Aku sering berpikir tentang kabar-kabar yang bisa kau jelang melalui udara.
Semua bisa mengubahmu dan berbalik arah kemanapun.
Namun kebenaran tetap satu, dan jika kau ingin tahu maka tanyalah kepadaku atau Tuhan.
Suara mereka akan nyaris tak terdengar pada akhirnya, karena bersama Tuhan akan kukabarkan dengan lantang siapa aku dan bagaimana hatiku bekerja.Apalah arti semua itu sekarang, bahkan aku tidak pernah menjadi pertimbanganmu.
Sayang, aku sudah cukup jauh berlari dari semua batasanku untuk sekedar meyakinkanmu.
Bahkan untuk mengejarmu bersama jiwaku, aku mau.Kau selalu berpikir tentang hari-hari bahagia untukmu, begitu pun aku.
Masalahnya adalah, bukan aku bahagiamu.Kau berulang kali berteriak keras pada telingaku bahwa bukan aku seorang itu.
Aku semakin jatuh, kepalaku penuh dengan kepastian bahwa kekuranganku adalah milikku dan selamanya tidak akan bisa memenuhimu.Sejak itu kau seperti seorang asing yang menjelma sebagai perenggut segala bahagiaku.
Bagaimana bisa kau sama sekali tidak merasakan kehadiranku disaat setiap detakku akan selalu merindukan, meresahkan, dan berdoa untukmu.
Aku demam dan mulai bicara pada dinding-dinding kamarku.
Lukaku membuatku takut atas diriku sendiri
Agustus dua tahun lalu masih membekas dan aku masih menghitung.Aku hanya ingin kau tahu, aku berhenti.
Pernah aku seberani itu melawan apapun yang bisa menggagalkan rasaku, namun ketika dengan sadar kau sendiri bisa mematahkannya, maka aku berhenti.Tidak akan kubiarkan rasa itu mengakar lagi pada hatiku.
Aku berharap semua lukaku bisa mengering dan sembuh, meski sebenarnya kaulah pengharapanku.
Dan kau tidak perlu bersusah hati untuk sekedar bertanya bagaimana akan kulanjutkan hidup.Aku berdiri diatas kakiku dan hatiku yang penuh tempa.
Segala itu akan menguatkanku, bahkan akan mengajarkanku bagaimana menghidupi kehidupan.Aku (selalu) mendoakanmu...
Doaku bukan untuk menyakitimu, tetapi untuk melepasmu pergi bersama semua masa depan baik yang akan kau jalani.Kau dan aku akan berkembang dan bertumbuh pada lintasan masing-masing, meski dalam hening.
Bersinarlah sama seperti pertama kali aku memilihmu.
Rasaku sebesar itu, sebesar aku bisa melepaskanmu untuk yang lebih baik.*Aku Memilih Untuk Berhenti, Bukan Untuk Menyakitimu, Tetapi Untuk Melepasmu Pergi*
Vote and comment❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Abstrak
PoetryHanya beberapa Goresan seorang Gadis yang terlalu lama memendam RasaNya. Semoga Bekenan This not Story, not Quotes! Hanya Sebuah Goresan Abstrak.