[Twelve]

129 9 1
                                    

But still, even when someone understand you, that doesn't mean he won't disappoint you some day.

•••

Kini Kenza sedang berjalan dilorong koridor asrama, setelah pergi ke makam Ayahnya tadi. Saat Ia baru menyentuh kenop pintu, dirinya terdiam. Gadis itu berhenti karena mendengar isakkan tangis seseorang.

Siapa yang nangis?

Kenza mengernyitkan dahinya. Suara ini agak familiar ditelinga Kenza. Gadis itu mendorong pintunya, dan masuk dengan perlahan tanpa suara. Dilihatnya sebuah punggung yang sedang bergetar hebat. Kenza menghampiri gadis itu, dan memegang bahunya pelan. Saat Kenza berjalan ke arah depan gadis itu, Kenza tersentak.

"Alexis?" Lirih Kenza. Gadis itu langsung duduk bersimpuh didepan Alexis.

"Hey, what's happen?" Tanya Kenza pada Alexis pelan-pelan.

Alexis tidak menjawab malah memeluk Kenza. Kenza hanya menepuk-nepuk punggung Alexis pelan. Setelah Alexis tidak lagi menangis, Kenza bertanya.

"Kenapa nangis Alexis?" Tanya Kenza hati-hati, karena Ia tahu apa responnya.

Tidak seperti dugaan Kenza, Alexis malah memberi respon berbeda.

"Pernah ga, lo benci dan cinta disaat yang bersamaan? Gue lagi ngalamin hal itu sekarang." Jelas Alexis.

Kenza berfikir, benci dan cinta disaat yang bersamaan? Kenza tak pernah mengalami peristiwa itu.

"Emang kenapa, Lex?" Tanya Kenza tanpa menjawab pertanyaan Alexis terlebih dahulu. "Gue cuma cerita."

"Mulai sekarang, kalo lo lagi ada masalah berat, lo cerita ya sama gue. Anggep gue sebagai temen curhat lo," Tutur Kenza sambil tersenyum, kedua tangannya merambat ke arah bahu Alexis dan mengelusnya pelan.

"Makasih, Za. Maaf ya gue udah jutek sama lo." Sahut Alexis sambil tersenyum menyesal, Kenza tersenyum.

"Ga kenapa-napa kok. Gue ngerti lo punya alasan sendiri, jadi karena itu lo jutek."

Cklek!

Tiba-tiba pintu kamar asrama terbuka, sontak Kenza dan Alexis langsung mengarahkan pandangan mereka pada dua orang yang berada dipintu.

"Ada paan nih?" Tanya Ana, penasaran.

"Wah kita kedatangan satu orang baru nih." Anjani ikut-ikutan nimbrung.

Kenza hanya tersenyum geli dan mengangkat kedua alisnya.

"Kayaknya, emang gitu deh." Kenza mengalihkan pandangannya menuju Alexis yang sedang ikut-ikutan tersenyum geli.

•••

Kenza mengedarkan pandangannya, menatap seisi kelas. Gadis itu pun akhirnya melirik bangku Anjani, tas sahabat Kenza itu sudah ada, namun pemiliknya kemana?

"Al, lo liat Anjani kagak?" Tanya Kenza pada Alexis yang sedang mengerjakan sesuatu lewat macbook nya.

Alexis mengalihkan pandangan menuju Kenza, dan menggeleng.
"Gak tuh. Gue ga liat Anjani."

"Gue ke toilet dulu ya." Pamit Kenza, Alexis hanya menganggukan kepalanya saja.

Kenza pun berjalan dilorong koridor yang penuh dengan siswa siswi. Beberapa siswa serta siswi menyapanya, namun Kenza hanya tersenyum simpul menanggapinya.

kenz ;✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang