Neun

105K 8.7K 117
                                    

[[Repost-karena suatu dan lain hal]]

"Ma, papa ngga nelfon?" Tanya Ata lembut.

"Ngga ada. Emangnya kenapa?" Jawab sang ibu dengan nada datar yang cukup membuat Ata sedikit menciut.

"Ata kangen papa. Seriusan papa ngga nelfon?" Tanya Ata lagi.

"Ngapain sih kamu nanyain papa terus? Toh juga dia ngga peduli sama kita. Kalau dia peduli, pasti dia sering nanyain keadaan kita." Ketus Rinta -sang ibu- sambil bersidekap.

"Tapi-"

"Stop it, Ata! Mama ngga mau dengar kamu nanyain papa kamu lagi! Anggap aja dia udah mati atau sekalian aja anggap dia ngga pernah ada dikehidupan kamu!" Kali ini suara Rinta meninggi, membuat Ata terkesiap kaget.

Ata meneguk salivanya dalam-dalam sebelum berjalan cepat menuju ke kamarnya.

BAAAAMM!!!

Ata menutup pintu kamar dengan hempasan keras sehingga membuat Rinta semakin mencak-mencak diluar sana, lalu Ata mencapai figura yang terpajang rapi diatas nakas.

Setelah itu Ata pun menghempas tubuhnya diatas kasur sambil memeluk figura yang berisikan foto keluarga utuhnya.

Di foto tersebut, seorang gadis bertubuh mungil yang baru saja menginjak pintu keremajaannya berdiri berdampingan dengan seorang remaja laki-laki yang terlihat sudah melewati masa pubernya dengan tubuh yang tinggi dan jakun di lehernya.
Tepat didepan kedua remaja itu, duduklah sepasang suami istri yang terlihat mesra sambil berpegangan tangan.

Mata Ata saat itu mulai berkaca-kaca, perlahan Ata menghela nafas. Sederet kalimat yang keluar dari bibir mungil Ata terdengar menghiris hati.

"Ata kangen keluarga kita."

"Kenapa mesti kaya gini? Kenapa Tuhan ngga adil sama kita?"

"Kenapa Papa ngga bawa Ata sama Papa?"

"Cuma Papa yang bisa bikin Ata ngerasa kaya Princess di negeri dongeng."

"Sejak Mama sama Papa pisah, cuma Abang yang selalu perhatian sama Ata. Cuma Abang yang datang pas pengambilan rapot, cuma-"

Ata terkedu sesaat ketika indera penciumannya menangkap aroma parfum khas Sang Ayah seolah berada didekatnya. Dada Ata terasa sesak, ia seakan terkurung diruangan pengap dan kedap udara.

Ata menggigit bibir bawahnya sambil menahan isaknya yang bisa meledak kapan saja. Ata tak ingin siapa pun mendengar tangisannya kali ini. Ata tak ingin terlihat lemah lagi dihadapan semua orang.

Ata memejamkan sepasang mata hazelnya, tiba-tiba kelebat kenangan saat keluarganya masih utuh bermain di minda Ata.

Ata kecil berlarian keliling taman bersama Lintang kecil. Keduanya saling mengejar setelah Lintang mengambil balon merah muda yang tadi digenggam erat oleh Ata.

"Balikin balon Ata!!" Gadis kecil itu merengek disela lariannya.

"Kejar Abang dulu." Lintang memeletkan lidahnya pada Ata dibelakangnya tanpa harus menghentikan lariannya terlebih dahulu.

Matahari Di Atas Samudera ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang