[Nineteen]

119 9 0
                                    

Arthur menghirup nafas sebanyak-banyaknya. Kini, pria itu baru saja melangkahkan kakinya kembali ke tanah air. Setelah menghabiskan waktu enam tahun, di negara asing.

Sebenarnya, Arthur kembali ke sini punya maksud tertentu. Karena akan menghadiri pembukaan cabang perusahaannya di sini. Selain itu, dirinya ingin bertemu dengan kawan-kawan lamanya ketika SMA.

Pemuda itu menutup kedua kelopak matanya, tubuhnya yang lebih tegap ia sandarkan pada jok mobil. Menuju apartment yang sudah lama, tak ia kunjungi.

Kedua iris Hazel itu melirik lehernya, terdapat kalung berinisial 'K' di sana. Arthur dengar, masa lalunya itu kini telah menjadi seorang dokter bedah yang sukses di Indonesia.

Kenza.

Mengingatnya saja Arthur tak kuat. Setelah sampai di apartment lamanya, Arthur menghempaskan tubuh tegapnya ke atas sofa berwarna krem. Mengistirahatkan diri sejenak.

Sebelum menghadiri acara peresmian rumah sakit yang telah ia bangun. Arthur akhirnya tertidur, seraya menggenggam kalung berliontin inisial 'K' itu.

•••

Hati Ini- Nabilah Ratna Ayu

•••

Kenza melangkahkan kakinya yang dibalut sepatu heels setinggi lima cm, itu masuk ke dalam gedung rumah sakit baru. Dirinya mendapatkan undangan untuk ikut hadir dalam acara ini.

Rambut cokelatnya terikat rendah menjadi satu di belakang menyisakan anak rambut yang menjuntai dibagian kanan dan kirinya, gaun untuk acara formal, dan sebuah tas tangan dengan warna senada.

Hiasan alami terpasang pada wajah cantiknya, banyak dokter-dokter maupun pejabat yang hadir pada acara ini. Bahkan, sepanjang Kenza berjalan, selalu banyak orang yang menyapanya. Hanya sebuah senyum tipis yang menanggapinya.

Acara peresmian akhirnya di mulai.

MC mengisi acara, hingga akhirnya keluarlah sang pemilik gedung rumah sakit. Kenza tertegun. Setelah enam tahun, dia baru saja kembali. Tubuh tegap yang dibalut setelan jas formal, membuatnya semakin terlihat gagah.

Di genggamnya erat-erat kalung yang terpasang pada lehernya, setelah sekian lama, senyum yang telah pudar termakan waktu, kini merekah kembali. Namun, secepat senyum itu merekah, secepat itu pula senyum Kenza luntur.

Seseorang berdiri berdampingan dengan pria yang selama ini di tunggunya. Seseorang berdiri berdampingan dengan Arthur. Dada Kenza terasa sesak, dirinya telah gagal. Tanpa sadar, satu tetes bulir air mata mengalir di wajah cantiknya.

Gadis itu segera berlari menuju toilet, mengabaikan tatapan aneh dari orang-orang, dan juga tatapan menyesal serta rindu dari Arthur.

Kenza terduduk di atas ubin lantai rumah sakit yang dingin, tangan gadis itu memukul-mukul dadanya sendiri. Berusaha mengurangi sesak yang hadir. Air mata berlinangan di atas permukaan wajah cantiknya.

Isakan demi isakan berhasil lolos dari bibir merah alaminya, bahu kedua gadis itu bergetar hebat. Tak ada lagi yang tersisa dalam diri gadis itu. Semuanya habis, terbakar menjadi debu dan hilang karena tertiup angin.

Kenza hampa.

Sebuah jas hangat tersampir pada bahunya, membuat Kenza mendongak masih dengan air mata yang berlinangan pada wajah cantiknya. Kenza menatap sendu orang di hadapannya.

Arthur.

•••

Mereka berdua terduduk dalam kebisuan. Di temani suara gemericik air mancur, disaksikan oleh ribuan bintang diatas langit. Jas Arthur masih tersampir pada bahu Kenza.

kenz ;✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang