[Eleven]

123 10 1
                                    

Kenza bertekat, hari ini juga Ia akan meminta maaf pada Kenzo. Dikelasnya hari ini sedang tidak ada guru, menyebabkan keributan yang tiada henti. Kenza membuka ponselnya dan mengirim pesan pada Kenzo.

Kenza Uranusa: Tolong ikutin gue ke atap.

Kenza pun segera bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah atap. Kenzo membuka ponselnya dengan cuek dan membaca pesan yang dikirimkan Kenza padanya. Dengan ogah-ogahan Kenzo bangkit dan berjalan ke arah atap. Setelah menutup pintu atap, Kenzo menghampiri Kenza dan duduk disebelah gadis itu.

Akhirnya Kenza membuka suara.

"Zo, maafin gue ya karena udah suka sama lo dulu. Bisa kita baikan kaya dulu? Sahabatan. Jujur gue ga nyaman kalo harus jauhan sama lo, karena sekarang gue udah nganggep lo kayak kakak gue sendiri." Jelas Kenza, membuat Kenzo menoleh ke arah Kenza.

Kenzo terdiam, kemudian mengangguk dan nyengir.

"Lo sih pake drama segala, nyet." Celetuk Kenzo. Kemudian Kenza mengarahkan tangannya ke depan Kenzo, dan disambut dengan baik oleh pemuda itu sendiri. Mereka melakukan tos ala-ala mereka yang sudah tiga tahun tidak mereka lakukan.

"Yuk balik ke kelas!" Ajak Kenza riang. Kenzo menganggukan kepalanya dan berjalan berdampingan dengan sahabatnya itu. Setelah sampai dikelasnya, Kenza dan Kenzo duduk ditempatnya masing-masing.

"Lo kenapa Za? Kayaknya seneng banget." Ujar Anjani kepo. Kenza hanya tercengir menatap sahabatnya.
"Gue baikan sama Kenzo."

"Oh ya?!! Kalian sahabatan kaya dulu pas lo masih sembilan dong!" Sahut Anjani, Kenza hanya menganggukkan kepalanya.

Beberapa hari kemudian, Kenza dan Davin semakin dekat.

Kenza sudah mulai merasakan getaran cinta bersemi didalam hatinya untuk Davin. Ia sudah mulai mencintai Davin. Adik kelas yang berhasil membuat dirinya terpesona.

Kini Kenza sedang berjalan ke arah kantor Kepala Sekolah sendirian. Teman sekelasnya berkata bahwa ada orang penting yang ingin bertemu dengannya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk." Terdengar sahutan dari dalam kantor Kepala Sekolah.

Kenza pun mendorong kenop pintu perlahan dan menemukan Kepala Sekolahnya sedang berbicara dengan orang yang membelakangi Kenza.

"Ada apa ya Pak memanggil saya kesini?" Tanya Kenza sopan.

Tiba-tiba orang yang sedang berbicara dengan Kepala Sekolah pun berbalik. Kenza membulatkan kedua matanya.

"B--Bunda??" Kenza tergagap, pandangannya terasa memburam karena air mata yang ingin menyeruak.

"Kenza, ini Bunda sayang." Ucap Bunda Kenza, langsung saja gadis itu menghambur ke pelukan hangat sang Bunda dengan air mata kerinduan yang sudah mengalir deras diwajahnya.

"Bu--Bunda.. Hiks.. A--Aku kira.. Hiks.. Bunda udah.. Hiks.. Ga ada.. Hiks.." Ucap Kenza sesegukan sambil memeluk Bundanya erat.

"Ngga sayang, Ayah yang ngelindungin Bunda.." Ujar Bunda Kenza sembari mengusap halus rambut anaknya dengan sayang.

"Udah jangan nangis lagi, anak Bunda masa cengeng.." Kata Bunda Kenza lalu menghapus air mata anaknya.

"Bunda mah jahat..." Cibir Kenza sambil menatap Bundanya dan cemberut.

Bunda Kenza terkekeh.

"Nanti pulang sekolah, Bunda tunggu ditaman deket asrama ya. Kita jenguk kuburan Ayah." Ucap Bunda Kenza halus. Kenza menganggukan kepalanya dengan semangat.

kenz ;✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang