[Fourteen]

149 9 2
                                    

Kini Kenza sedang bersantai ditaman belakang, ketika Junior disampingnya ini tadi menggganggu tidur nyenyaknya.

Gadis itu menghirup udara segar taman sebanyak-banyaknya, dan secara tak sengaja, hidungnya menghirup pafrum menenangkan milik pemuda disampingnya. Kenza tampak tenang saja.

Berbeda dengan pemuda disebelahnya.

Arthur menelan ludahnya gugup. Ia benar-benar sangat gugup, karena saat ini, dirinya sedang berada disebelah Kenza—pujaan hati Arthur.

Kenza menutup kedua maniknya sejenak, dan menghela nafas lelah. Bagaimana bisa Davin Angkasa membuat Kenza seperti ini? Apa karena ia sudah benar-benar jatuh terlalu dalam?

Memikirkannya membuat Kenza pusing.

Kenza membuka kedua matanya, dan beranjak bangkit. Ia kembali menghela nafas panjang, dirinya sangat membutuhkan sebuah hiburan saat ini.

Tunggu.

Hiburan, ya?

Kenza buru-buru membalikkan tubuhnya ke arah adik kelas yang ia tidak tahu namanya.

“Nama lo siapa?” Tanya Kenza. Arthur tersentak, ia bangkit dan menepuk-nepuk celana bagian belakangnya. Pemuda itu menelan ludahnya gugup, dan mencengkram erat Nina—agenda catatan hariannya—.

“G-gue Arthur Arzanka.” Balasnya tergagap. Kenza yang mendengar cara bicara Arthur segera menepuk pundak pemuda dengan tinggi melebihi dirinya.

Gadis itu mendekat dan berbisik tepat disebelah telinga Arthur, membuat pemuda itu bergidig geli.

“Ga usah gugup, Arthur...” Bisik Kenza membuat Arthur justru semakin gugup karenanya.

Kenza langsung berbalik dan berjalan menjauhi Arthur yang kini sedang mengusap-usap bagian dada sebelah kirinya. Tepat dimana jantung terletak.

“Gue bisa ga sehat nih kalo gini caranya...” Gumam Arthur.

Merasa tak ada pergerakan dibelakangnya, Kenza berhenti dan langsung membalikkan tubuhnya menatap Arthur yang kini masih terdiam.

“LO MAU IKUT GUE KAGAK?!!”

Arthur tersentak dan buru-buru mengikuti langkah kaki Kenza yang semakin menjauh darinya.

Kenza terkekeh tanpa sepengetahuan Arthur.

“Dasar anak aneh..”

•••

Kini Kenza dan Arthur sedang duduk dibangku perpustakaan.

Kenza yang sibuk membaca novel, dan Arthur yang membaca buku pelajaran Sejarah. Sesekali pemuda itu membenarkan kacamatanya yang melorot kepangkal hidungnya.

Kenza sudah mulai merasa bosan. Gadis itu menutup buku novel yang dibacanya perlahan, dan mengalihkan pandangan pada Arthur.

Diperhatikannya garis wajah milik Arthur.

Alis cukup tebal, mata coklat terang, hidung mancung, tulang pipi tinggi, dan bibir yang lumayan.

Tunggu.

Ada yang mengganggu.

Tanpa aba-aba Kenza menarik dagu milik Arthur agar menghadap wajahnya.

Refleks, Arthur membulatkan kedua maniknya.

Kenza menelusuri garis wajah pemuda ini, dan melepas kacamata yang bertengger dipangkal hidungnya.

kenz ;✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang