[[Repost-karena suatu dan lain hal]]
"Jar, kok gue was-was ya nemenin lo beliin Dania kado?" Suara lembut Ata membuat Fajar langsung mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
"Was-was gimana?" Tanya Fajar dengan dahi yang berkerut, menyiratkan kebingungan.
"Gue takut ada yang liat kita berdua disini, terus ngelapor ke Dania, terus jadi bahan kelahian lo sama Dania, terus--"
"Otak lo sinetron banget." Sela Fajar cepat.
Tanpa menunggu lama, Ata mengembungkan pipinya sehingga bibirnya mengerucut, membuat Ata terlihat menggemaskan dimata Fajar.
"Coba aja kita bukan saudara PMR, gue pacarin lo." Ujar Fajar dengan nada candaan khasnya.
"Tapi gue yang ogah pacaran sana cowo tengil kaya lo. Gue bersyukur kita saudara." Sambut Ata sengit.
"Dasar wakil rese."
"Lo ketua egois nan menyebalkan."
"Tuh kan, rese banget." Tuding Fajar sambil memutar bola matanya malas.
"Fajar." Panggil Ata dengan wajah yang memelas dan mata yang membulat penuh binar minta dikasihani. Ata memang sangat mahir dalam mengganti ekspresi wajahnya. Sekejap manis, sekejap lagi garang.
"Ini nih, pasti ada maunya!" Seru Fajar tanpa memperdulikan orang sekitar yang menatap mereka aneh.
"Haus....." Rengek Ata.
"Tuh kan, bener." Decak Fajar sambil menggelengkan kepalanya.
Dan Ata langsung memasang cengiran pepsodent andalannya dengan tangan yang sudah terjulur dihadapan Fajar.
••••
"Makasih udah nganterin gue pulang."
"Gue yang harusnya makasih sama lo. Lo udah mau nemenin gue nyari kado buat Dania." Kata Fajar seraya tersenyum tulus.
Ata terkekeh sebelum kembali menyambut, "Iya sama-sama."
"Eh, lo ngga nawarin gue buat masuk?"
"Lo mau masuk? Mau ngapain? Ngga usah lah, mending lo pulang aja." Ucap Ata seraya bersidekap.
"Dasar tuan rumah songong." Decak Fajar yang kemudian kembali menyalakan mesin motornya.
"Suka-suka gue lah."
Fajar kemudian mengukir senyum singkatnya, lalu mengacak puncak rambut Ata lembut. "Yaudah, gue pulang ya?"
Ata mengangguk, "Hati-hati dijalan."Fajar mengacungkan jempolnya sebelum menjalankan motornya keluar dari perkarangan rumah Ata.
Ata berbalik, menatap pintu rumahnya yang sedang tidak tertutup rapat dan mobil yang terparkir di hadapannya silih berganti.
Hatinya enggan untuk masuk ke dalam rumah namun, kakinya malah tak sejalan dengan hatinya. Kaki Ata melangkah masuk ke dalam rumah dengan gerakan slowmotion.
Pendengaran Ata menangkap suara tawa Lintang, Rinta dan seorang pria yang tak ia ketahui siapa.
Dengan segala rasa penasaran, Ata pun menyempatkan diri untuk menuju ke ruang tamu. Dan nafas Ata tercekat ketika melihat pemandangan yang tersaji di hadapannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Di Atas Samudera ✔
Teen Fiction🌻SUDAH DITERBITKAN & CHAPTER MASIH LENGKAP🌻 [[ NGGA TERIMA PROMOTE DI KOLOM KOMENTAR ]] "Apa sih arti gue buat lo?" Tanya gadis bermata hazel itu dengan tangan yang sudah mengepal geram, siap melayangkan tinju pada pemuda yang sedang berdiri dihad...