Cahaya kemilau di sudut lapangan sekolah tak lagi kamu pandang
Sebab kornea hatimu telah buta, tak bisa melihat sisi hatiku yang terlupa sekaligus terluka
Karenanya kamu pergi, meninggalkanku dalam kenangan yang memburuku
Sendiri ...Aku tahu, dengan memperbanyak tanya dalam kepala tanpa mengeluarkan suara adalah wujud upaya sia-sia
Tapi otak ini tak bisa berhenti
Lantas bagaimana?Jika saja ada cara untuk menyadarkanmu tentang apa yang tersimpan tanpa menetaskan keberanian. Karena kini aku begitu takut, perasaanmu telah menciut.
Aku butuh kekuatan telepati, agar peristiwa mendewasanya hati bisa juga kamu alami.
Agar bisa kamu rasakan apa yang kurasakan dari sisi hati.Agar aku tidak selalu terjebak sendiri dalam luka ...
Apa rasanya jadi kamu, sesosok yang tak pernah luput dari daya ingatku?
Apa rasanya jadi kamu, seseorang yang kusayang dengan terlalu?
Apa rasanya jadi kamu, yang tak pernah tahu ada aku yang masih menunggu?Hey,
Harus berguru pada siapakah hati agar ia berani mengungkapkan opini?
Harus berguru pada siapakah kamu agar rajin mengisi hati dengan namaku?
Harus berguru pada siapakah kita agar sama-sama bisa menjaga hati tanpa melukai?
Seandainya ada yang bisa mengoreksi kerja hati kita.
Pasti kita tak jalan bersilangan seperti dua anak manusia yang dipenuhi keasingan.Sebuah bisu kupelihara dalam bisingnya aksara di kepalaku.
Ingin diutarakan, namun ragu menghalangi jalan. Ingin dipendam sendirian, namun entah hingga kapan bisa bertahan.Karena 'aku telah membisu' ...
.
.
Karena 'hatiku telah membeku' ...
.
.
Karena 'kisahku telah berlalu' ...
.
.
🔚
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Abstrak
PoetryHanya beberapa Goresan seorang Gadis yang terlalu lama memendam RasaNya. Semoga Bekenan This not Story, not Quotes! Hanya Sebuah Goresan Abstrak.