[Twenty One]

150 8 0
                                    

Arthur rasa ini yang namanya karma.

Begitu sakit rasanya ketika melihat Kenza bersama Davin. Arthur tahu, semua tak akan berubah. Dirinya berakhir bersama Kiara, dan Kenza berakhir bersama Davin. Arthur mengundur tanggal pernikahannya dengan Kiara dua bulan lagi.

Dan lihat di sana, Kenza tengah tersenyum manis menatap layar kamera seraya memamerkan cincin pertunangannya dengan Davin. Senyum merekah di bibirnya. Kenza tampak begitu cantik dengan gaun selutut, berwarna broken white.

Model dari pinggang sampai ke lutut mengembang, membuat Kenza tampak seperti putri-putri di kerajaan Disney. Rambutnya menjuntai hingga punggung. Dihiasi sebuah bondu cantik, senada dengan gaunnya.

Yang Arthur tahu, semua sudah terlambat.

Hm, mari memberi ucapan selamat pada kedua orang itu.

"Selamat ya," ucap Arthur menatap Kenza sendu. Mata Kenza berkaca-kaca, entah kenapa. Buru-buru Davin menimpali. "Iya, makasih." Yang Arthur butuhkan hanya sambutan dari Kenza. Tapi sepertinya, gadis itu nampak enggan berbicara dengan Arthur.

Lalu Arthur turun dari panggung, dan berjalan keluar dengan misuh-misuh. Tanpa Arthur sadari, Kenza menatapnya, hingga satu titik air keluar dari matanya. Tanpa Arthur sadari, Kenza ingat dengannya.

Gue cinta sama lo, Thur.

•••

Kenza menatap gaun-gaun putih di depannya dengan malas. Sedangkan Ana, Alexis, dan Anjani tengah heboh-hebohnya memilihkan gaun pengantin untuk Kenza. Menyadari Kenza yang tampak bete, Alexis menaruh gaun yang tadi dipilihnya, dan menghampiri Kenza.

"Lo kenapa?" tanya Alexis. Kenza tersenyum tipis dan menggeleng sembari menjawab "Gue cuma rada gak sinkron sama apa yang hati gue mau."

"Lo gak sinkron, karena lo milih apa yang otak lo pengen. Bukan karena hati," Alexis menjeda ucapannya. "jadi, siapa yang ada di hati lo sekarang? Jangan pernah maksain buat bahagia sama orang lain. Nanti, lo malah dapet karma."

Kenza diam membisu. Kepalanya tertunduk dalam.

"I don't know. Gue bener-bener bingung. Di dalem otak gue, ada Davin. Tapi kalo dalem hati gue, cuma ada Arthur." cicit Kenza. Bibirnya bergetar, giginya bergemeletuk. Tangis tak dapat ia tahan.

Kenza akhirnya berlari menuju toilet perempuan. Alexis hanya menatap punggung Kenza yang menjauh, Ana dan Anjani terus bertanya pada Alexis. Namun hanya dijawab, "She's okay."

Pada saat perjalanan ke toilet perempuan, Kenza menabrak seseorang. Begitu mengangkat kepalanya, Kenza tersentak. Arthur menatapnya. Lalu tanpa berkata apa pun, Kenza kembali berlari. Arthur otomatis mengejar perempuan itu.

Di cekalnya lengan Kenza, lalu menarik tubuh gadis itu menuju pelukan hangatnya. Kenza terus menangis, lagi dan lagi. "Lepasin gue! Lepasin! Hiks" suara Kenza meronta-ronta teredam di dada bidang Arthur.

Yang Kenza butuh kini, hanya sebuah pelukan hangat.

Tangannya mengait begitu saja di pinggang Arthur.

"Arthur, gue pengen ngomong sama lo." ujar Kenza kala tangisnya sudah terhenti. Mata dan hidung gadis itu memerah. Kepalanya ditundukkan dalam-dalam.

"Ngomong aja."

"G-gue," mata Kenza melirik kanan kiri. "Gue su-ah udah deh lupain aja." lanjut gadis itu. Arthur mengangkat sebelah alisnya, dan menatap geli Kenza yang kini sedang bersemu merah.

kenz ;✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang