menjadi sesosok yang mengerikan namun polos. Bukan 'polos', tapi memang polos. Gak suka genrenya gak papa Tapi coba baca prol...